Telah diuji pada Tanggal : 4 November 2014
PANITIA TESIS MAGISTER 1.
Prof. DR. dr. Hasan Sjahrir, Sp.SK 2.
Prof. dr. Darulkutni Nasution, Sp.SK 3.
dr. Darlan Djali Chan, Sp.S 4.
dr. Yuneldi Anwar, Sp.SK 5.
dr. Rusli Dhanu, Sp.SK PENGUJI
6. dr. Kiking Ritarwan, MKT, Sp.SK PENGUJI
7. dr. Aldy S Rambe, Sp.SK
PENGUJI 8.
dr. Puji Pinta S, Sp.S 9.
dr. Khairul P. Surbakti, Sp.S 10. dr. Cut Aria Arina, Sp.S
11. dr. Kiki M. Iqbal, Sp.S 12. dr. Alfansuri Kadri, Sp.S
13. dr. Aida Fithrie, Sp.S 14. dr. Irina Kemala Nasution, Sp.S
15. dr. Haflin Soraya Hutagalung, Sp.S 16. dr. Fasihah Fitri Irfani, M.KedNeu Sp.S
17. dr. Iskandar Nasution, Sp.S, FINS 18. dr. R.A.D. Pujiastuti, M.KedNeu Sp.S
19. dr. Chairil Amin Batubara, M.KedNeu Sp.S
Universitas Sumatera Utara
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa, atas berkat, rahmat dan kasihNya yang telah memberikan kesempatan
untuk menyelesaikan penulisan Tesis Magister Kedokteran Klinik ini. Tulisan ini dibuat untuk memenuhi persyaratan penyelesaian
Program Magister Kedokteran Klinik pada Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Penyakit Syaraf di Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan. Pada
kesempatan ini
perkenankan penulis
menyatakan penghargaan dan ucapan terimakasih yang sebesar
– besarnya kepada : Yang terhormat Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. DR. dr.
H.Syahril Pasaribu, DTMH, MscCTM, Sp.AK, atas kesempatan dan fasilitas
yang diberikan
kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan program magister kedokteran klinik dalam Program
Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Penyakit Saraf. Yang terhormat Prof.dr.H.Chairuddin P.Lubis, DTMH, Sp.AK,
Rektor Universitas Sumatera Utara saat penulis diterima sebagai PPDS, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti dan
menyelesaikan program magister dalam Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Penyakit Saraf.
Yang terhormat Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PDKGEH dan ketua TKP
PPDS FK USU, dr. Zainuddin Amir Sp.PK atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan
program magister kedokteran klinik Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Penyakit Saraf FK USU.
Yang terhormat Ketua Departemen SMF Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran USU, dr. Rusli Dhanu Sp.SK, yang telah
memberikan kesempatan, kepercayaan serta bimbingan selama mengikuti
Universitas Sumatera Utara
program magister kedokteran klinik Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Penyakit Saraf.
Yang terhormat Prof. DR. dr. Hasan Sjahrir Sp.SK Ketua Departemen SMF Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran USU, saat
penulis diterima sebagai PPDS, yang telah memberikan kesempatan untuk mengikuti program magister kedokteran klinik Program Pendidikan
Dokter Spesialis Ilmu Penyakit Saraf. Yang terhormat Ketua Program Studi Departemen SMF Ilmu
Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran USU, dr. Yuneldi Anwar Sp.SK, yang telah memberikan kesempatan, kepercayaan serta bimbingan
selama mengikuti program magister kedokteran klinik Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Penyakit Saraf.
Terimakasih dan penghargaan yang setinggi – tingginya penulis
sampaikan kepada Prof. DR. dr. Hasan Sjahrir Sp.SK, dr. Khairul P. Surbakti Sp.S, dan dr. Alfansuri Kadri Sp.S, selaku pembimbing yang
dengan sepenuh hati telah mendorong, membimbing dan mengarahkan penulis mulai dari perencanaan, pembuatan dan penyelesaian tesis
magister ini. Kepada yang penulis hormati, guru besar, Prof. dr. Darulkutni
Nasution Sp.SK, dan guru – guru penulis, dr. Darlan Djali Chan Sp S, dr.
Rusli Dhanu Sp.SK, dr. Yuneldi Anwar Sp.SK, dr. Mochtar Nasution Sp.S alm, dr. Aldy S. Rambe Sp.SK, dr. Kiking Ritarwan MKT Sp.SK,
dr. Irsan NHN Lubis Sp.S, dr. Puji Pinta O.Sinurat Sp.S, dr, S.Irwansyah Sp.S alm, dr.Iskandar Nasution Sp.S FINS, dr. Cut Aria Arina Sp.S, dr.
Kiki M. Iqbal Sp.S, dr. Alfansuri Kadri Sp.S, dr. Aida Fithrie Sp.S, dr. Dina Listyaningrum Msi, Med, Sp.S, dr.Irina Kemala Nasution Sp.S, dr.Haflin
Soraya Hutagalung Sp.S, dr Fasihah Irfani Fitri M.Ked Neu Sp.S, dr R A Dwi Pujiastuti M.Ked Neu Sp.S, dr Chairil Amin Batubara M.Ked Neu
Sp.S, dan lain – lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, baik
di Departemen Ilmu Penyakit Saraf, maupun DepartemenSMF lainnya di
Universitas Sumatera Utara
lingkungan FK – USU RSUP H. Adam Malik Medan, terimakasih yang
setulus – tulusnya atas segala bimbingan selama ini.
Kepada DR. Ir. Erna Mutiara, M.Kes, selaku pembimbing statistik yang telah banyak membimbing, membantu dan meluangkan waktunya
dalam pembuatan tesis ini, Direktur RSUP. H. Adam Malik Medan, yang telah memberikan
kesempatan, fasilitas dan suasana kerja yang baik sehingga penulis dapat mengikuti pendidikan magister ini sampai selesai.
Ucapan terima kasih penulis kepada Bapak Amran Sitorus, Sukirman Ari wibowo dan Syafrizal serta seluruh perawat dan pegawai yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu. Rekan
– rekan sejawat PPDS – I Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan masukan
dan dorongan
yang membangkitkan
semangat penulis
dalam penyelesaian tesis ini.
Semua pasien nyeri kepala dan non nyeri kepala yang berobat rawat jalan di poli saraf RSUP H. Adam Malik Medan yang bersedia berpartipasi
secara sukarela dalam penelitian ini. Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus penulis ucapkan
kepada kedua orang tua saya, dr Nangsang Sitepu Sp.A dan Saniar br Tarigan yang telah membesarkan saya dengan penuh kasih sayang, dan
senantiasa member dukungan moril dan materi, bimbingan dan nasehat serta doa yang tulus agar penulis tetap sabar dan tegar dalam mengikuti
pendidikan ini sampai selesai. Kepada seluruh keluarga yang senantiasa membantu, member
dorongan, pengertian, kasih sayang dan doa dalam menyelesaikan pendidikan ini, penulis haturkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Universitas Sumatera Utara
Akhirnya penulis mengharapkan semoga penelitian dan tulisan ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Agustus 2014
dr Adikia Andreas Sitepu
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap : dr. Adikia Andreas Sitepu
Tempattgl lahir : Tanjung Balai, 17 Juli 1984
Agama : Kristen Protestan
Nama Ayah : dr. Nangsang Sitepu Sp.A
Nama Ibu : Saniar br Tarigan
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. Sekolah Dasar di SD IMMANUEL Medan tamat Tahun 1996. 2. Sekolah Menengah Pertama di SMP IMMANUEL Medan tamat
tahun 1999. 3. Sekolah Menengah Atas di SMA SANTO THOMAS 1 Medan tamat
tahun 2002. 4. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tamat tahun 2008.
RIWAYAT PEKERJAAN -
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman LEMBARAN PENGESAHAN
iii DAFTAR ISI
x DAFTAR SINGKATAN
xiii DAFTAR GAMBAR
xiv DAFTAR TABEL
xv DAFTAR LAMPIRAN
xvi ABSTRAK
xvii ABSTRACT
xviii BAB I
PENDAHULUAN 1
I.1. Latar Belakang 1
I.2. Perumusan Masalah 5
I.3. Tujuan Penelitian 6
I.3.1. Tujuan Umum 6
I.3.2. Tujuan Khusus 6
I.4. Hipotesis 7
I.5. Manfaat Penelitian 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
9 II.1. Nyeri Kepala
9 II.1.1. Definisi
9 II.1.2. Epidemiologi
9 II.1.3. Klasifikasi Nyeri Kepala
10 II.1.4. Patofisiologi Nyeri Kepala
12 II.2. Tekanan Darah
15 II.2.1. Pengertian Tekanan Darah
15 II.2.2. Tekanan Arteri Rata-rata
15 II.2.3. Faktor-faktor Yang Menentukan Tekanan
Darah 16
II.2.4. Jenis-Jenis Tekanan Darah 17
a Tekanan Darah Normal 17
Universitas Sumatera Utara
b Tekanan Darah Rendah Hipotensi 17
c Tekanan Darah Tinggi Hiperensi 18
II.3. Hemoglobin 19
II.3.1. Definisi 19
II.3.2. Kadar Hemoglobin 21
II.3.3. Anemia 22
II.3.4. Polisetemia Vera 23
II.4. Trombosit 24
II.4.1. Trombositopenia 25
II.4.2. Trombositosis 27
II.5. Hubungan Antara Nyeri Kepala Dengan Tekanan Darah, Kadar Hemoglobin Dan Kadar Trombosit
29
II.6. Kerangka Teori 34
II.7. Kerangka Konsepsional 35
BAB III METODE PENELITIAN
36 III.1.Tempat dan Waktu
36 III.2. Subjek Penelitian
36 III.2.1. Populasi sasaran
36 III.2.2. Populasi terjangkau
36 III.2.3. Besar sampel
37 III.2.4. Kriteria inklusi
38 III.2.5. Kriteria eksklusi
38 III.3. Batasan Operasional
38 III.4. Rancangan Penelitian
41 III.5. Pelaksanaan Penelitian
42 III.5.1. Instrumen
42 III.5.2. Pengambilan Sampel
42 III.5.3. Kerangka Operasional
43 III.5.4. Variabel yang diamati
44 III.5.5. Analisa Statistik
44 III.5.6. Jadwal Penelitian
45
Universitas Sumatera Utara
III.5.7. Biaya penelitian 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
46 IV.I Hasil Penelitian
46 IV.1.1 Karakteristik subjek penelitian
46 IV.1.2 Nilai rata - rata tekanan darah sistolik pada
penderita nyeri kepala primer dan penderita bukan nyeri kepala
49
IV.1.3 Nilai rata - rata Tekanan Darah Diastolik pada Penderita Nyeri Kepala Primer dan Penderita Bukan
Nyeri Kepala Primer 50
IV.1.4 Nilai rata - rata Kadar Hemoglobin pada Penderita Nyeri Kepala Primer dan Penderita Bukan
Nyeri Kepala Primer 51
IV.1.5 Nilai rata - rata Kadar Trombosit pada Penderita Nyeri Kepala Primer dan Penderita Bukan Nyeri Kepala
Primer 52
IV.1.6. Distribusi rerata Tekanan Darah, Kadar Hemoglobin dan Kadar Trombosit
52
IV.1.7 Distribusi jenis Nyeri Kepala Primer dengan Tekanan Darah, Kadar Hemoglobin dan Kadar
Trombosit 56
IV.1.8 Hubungan Tekanan Darah dengan Nyeri Kepala Primer
57
IV.1.9 Hubungan Kadar Hemoglobin dengan Nyeri Kepala Primer
59
IV.1.10. Hubungan Kadar Trombosit dengan Nyeri Kepala Primer
59
IV.2 Pembahasan 60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
66 DAFTAR PUSTAKA
68 LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR SINGKATAN 5HT
: 5-Hydroxytryptamine
CBC :
Complete Blood Count cGMP
: Guanosine 3,5-Mono Phosphate
CGRP :
Calcitonin Gene Related Peptide CO
: Carbon monoxide
CO
2
: Carbon dioxide
CT :
computed tomography ET
: Essential Thrombocythaemia
ETTH :
Episodik Tension Type Headache GI
: Gastrointestinal
H
+
: Ion Hydrogen
HIV :
human immunodeficiency virus ITP
: Idiopathic thrombocytopenic purpura
JAK2 :
Janus Kinase 2 MAP
: Mean Arterial Pressure
MapK :
Mitogen-Activated Kinase mmHg
: Millimeters of mercury
NCI :
National Cancer Institute NHLBI
: National Heart, Lung and Blood Institute
NIH :
National Institute of Health NMDA
: N-Methyl-D-Aspartic Acid
NO :
Nitric Oxide NOS
: Nitric Oxide Synthase
NPY :
Neuropeptide Y O
2
: Oxigen
PVSG :
Polycythemia Vera Study Group SD
: Sekolah Dasar
SLTP :
