Filosofi UU No. 32 Tahun 2004

Perkembangan tuntutan demokratisasi dan transparansi yang meningkat, memerlukan landasan peran serta dan mekanisme penyaluran aspirasi masyarakat. Di samping itu tuntutan penghargaan terhadap Hak Asasi Manusia HAM yang semakin menonjol dalam berbagai aspek kehidupan, memerlukan adanya jaminan kepastian hukum terhadap persamaan kedudukan seluruh warga Negara di depan pemerintah.

1.6.4.2 Filosofi UU No. 32 Tahun 2004

Pada dasarnya latar belakang perubahan UU No. 22 tahun 1999 sebagaimana dikemukakan di atas, memberikan feed back pada filosofi UU No. 32 tahun 2004. Dari aspek dasar hukum tata Negara, karena UUD RI Tahun 1945 telah mengalami amandemen, khususnya pasal-pasal yang berkaitan langsung dengan system pemerintahan daerah, yaitu pasal 1, 5, 18 a,b, 20, 21, 22 d, 23 e ayat 2, 24 ayat 1, 31 ayat 1, 33 dan 34, maka undang-undang pemerintahan daerah perlu disesuaikan. Di samping itu perubahan UU No. 22 tahun 1999 , didasarkan pada pemikiran bahwa sesuai dengan amanat UUD 1945 hasil amandemen, pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemberiaan otonomi luas kepada daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Di samping itu melalui otonomi luas, daerah diharapkan mampu meningkatkan daya saing dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan dan keadilan, keistimewaan dan kekhususan serta potensi dan keanekaragaman daerah dalam system Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI. Dalam UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, prinsip otonomi daerah menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya, dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan diluar yang menjadi urusan pemerintah yang ditetapkan dalam Undang-undang ini. Daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberi pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan UNIVERSITAS SUMATERA UTARA rakyat. Sejalan dengan prinsip tersebut dilaksanakan pula prinsip otonomi nyata dan bertanggung jawab. Prinsip otonomi nyata adalah suatu prinsip bahwa untuk menangani urusan pemerintahan dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang dan kewajiban yang senyatanya telah ada dan berpotensi untuk tumbuh, hidup dan berkembang sesuai dengan potensi dan kekhasan daerah. Dengan demikian isi dan jenis otonomi bagi setiap daerah tidak selalu sama dengan daerah lainnya. Sedangkan yang dimaksud dengan otonomi yang bertanggung jawab adalah otonomi yang dalam penyelenggaraannya harus benar-benar sejalan dengan tujuan dan maksud pemberian otonomi, yang pada dasarnya untuk memberdayakan daerah termasuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Selain itu penyelenggaraan otonomi daerah juga harus menjamin keserasian hubungan antar daerah dan daerah lainnya. Artinya, mampu membangun kerja sama antar daerah untuk meningkatkan kesejahteraan bersama dan mencegah ketimpangan antar daerah. Hal yang tidak kalah pentingnya bahwa otonomi daerah harus juga mampu menjamin hubungan yang serasi antar daerah dengan pemerintah, artinya harus mampu memelihara dan menjaga keutuhan wilayah Negara dan tetap tegaknya NKRI. Undang-undang pemerintahan yang baru mewajibkan pemerintah melakukan pembinaan yang berupa pemberian pedoman seperti dalam penelitian, pengembangan, perencanaan dan pengawasan, memberikan standar, arahan, bimbingan, pelatihan, supervise, pengendalian, koordinasi, pemantauan dan evaluasi. Bersamaan dengan itu pemerintah wajib memberikan fasilitas berupa pemberian peluang kemudahan bantuan dan dorongan kepada daerah agar dapat melaksanakan otonomi secara efektif dan efisien. Penyelenggaraan desentralisasi menurut undang-undang ini mensyaratkan adanya pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah dengan daerah otonom. Pembagian urusan pemerintahan didasarkan pada pemikiran bahwa selalu terdapat berbagai urusan pemerintahan yang sepenuhnya tetap menjadi kewenangan pemerintah. Urusan pemerintah tersebut menyangkut terjaminya kelangsungan hidup bangsa dan Negara. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Di samping itu terdapat bagian urusan pemerintah yang bersifat concurrent, artinya urusan pemerintahan yang penangananya dalam bagian atau bidang tertentu dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Sedangkan urusan yang menjadi kewenangan daerah meliputi urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib adalah urusan yang berkaitan dengan pelayanan dasar seperti kesehatan, pendidikan dasar, pemenuhan kebutuhan hidup minimal dan prasarana lingkungan dasar. Sedangkan urusan pilihan adalah urusan yang terkait dengan potensi unggulan dan kekhasan daerah. 23 1.7 Metodologi Penelitian 1.7.1 Jenis dan Sifat Penelitian Di dalam penelitian ini adapun jenis penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian kualitatif, yaitu metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme yang digunakan untuk meneliti kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti sebagai instrumen kunci, analisis data bersifat induktif yang lebih menekankan makna daripada generalisasi. Filsafat postpositivisme sering juga disebut paradigma interpretasi dan konstruktif yang memandang realita sosial sebagai sesuatu yang utuh, kompleks, dinamis dan penuh makna. Penelitian dilakukan pada objek yang alamiah. Objek alamiah adalah objek yang berkembang apa adanya tidak dimanipulasi dan kehadiran peneliti tidak mempengaruhi objek tersebut. Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya. Oleh karena itu, dalam penelitian kualitatif tidak menekankan pada generalisasi tetapi lebih menekankan pada makna. Sedangkan dari segi sifatnya, penelitian ini bersifat deskriptif analitis, dimana penelitian ini bermaksud menggambarkan bagaimana fenomena- fenomena kekuasaan yang terjadi dalam hubungan pemerintahan kecamatan dan desa pada masa otonomi daerah. 23 DR. J. Kaloh. Mencari bentuk otonomi daerah; suatu solusi dalam menjawab kebutuhan local dan tantangan global. Rineka Cipta, 2007. Hal 69-74. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA