Syarat-Syarat Tablet Pengertian Tablet

memenuhi syarat uji keseragaman kandungan yang pengujiannya dilakukan pada tiap tablet Syamsuni, 2007. 2. Uji kekerasan Kekerasan tablet dan ketebalannya berhubungan dengan isi die dan gaya kompresi yang diberikan. Bila tekanan ditambahkan, maka kekerasan tablet meningkat sedangkan ketebalan tablet berkurang. Selain itu metode granulasi juga menentukan kekerasan tablet. Umumnya kekuatan tablet berkisar 4 - 8 kg, bobot tersebut dianggap sebagai batas minimum untuk menghasilkan tablet yang memuaskan. Alat yang digunakan untuk uji ini adalah hardness tester, alat ini diharapkan dapat mengukur berat yang diperlukan untuk memecahkan tablet Lachman, 1994. 3. Uji keregasan Cara lain untuk menentukan kekuatan tablet ialah dengan mengukur keregasannya. Gesekan dan goncangan merupakan penyebab tablet menjadi hancur. Untuk menguji keregasan tablet digunakan alat Roche friabilator. Sebelum tablet dimasukkan ke alat friabilator, tablet ditimbang terlebih dahulu. Kemudian tablet dimasukkan ke dalam alat, lalu alat dioperasikan selama empat menit atau 100 kali putaran. Tablet ditimbang kembali dan dibandingkan dengan berat mula-mula. Selisih berat dihitung sebagai keregasan tablet. Persyaratan keregasan harus lebih kecil dari 0,8 Ansel, 1989. 4. Waktu hancur Waktu hancur penting dilakukan jika tablet diberikan peroral, kecuali tablet yang harus dikunyah sebelum ditelan. Uji ini dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur yang ditetapkan pada masing-masing monografi. Uji waktu hancur tidak menyatakan bahwa sediaan atau bahan aktifnya terlarut sempurna. Pada pengujian waktu hancur, tablet dinyatakan hancur jika tidak ada bagian tablet yang tertinggal di atas kasa, kecuali fragmen yang berasal dari zat penyalut. Kecuali dinyatakan lain, waktu yang diperlukan untuk menghancurkan keenam tablet tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet bersalut Syamsuni, 2007. 5. Disolusi Disolusi adalah suatu proses perpindahan molekul obat dari bentuk padat ke dalam larutan suatu media. Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui banyaknya zat aktif yang terlarut dan memberikan efek terapi di dalam tubuh. Kecepatan absorbsi obat tergantung pada pemberian yang dikehendaki dan juga harus dipertimbangkan frekuensi pemberian obat Syamsuni, 2007. 6. Penetapan kadar zat aktif Penetapan kadar zat aktif bertujuan untuk mengetahui apakah kadar zat aktif yang terkandung didalam suatu sediaan sesuai dengan yang tertera pada etiket dan memenuhi syarat seperti yang tertera pada masing-masing monografi. Bila zat aktif obat tidak memenuhi syarat maka obat tersebut tidak akan memberikan efek terapi dan juga tidak layak untuk dikonsumsi Syamsuni, 2007.

2.3 Batuk

Batuk merupakan mekanisme pertahanan tubuh dalam menghadapi penyakit atau gangguan pada saluran pernafasan. Batuk dapat disebabkan oleh rangsangan, radang, atau ganguan pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh lendir Sartono, 1993. Batuk terjadi secara reflektoris karena rangsangan pada reseptor batuk yang dialirkan melalui serabut aferen serabut sensorik ke pusat batuk dan kemudian diteruskan ke serabut eferen serabut motorik. Batuk terdapat baik pada orang sakit maupun pada orang sehat dan sering merupakan gejala berbagai keadaan patologis yang ringan sampai berat Munaf, 1994. Menurut Munaf 1994, terdapat dua jenis batuk, antara lain: a. Batuk produktif atau batuk yang bermanfaat, yaitu batuk yang menghasilkan pengeluaran sekretdahak. b. Batuk tidak produktif atau batuk kering dan disebut juga batuk tidak bermanfaat karena batuk tidak menghasilkan apa-apa. Obat batuk merupakan salah satu cara penanganan batuk di samping cara lainnya seperti minum banyak cairan. Obat-obat ini berfungsi meredakan gejala penyakit saja Widodo, 2004. Menurut Anief 2007, obat yang digunakan untuk mengobati penyakit batuk dibagi dalam dua golongan besar, yaitu: 1. Ekspektoransia, yaitu mempertinggi sekresi dari saluran pernapasan dan atau mencairkan riak sehingga mudah dikeluarkan. 2. Zat–zat pereda batuk antitusif, yaitu zat–zat ini mengerem rangsangan batuk, dan titik tangkapnya dapat sentral, dapat perifer.

2.4 Ekspektoran

Menurut Sartono 1993, Ekspektoran adalah obat yang bekerja dengan cara meningkatkan jumlah cairan sehingga lendir menjadi encer, dan juga merangsang pengeluaran lendir dari saluran pernafasan. Pengertian yang hampir sama diberikan oleh Setiabudy 2007, yaitu ekspektoran ialah obat yang dapat merangsang pengeluaran dahak dari saluran napas ekspektorasi. Penggunaan ekspektoran didasarkan pengalaman empiris. Belum ada data yang membuktikan efektivitas ekspektoran dengan dosis yang umum digunakan. Mekanisme kerjanya diduga berdasarkan stimulasi mukosa lambung dan selanjutnya secara refleks merangsang sekresi kelenjar saluran napas lewat N. Vagus, sehingga menurunkan viskositas dan mempermudah pengeluaran dahak.