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama SMA
Sekolah Menengah Atas SP
: Substance P
SUNCT :
Short-Lasting Unilateral Neuralgiform Headache Attacks With Conjunctival Injection And Tearing
TTH :
Tension Type Headache TTP
: Thrombotic Thrombocytopeni Purpura
VIP :
Vasoactive Intestinal Polypeptide WHO
: World Health Organization
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Regulasi CGRP pada trigeminal ganglia neuron
13
Gambar 2 Regulasi pembentukan sel darah merah
21
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL HALAMAN
Tabel 1 Klasifikasi Tekanan Darah
19 Tabel 2
Batas Kadar Hemoglobin 22
Tabel 3 Karakteristik subjek penelitian pada penderita
nyeri kepala dan bukan nyeri kepala 48
Tabel 4 Nilai rata - rata Tekanan Darah Sistolik pada
Penderita Nyeri Kepala Primer dan Penderita Bukan Nyeri Kepala Primer
49
Tabel 5 Nilai rata - rata Tekanan Darah Diastolik pada
Penderita Nyeri Kepala Primer dan Penderita Bukan Nyeri Kepala Primer
50
Tabel 6 Nilai rata - rata Kadar Hemoglobin pada
Penderita Nyeri Kepala Primer dan Penderita Bukan Nyeri Kepala Primer
51
Tabel 7 Nilai rata - rata Kadar Trombosit pada
Penderita Nyeri Kepala Primer dan Penderita Bukan Nyeri Kepala Primer
52
Tabel 8 Distribusi rerata subjek penelitian pada
penderita nyeri kepala dan bukan nyeri kepala 55
Tabel 9 Distribusi jenis Nyeri Kepala Primer dengan
Tekanan Darah, Kadar Hemoglobin dan Kadar Trombosit
57
Tabel 10 Hubungan Tekanan Darah Sistolik dengan
Nyeri Kepala Primer 58
Tabel 11 Hubungan Tekanan Darah Diastolik dengan
Nyeri Kepala Primer 58
Tabel 12 Hubungan Kadar Hemoglobin dengan Nyeri
Kepala Primer 59
Tabel 13 Hubungan Kadar Trombosit dengan Nyeri
Kepala Primer 60
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 LEMBAR
PENJELASAN KEPADA
SUBJEK PENELITIAN
LAMPIRAN 2 PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN PSP
LAMPIRAN 3 LEMBAR PENGUMPULAN DATA
LAMPIRAN 4 KUESIONER HO K-H ONG BK-C
LAMPIRAN 5 DATA DASAR PENELITIAN
LAMPIRAN 6 SURAT KOMITE ETIK BIDANG KESEHATAN
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK Latar belakang
dan tujuan: Nyeri kepala dapat disebabkan oleh banyak
faktor termasuk tekanan darah, kadar hemoglobin, dan kadar trombosit. Tekanan darah berhubungan dengan nyeri kepala ketika serat afferent
primer menginversi meningeal atau pembuluh darah serebral menjadi aktif. Kadar hemoglobin memiliki hubungan dengan nyeri kepala ketika
kurangnya suplai oksigen dalam darah. Kadar trombosit memiliki hubungan dengan dengan nyeri kepala dengan adanya disfungsi platelet
dan nitric oxide. Tujuan : penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
tekanan darah, kadar hemoglobin dan kadar trombosit dengan nyeri kepala primer.
Metode :
Penelitian ini merupakan studi potong lintang dengan metode uji Kolmogorov
– Smirnov dan Somers’d., yang terdiri dari 156 subjek yang terdiri kelompok nyeri kepala dengan kelompok tidak nyeri kepala. Seluruh
subjek menjalani pemeriksaan fisik dan neurologis, pengukuran tekanan darah dan pemeriksaan kadar hemoglobin dan kadar trombosit, mengisi
kuesioner yang diadaptasi dari HO K-H Ong BK-C. Hasil
: Pada studi ini sebanyak 156 pasien, terdiri dari 49 laki-laki 31.4. Tekanan darah sistolik pada nyeri kepala primer ditemukan TDS rendah
1.3, TDS normal 70.5, TDS tinggi 28.2. Tidak dijumpai hubungan tekanan darah sistolik dengan nyeri kepala, p = 1.000, r = 0,038.
Tekanan darah diastolik pada nyeri kepala primer ditemukan TDD rendah 7.7, TDD normal 66.7, TDD tinggi 25.6. Tidak dijumpai hubungan
tekanan darah diastolik dengan nyeri kepala, p = 1.000, r = 0.017. Kadar hemoglobin pada nyeri kepala ditemukan Hb rendah 14.1, Hb normal
82.1, Hb tinggi 3.8. Tidak dijumpai hubungan kadar hemoglobin dengan nyeri kepala, p = 0.975, r = 0.215. Kadar trombosit pada nyeri
kepala primer ditemukan trombosit rendah 2.6, trombosit normal 92.3, dan trombosit tinggi 5.1. Tidak dijumpai hubungan kadar trombosit
dengan nyeri kepala, p = 1.000, r = -0.013. Kesimpulan :
Dijumpai adanya hubungan yang sangat lemah dan tidak signifikan antara tekanan darah, kadar hemoglobin dan kadar trombosit
dengan nyeri kepala primer Kata kunci
: Nyeri kepala, Tekanan darah, Hemoglobin, Trombosit
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT Background and objective : Headache is influenced by many factors
including blood pressure, hemoglobin level , and platelet level. Blood pressure is associated with headache when the primary afferent fibers that
innervate the meningeal or cerebral blood vessels are activated. Hemoglobin level is related to headache if the level is abnormal causing
lack of oxygen supply in the blood. Platelet level is associated with headache in the presence of platelet and nitric oxide dysfunction
Objective: This study was aimed to investigate the relationship between blood pressure, hemoglobin level and platelet level with primary headache
Method : This study was a cross
– sectional study with Kolmogorov - Smirnov and Somers’d method using 156 subjects, consisted of primary
headache and non headache patients. All Subjects underwent physical and neurological examinations, blood pressure, hemoglobin and platelet
measurement, also completed the headache questionnaire adapted from HO K-H Ong BK
– C.
Results : From the study 156 samples, there were 49 male 31.4. Sistole blood pressure in primary headache patients were found low in
1.3, normal in 70.5, high in 28.2. There was no significant association between sistole blood pressure and headache p = 1.000, r =
0.038. Diastole blood pressure in primary headache patients were found low in 7.7, normal in 66.7, high in 25.6. There was no significant
association between diastole blood pressure and headache p = 1.000, r = 0.017. Hemoglobin level in primary headache patients were found low in
14.1, normal in 82.1, high in 3.8. There was no significant association between hemoglobin level and headache p = 0.975, r =
0.215. Platelet level in primary headache patients were found low 2.6, normal 92.3, high 5.1. There was no significant association between
platelet level and headache p = 1,000, r = -0,013. Conclusion : There were very weak and no significant associations
between blood pressure, hemoglobin level, and platelet level with primary headache
Keywords: Headache, blood pressure, hemoglobin, platelets
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK Latar belakang
dan tujuan: Nyeri kepala dapat disebabkan oleh banyak
faktor termasuk tekanan darah, kadar hemoglobin, dan kadar trombosit. Tekanan darah berhubungan dengan nyeri kepala ketika serat afferent
primer menginversi meningeal atau pembuluh darah serebral menjadi aktif. Kadar hemoglobin memiliki hubungan dengan nyeri kepala ketika
kurangnya suplai oksigen dalam darah. Kadar trombosit memiliki hubungan dengan dengan nyeri kepala dengan adanya disfungsi platelet
dan nitric oxide. Tujuan : penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
tekanan darah, kadar hemoglobin dan kadar trombosit dengan nyeri kepala primer.
Metode :
Penelitian ini merupakan studi potong lintang dengan metode uji Kolmogorov
– Smirnov dan Somers’d., yang terdiri dari 156 subjek yang terdiri kelompok nyeri kepala dengan kelompok tidak nyeri kepala. Seluruh
subjek menjalani pemeriksaan fisik dan neurologis, pengukuran tekanan darah dan pemeriksaan kadar hemoglobin dan kadar trombosit, mengisi
kuesioner yang diadaptasi dari HO K-H Ong BK-C. Hasil
: Pada studi ini sebanyak 156 pasien, terdiri dari 49 laki-laki 31.4. Tekanan darah sistolik pada nyeri kepala primer ditemukan TDS rendah
1.3, TDS normal 70.5, TDS tinggi 28.2. Tidak dijumpai hubungan tekanan darah sistolik dengan nyeri kepala, p = 1.000, r = 0,038.
Tekanan darah diastolik pada nyeri kepala primer ditemukan TDD rendah 7.7, TDD normal 66.7, TDD tinggi 25.6. Tidak dijumpai hubungan
tekanan darah diastolik dengan nyeri kepala, p = 1.000, r = 0.017. Kadar hemoglobin pada nyeri kepala ditemukan Hb rendah 14.1, Hb normal
82.1, Hb tinggi 3.8. Tidak dijumpai hubungan kadar hemoglobin dengan nyeri kepala, p = 0.975, r = 0.215. Kadar trombosit pada nyeri
kepala primer ditemukan trombosit rendah 2.6, trombosit normal 92.3, dan trombosit tinggi 5.1. Tidak dijumpai hubungan kadar trombosit
dengan nyeri kepala, p = 1.000, r = -0.013. Kesimpulan :
Dijumpai adanya hubungan yang sangat lemah dan tidak signifikan antara tekanan darah, kadar hemoglobin dan kadar trombosit
dengan nyeri kepala primer Kata kunci
: Nyeri kepala, Tekanan darah, Hemoglobin, Trombosit
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT Background and objective : Headache is influenced by many factors
including blood pressure, hemoglobin level , and platelet level. Blood pressure is associated with headache when the primary afferent fibers that
innervate the meningeal or cerebral blood vessels are activated. Hemoglobin level is related to headache if the level is abnormal causing
lack of oxygen supply in the blood. Platelet level is associated with headache in the presence of platelet and nitric oxide dysfunction
Objective: This study was aimed to investigate the relationship between blood pressure, hemoglobin level and platelet level with primary headache
Method : This study was a cross
– sectional study with Kolmogorov - Smirnov and Somers’d method using 156 subjects, consisted of primary
headache and non headache patients. All Subjects underwent physical and neurological examinations, blood pressure, hemoglobin and platelet
measurement, also completed the headache questionnaire adapted from HO K-H Ong BK
– C.
Results : From the study 156 samples, there were 49 male 31.4. Sistole blood pressure in primary headache patients were found low in
1.3, normal in 70.5, high in 28.2. There was no significant association between sistole blood pressure and headache p = 1.000, r =
0.038. Diastole blood pressure in primary headache patients were found low in 7.7, normal in 66.7, high in 25.6. There was no significant
association between diastole blood pressure and headache p = 1.000, r = 0.017. Hemoglobin level in primary headache patients were found low in
14.1, normal in 82.1, high in 3.8. There was no significant association between hemoglobin level and headache p = 0.975, r =
0.215. Platelet level in primary headache patients were found low 2.6, normal 92.3, high 5.1. There was no significant association between
platelet level and headache p = 1,000, r = -0,013. Conclusion : There were very weak and no significant associations
between blood pressure, hemoglobin level, and platelet level with primary headache
Keywords: Headache, blood pressure, hemoglobin, platelets
Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Nyeri kepala merupakan salah satu gejala yang paling sering ditemui pada kejadian umum dan kejadian klinis neurologi Peatfield, 2008. Saat
ini nyeri kepala juga berada pada gangguan sistem saraf yang paling sering terjadi, menyebabkan gangguan yang cukup besar dalam populasi
di dunia Gardella dkk, 2006. Sebagian besar orang pernah mengalami nyeri kepala pada sepanjang hidupnya, terbukti dari hasil penelitian
population base di Singapore dari Ho dkk didapati prevalensi life time nyeri kepala penduduk Singapura adalah pria 80, wanita 85 p=
0.0002 Sjahrir, 2004. Hal ini juga didukung oleh D.W. Lewis dkk 2011, yang menyatakan bahwa nyeri kepala sering terjadi pada masa kanak-
kanak dan akan semakin meningkat pada masa remaja. Berdasarkan hasil penelitian multisenter berbasis rumah sakit pada 5
rumah sakit di Indonesia didapatkan prevalensi penderita nyeri kepala sebagai berikut : migren tanpa aura 10, migren dengan aura 1,8,
Episodik Tension Type Headache 31, Chronic Tension Type Headache 24, Cluster Headache 0,5, Mixed Headache 14 Sjahrir, 2004
Universitas Sumatera Utara
Hubungan antara tekanan darah dan migren telah lama dicurigai, tetapi hubungan itu masih dianggap kontroversial. Bertahun
– tahun yang lalu, diasumsikan bahwa hipertensi dapat menyebabkan nyeri kepala
Tronvik dkk, 2011. Hubungan antara hipertensi dan nyeri kepala pertama kali diperkenalkan oleh Janeway pada tahun 1913. Banyak studi yang
telah dilakukan sebelumnya, dan hasil yang bertentangan muncul dari investigasi terhadap hubungan antara nyeri kepala dan tekanan darah
arterial Bensenor dkk, 2003. Kebanyakan pasien dan dokter masih meyakini bahwa nyeri kepala menjadi gejala yang paling umum dari
hipertensi. Secara patofosiologi, nyeri kepala meningkat ketika serabut afferent primer menginervasi meningeal atau pembuluh darah serebral
menjadi aktif; kebanyakkan dari serat nociceptive dilokasikan di dalam bagian pertama dari ganglion trigeminal atau ganglia servikal atas
Yeung, 2006.
Hemoglobin adalah sejenis protein dengan berat molekul 64.500 dalton, terdiri daripada 4 rantai polipeptida. Setiap satunya mengandung
satu pigmen non-protein berbentuk seperti cincin yang disebut sebagai kelompok heme aktif Hillman, dkk, 2005. Pada bagian tengah dari cincin
heme ini terdapat satu ion ferous, Fe
2+
yang boleh mengikat satu molekul oksigen, lalu membolehkan satu molekul hemoglobin berikatan dengan
empat molekul oksigen Tortora dkk, 2006. Anemia merupakan kondisi tidak sehat yang diindikasikan oleh tingkat hemoglobin yang rendah, dan
akhirnya dapat dihasilkan oleh iron, kekurangan folat, insufisiensi renal,
Universitas Sumatera Utara
inflamasi kronis, pendarahan kronis atau akut, dan berbagai penyebab lainnya. Menurut WHO, tingkat hemoglobin yang normal berada diantara
12 dan 16 gdL dan diketahui bahwa anemia memiliki kadar konsentrasi hemoglobin dibawah 13 gdL pada pria dan dibawah 12 gdL pada wanita
Fomovska dkk, 2008. Pasien dengan anemia menunjukkan berbagai gejala, seperti nyeri kepala, wajah pucat, orthostatic hypotension, atau
edema yang dihasilkan dari penurunan sel darah merah, kelelahan, tidak enak badan, vertigo, syncope, tinnitus, atau nyeri dada yang disebabkan
oleh kekurangan suplai oksigen, jantung berdebar atau bernafas dengan mekanisme kompensatori Ohta, 2009.
Aamodt dkk, 2004 melakukan penelitian yang berdasarkan klinis hubungan antara kadar hemoglobin dan nyeri kepala. Didapati hasil pada
analisa statistik, dengan menyesuaikan umur dan pendidikan ditemukan prevalensi yang menurun nyeri kepala p = 0,02 dan migren p = 0,01
dengan penurunan kadar hemoglobin. Bener 2006 melakukan penelitian di Qatar mengenai frekwensi
nyeri kepala dan migren, didapati hubungan yang sangat kuat antara level hemoglobin dengan nyeri kepala dan tingkat keparahannya. Prevalensi
nyeri kepala dan migren di Qatar merupakan yang tertinggi dibandingkan Negara barat dan Negara afrika.
Irwansyah dkk 2008 melakukan penelitian mengenai hubungan nyeri kepala dan hemoglobin dan kadar feritin. Dengan subjek 40 orang,
15 laki-laki 37,5 dan 25 perempuan 62,5 dan dengan kadar
Universitas Sumatera Utara
minimum hemoglobin 11,5 dan maksimum 15,3 sementara kadar feritin minimum 28,03 ngml dan maksimum 460,38 ngml. Didapati pasien
dengan migren without aura 3 orang 7,5, infrequent ETTH 7 orang 17,5,
frequent ETTH
9 orang
22,5 dan
21 orang 52,5. Hubungan kadar hemoglobin dangan jenis kelamin p = 0,84, hubungan kadar hemoglobin dengan umur p=0,898. Hubungan
kadar hemoglobin dengan RAS p=0,596 kadar hemoglobin dengan pendidikan p=0,670. Hubungan tipe nyeri kepala dengan kadar
hemoglobin p=0,710. Dari kesimpulan penelitian Irwansyah dkk 2008 menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara kadar hemoglobin dengan
prevalensi nyeri kepala. Trombosit adalah sel darah tak berinti yang berasal dari sitoplasma
megakariosit. Jumlah trombosit antara 150-400 x 10
3
mm
3
, sedangkan umur trombosit berkisar antara 7-10 hari. Sel ini memegang peranan
penting pada hemostasis karena trombosit membentuk sumbatan hemostatik untuk menutup luka. Fungsi utama trombosit adalah
pembentukan sumbatan mekanik selama respons hemostasis normal terhadap cedera vaskular. Tanpa trombosit dapat terjadi kebocoran darah
spontan melalui pembuluh darah kecil. Reaksi trombosit berupa adhesi, sekresi, agregasi, dan fusi serta aktivitas prokoagulannya sangat penting
untuk fungsinya. Nyeri kepala adalah merupakan salah satu gejala neurologis yang
paling umum dilaporkan pada pasien Thrombotic Thrombocytopeni
Universitas Sumatera Utara
Purpura TTP. Nyeri kepala pada TTP memiliki fitur yang sama pada Migrane dan Tension-Type Headache. Meskipun patofisiologi nyeri kepala
pada TTP tidak jelas, ada kemungkinan aktivasi dan aggregasi platelet memegang peranan Bezov dkk, 2010
Andrea dkk 2003, melakukan suatu studi yang menunjukkan gangguan agregasi platelet pada cluster headache, didapati hipoagregasi
sebagai respon rendahnya colagen dan adenosine disphosphate dan hyperagregasi dimana platelet distimulasi oleh platelet
– activating factor. Pada studi ini menyatakan bahwa penurunan agregasi platelet dengan
kolagen dan adenosine difosfat dapat menunjukkan kekacauan fungsi nitric oxide, sedangkan hipersensitivitas pada platelet
– activating factor disebabkan fluktuasi kadar plasma.
Pada pasien dengan essential thrombocythaemia memiliki simptom neurologi termasuk nyeri kepala dan rasa kebas. Nyeri kepala
dihubungkan dengan disfungsi platelet yaitu hipersensitif reseptor seretonin atau peningkatan level serotonin. Nyeri kepala juga
dihubungkan dengan peningkatan platelet adenosine disphosphate dan neuropeptide calcitonin gene
– related peptide. Frewin dkk 2012
I.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian –penelitian terdahulu seperti
yang telah diuraikan di atas dirumuskanlah masalah sebagai berikut : Bagaimanakah hubungan antara tekanan darah, kadar hemoglobin
dan kadar trombosit dengan nyeri kepala primer pada pasien penderita
Universitas Sumatera Utara
nyeri kepala yang berobat di Poli Rawat Jalan Neurologi RSUP Haji Adam Malik.
I.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan :
I.3.1. Tujuan Umum
Tujuan Umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tekanan darah, kadar hemoglobin dan trombosit dengan
nyeri kepala primer
I.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui hubungan tekanan darah dengan penderita
nyeri kepala primer yang berobat di poliklinik Neurologi RSUP H. Adam Malik Medan.
2. Untuk mengetahui hubungan kadar hemoglobin dengan
penderita nyeri kepala primer yang berobat di poliklinik Neurologi RSUP H. Adam Malik Medan.
3. Untuk mengetahui hubungan kadar trombosit dengan penderita
nyeri kepala primer yang berobat di poliklinik Neurologi RSUP H. Adam Malik Medan.
4. Untuk mengetahui besarnya kekuatan hubungan tekanan darah
dengan penderita nyeri kepala primer yang berobat di poliklinik Neurologi RSUP H. Adam Malik Medan.
Universitas Sumatera Utara
5. Untuk mengetahui besarnya kekuatan hubungan kadar
hemoglobin dengan penderita nyeri kepala primer yang berobat di poliklinik Neurologi RSUP H. Adam Malik Medan.
6. Untuk mengetahui besarnya kekuatan hubungan kadar
trombosit dengan penderita nyeri kepala primer yang berobat di poliklinik Neurologi RSUP H. Adam Malik Medan.
7. Analisis deskriptif digunakan untuk melihat gambaran
karakteristik demografi, tekanan darah, kadar hemoglobin dan kadar
trombosit pada
penderita nyeri
kepala primer.
I.4. Hipotesis
Ada hubungan antara tekanan darah, kadar hemoglobin dan kadar trombosit dengan nyeri kepala primer pada pasien penderita
nyeri kepala yang berobat di Poli Rawat Jalan Neurologi RSUP Haji Adam Malik
I.5. Manfaat Penelitian 1.5.1. Manfaat penelitian untuk ilmu pengetahuan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi secara keilmuan tentang hubungan antara tekanan darah, kadar
hemoglobin dan trombosit dengan nyeri kepala primer.
Universitas Sumatera Utara
1.5.2. Manfaat penelitian untuk penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya tentang hubungan antara tekanan darah,
kadar hemoglobin dan trombosit dengan nyeri kepala primer. 1.5.3. Manfaat penelitian untuk masyarakat
Dengan mengetahui
hubungan tekanan
darah, kadar
hemoglobin dan kadar trombosit dengan nyeri kepala dapat dijadikan sebagai salah satu upaya pencegahan nyeri kepala
primer.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 NYERI KEPALA II.1.1 Definisi
Nyeri kepala adalah suatu rasa nyeri atau rasa tidak enak pada daerah kepala termasuk meliputi daerah wajah dan tengkuk leher. Sjahrir
dkk, 2013
II.1.2 Epidemiologi
Studi epidemiologi menunjukkan bahwa 86 wanita dan 63 laki- laki mengalami nyeri kepala dalam 1 tahun. Peatfield, 2008. Terdapat
sekitar 28 juta penderita migren di Amerika Serikat, dimana dua pertiga diantaranya adalah wanita. Berdasarkan kepustakaan negara barat
prevalensi migren pada orang dewasa adalah sekitar 10-20 setahun, pria 6 dan wanita 15-18, dimana migren dengan aura 4 sedangkan
migren tanpa aura 6. Sedangkan untuk TTH 59 dari populasi pernah mengalami TTH 1 hari atau kurang dari 1 hari perbulannya, 37
mengalami beberapa kali serangan per bulan dan 3 mengalami TTH kronik Landy, Rasmussen cit Sjahrir,2008
Berdasarkan hasil penelitian multisenter berbasis rumah sakit pada 5 rumah sakit besar di Indonesia, didapatkan prevalensi penderita nyeri
kepala sebagai berikut: Migren tanpa aura 10, Migren dengan aura
Universitas Sumatera Utara
1,8, Episodik Tension Type Headache 31, Chronic Tension Type Headache 24, Cluster Headache 0,5, Mixed Headache 14 Sjahrir,
2004.
II.1.3 Klasifikasi Nyeri Kepala
Berdasarkan The International Classification of Headache Disorders, 2nd Edition, dari the International Headache Society Sjahrir
dkk, 2013 secara garis besar nyeri kepala diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Migren 2. Tension-Type Headache
3. Nyeri kepala klaster dan sefalalgia trigeminal-otonomik yang lainnya
4. Nyeri kepala primer lainnya 5. Nyeri kepala yang berkaitan dengan trauma kepala danatau
leher 6. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan vaskuler kranial
danatau servikalis 7. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan non vaskuler
8. Nyeri kepala yang berkaitan dengan suatu substansi atau proses withdrawal nya
9. Nyeri kepala yang berkaitan dengan infeksi 10. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan hemostasis
11. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan kranium, leher, mata, telinga, hidung, sinus, gigi, mulut atau struktur fasial atau
kranial lainnya 12. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan psikiatrik
13. Neuralgia kranial dan penyebab sentral nyeri fasial
Universitas Sumatera Utara
14. Nyeri kepala, neuralgia kranial, sentral atau nyeri fasial primer lainnya
Klasifikasi nyeri kepala primer sesuai The International Classification of Headache Disorders, 2nd Edition Sjahrir dkk, 2013 adalah sebagai
berikut: 1. Migren:
1.1. Migren tanpa aura
1.2. Migren dengan aura
1.3. Sindroma periodik pada anak yang sering menjadi prekursor
migren 1.4.
Migren Retinal 1.5.
Komplikasi migren 1.6.
Probable migren 2. Tension-type Headache:
2.1. Tension-type headache episodik yang infrequent
2.2. Tension-type headache episodik yang frequent
2.3. Tension-type headache kronik
2.4. Probable tension-type headache
3. Nyeri kepala klaster dan sefalgia trigeminal-otonomik yang lainnya: 3.1.
Nyeri kepala Klaster 3.2.
Hemikrania paroksismal 3.3. Short-lasting unilateral neuralgiform headache with conjunctival
injection and tearing SUNCT 3.4.
Probable sefalgia trigeminal otonomik 4. Nyeri kepala primer lainnya:
4.1. Primary stabbing headache
4.2. Primary cough headache
4.3. Primary exertional headache
4.4. Nyeri kepala primer sehubungan dengan aktifitas seksual
Universitas Sumatera Utara
4.5. Hypnic headache
4.6. Primary thunderclap headache
4.7. Hemikrania kontinua
4.8. New daily-persistent headache
II.1.4 Patofisiologi nyeri kepala
Pada nyeri kepala, rangsang nyeri dapat disebabkan oleh adanya tekanan, traksi, displacement maupun proses kimiawi dan inflamasi
terhadap nosiseptor pada struktur yang pain sensitive di kepala. Jika struktur pain sensitive yang terletak pada ataupun diatas tentorium
serebelli dirangsang, maka rasa nyeri akan timbul menjalar pada daerah frontotemporal dan parietal anterior, yang ditransmisi oleh nervus
trigeminus. Sedangkan rangsangan terhadap struktur yang peka terhadap nyeri di bawah tentorium, akan menimbulkan nyeri pada daerah oksipital,
sub-oksipital dan servikal bagian atas, dimana akan ditransmisi oleh saraf kranial IX,X dan saraf spinal C1, C2 dan C3 Sjahrir, 2008
Pada migren diduga bukan hanya adanya iritasi pain fiber perifer yang terdapat pada pembuluh darah intrakranial, akan tetapi juga terjadi
kenaikan sensitisasi sel saraf sentral terutama pada sistem trigeminal. Pada serangan migren, akan terjadi fenomena pain pathway daripada
sistem trigeminovaskuler, dimana terjadi aktivasi reseptor NMDA, yang kemudian diikuti peninggian Ca sebagai penghantar yang menaikkan
aktivasi proteinkinase seperti 5-HT, bradikinin, prostaglandin dan juga mengaktivasi enzim NOS Landy cit Sjahrir 2008
Universitas Sumatera Utara
Pada migren aktivasi N.Trigeminal melepaskan CGRP dan peptida lain yang menyebabkan pelepasan mediator proinflamasi. Mediator ini
meningkatkan CGRP sintese lebih lanjut dan dilepaskan dalam waktu beberapa jam sampai hari sesuai dengan episode waktu 4-72 jam
serangan migren. Peningkatan sintesa dan pelepasan CGRP dimediasi oleh pengaktifan dari jaras protein Mitogen-Activated Kinase MapK
Durham cit Sjahrir, 2008
Gambar 1. Regulasi CGRP pada trigeminal ganglia neuron. Aktivasi nervus
trigeminalis menyebabkan pelepasan dari CGRP dan neuropeptida lain yang merangsang pelepasan mediator-mediator inflamasi. Mediator-mediator
inflamasi tersebut, termasuk TNF- α, selanjutnya meningkatkan sintesa dan
pelepasan CGRP melalui MAPKs. Dikutip dari : Sjahrir, 2008. Nyeri Kepala dan Vertigo
Pada Tension Type Headache kronis bukti eksperimental menunjukkan bahwa sensitisasi sentral yaitu sifat eksitabilitas neuron
yang ditingkatkan sistem saraf pusat yang dihasilkan oleh input nociceptive yang lama masuk dari jaringan pericranial myofascial
memainkan peranan
penting dalam patofisiologinya.
Penemuan neurotransmitter dan neuromodulator seperti Nitric Oxide NO, Calcitonin
Gene Related Peptide CGRP, Substance P SP, Neuropeptide Y NPY
Universitas Sumatera Utara
Vasoactive Intestinal Polypeptide VIP yang dilibatkan pada proses nyeri menyediakan pemahaman baru biologi dari nyeri kepala kronis
Ashina cit Sjahrir, 2008 Selain itu nociception dari jaringan pericranial myofascial berperan
utama di dalam patofisiologi tension type headache. Peningkatan eksitabilitas dari sistem saraf pusat oleh adanya input myofascial perifer
mungkin menyebabkan transformasi dari episodik menjadi tension type headache kronik Ashina cit Sjahrir, 2008
Patofisiologi dari nyeri kepala klaster belum sepenuhnya dipahami. Diduga melibatkan suatu pengaktifan dari hipothalamus dan sistem
trigeminovaskuler. Nyeri kepala klaster hanya berpusat pada mata kepala atas mungkin disebabkan keterlibatan Trigeminal Nociceptive
Pathway Ipsilateral secara integral. Gambaran otonomik ipsilateral diduga akibat pengaktifan sistem parasimpatis kranial lakrimasi rhinorrhea
dan kelainan fungsi sistem simpatis ipsilateral ptosis miosis. Pada nyeri kepala klaster terjadi pengaktifan sistem trigeminovaskuler yang
ditandai oleh peningkatan CGRP di dalam peredaran pembuluh darah vena kranial saat serangan, serta pengaktifan sistem parasimpatis dengan
peningkatan kadar VIP yang dihubungkan dengan ipsilateral otonom Sjahrir, 2008
Universitas Sumatera Utara
II.2 TEKANAN DARAH II.2.1. Pengertian tekanan darah
Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah terhadap pembuluh darah. Tekanan darah dipengaruhi volume darah dan
elastisitas pembuluh darah. Peningkatan tekanan darah disebabkan peningkatan volume darah atau elastisitas pembuluh darah. Sebaliknya,
penurunan volume darah akan menurunkan tekanan darah. Ronny dkk. 2010
II.2.2 Tekanan arteri rata-rata
Tekanan darah arteri rata-rata adalah gaya utama yang mendorong kearah jaringan. Tekanan ini harus diukur secara ketat
dengan dua alasan. Pertama, tekanan tersebut harus cukup tinggi untuk menghasilkan gaya dorong yang cukup; tanpa tekanan ini, otak dan
jaringan lain tidak akan menerima aliran yang adekuat seberapapun penyesuaian lokal mengenai resistensi arteriol ke organ-organ tersebut
yang dilakukan. Kedua, tekanan tidak boleh terlalu tinggi sehingga menimbulkan beban kerja tambahan bagi jantung dan meningkatkan
resiko kerusakan pembuluh serta kemungkinan rupturnya pembuluh- pembuluh halus Sherwood, 2001.
Mekanisme-mekanisme yang melibatkan integrasi berbagai komponen sistem sirkulasi dan sistem tubuh lain penting untuk mengatur
tekanan darah arteri rata-rata. Dua penentu utama tekanan darah arteri rata-rata adalah curah jantung dan resistensi perifer total. Perubahan
Universitas Sumatera Utara
setiap faktor tersebut akan mengubah tekanan darah kecuali apabila terjadi perubahan kompensatorik pada variabel lain sehingga tekanan
darah konstan. Aliran darah kesuatu jaringan bergantung pada gaya dorong berupa tekanan darah arteri rata-rata dan derajat vasokonstriksi
arteriol-arteriol jaringan tersebut. Karena, tekanan arteri rata-rata bergantung pada curah jantung dan derajat vasokonstriksi arteriol, jika
arteriol di salah satu jaringan berdilatasi, arteriol di jaringan lain akan mengalami konstriksi untuk mempertahankan tekanan darah arteri yang
adekuat, sehingga darah mengalir tidak saja ke jaringan yang mengalami vasodilatasi tetapi juga ke otak, yang harus mendapatkan pasokan darah
yang konstan. Dengan demikian variabel kardiovaskuler harus terus menerus diubah untuk mempertahankan tekanan darah yang konstan
walaupun kebutuhan jaringan akan darah berubah-ubah Sherwood, 2001.
II.2.3. Faktor-faktor yang menentukan Tekanan Darah
Agar kita mendapatkan tekanan darah maka harus ada curah jantung dan tahanan terhadap aliran darah sirkulasi sistemik. Tahanan ini
disebut tahanan tepi.
Tekanan darah = Curah jantung x Tahanan tepi
Faktor-faktor yang mempengaruhi curah jantung seperti frekuensi jantung dan stroke volume. Tahanan terhadap aliran darah terutama
terletak di arteri kecil tubuh, yang disebut arteriole. Pembuluh darah berdiameter kecil inilah yang memberikan tahanan terbesar pada aliran
Universitas Sumatera Utara
darah. Kapiler merupakan pembuluh darah yang jauh lebih kecil dari arteriole, tetapi meskipun setiap kapiler akan memberikan tahanan yang
lebih besar di banding sebuah arteriole, terdapat sejumlah besar kapiler yang tersusun paralel dan berasal dari satu arteriole. Akibatnya terdapat
sejumlah lintasan alternatif bagi darah dalam perjalanannya dari arteriole ke vena, dan karena inilah maka jaringan kapiler ini tidak memberikan
tahanan terhadap aliran darah seperti yang diberikan oleh arteriole Green, 2008.
II.2.4 Jenis-jenis Tekanan Darah
Terdapat tiga jenis tekanan darah, yaitu :
a. Tekanan Darah Normal
Tekanan darah dikatakan normal apabila tekanan sistoliknya 120-140 mmHg manakala tekanan diastoliknya 80-90 mmHg
WHO. Menurut National Heart, Lung and Blood Institute NHLBI dari National Institute of Health NIH, mendefinisikan tekanan
darah normal adalah tekanan sistolik kurang dari 120 mm Hg dan tekanan diastolik kurang dari 80 mm Hg. NHLBI, 2008
b. Tekanan Darah Rendah Hipotensi
Hipotensi adalah suatu keadaan di mana tekanan darah lebih rendah dari normal, yaitu mencapai nilai rendah 9060 mmHg.
Antara gejala klinis yang bisa dilihat akibat hipotensi adalah sering pusing, cepat lelah, penglihatan kurang jelas apabila merubah
posisi, dan berkeringat dingin. Tekanan darah rendah sering terjadi
Universitas Sumatera Utara
pada waktu setelah sakit atau semasa penyembuhan. NHLBI, 2008
c. Tekanan Darah Tinggi Hipertensi
Menurut National Heart, Lung, and Blood Institute NHLBI, hipertensi adalah suatu keadaan apabila tekanan darahnya
melebihi normal, yaitu tekanan sistoliknya 140 mmHg atau lebih tinggi manakala tekanan diastoliknya 90 mmHg atau lebih tinggi.
Tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi, yang dibawa
oleh darah, terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya Sustrani, 2004.
Tekanan darah tinggi berlaku apabila tekanan darah melebihi 14090 mmHg. Hipertensi ini bisa menyebabkan komplikasi seperti
gagal jantung dan stroke. Pada umumnya gejala hipertensi tidak diketahui dengan pasti.
Gejala penyakit ini bisa diketahui setelah timbul komplikasi pada organ lain. Gejala hipertensi itu antara lain: sakit kepala, jantung
berdebar-debar, sulit bernafas setelah bekerja keras atau beban berat, mudah lelah, penglihatan kabur, wajah memerah, hidung
berdarah, sering buang air kecil, terutama di malam hari, telinga berdenging, vertigo Sustrani, 2004.
Menurut The Seventh Report Of The Joint National Committee On Prevention, Detection, Evaluation And Treatment Of High Blood Pressure
Universitas Sumatera Utara
JNC 7,klasifikasi tekanan darah pada dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prehipertensi,hipertensi derajat 1, dan hipertensi derajat 2.
Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah __________________________________________________
Kategori Sistolik
Diastolik Normal
120 80
Prehipertensi 120 - 139
80-89 Hipertensi stage 1
140 - 159 90
– 99 Hipertensi stage 2
160 100
Sumber : The Seventh Report Of The Joint National Committee On Prevention, Detection, Evaluation And Treatment Of High Blood
Pressure JNC 2003
II.3 Hemoglobin II.3.1 Defenisi
Hemoglobin merupakan molekul berbentuk sfera dengan berat
molekul kira-kira 64500 Daltons dan diameter kira-kira 6.4 nm. Ia merupakan komponen tetramer yang terdiri dari 2 pasang rantai
polipeptida globin, dengan setiap satunya berikatan dengan kelompok heme, yaitu sebuah kompleks antara molekul besi dan protoporfirin
Champe, 2008. Hemoglobin adalah suatu pigmen yaitu secara almiah berwarna.
Karena kandungan besinya, hemoglobin tampak kemerahan apabila berikatan dengan O
2
dan tampak kebiruan apabila mengalami deoksigenasi. Dengan demikian, darah arteri yang teroksigenasi
Universitas Sumatera Utara
sempurna tampak merah dan darah vena yang telah kehilangan sebagian oksigen nya di jaringan memperlihatkan rona kebiruan.
Selain mengangkut oksigen, hemoglobin juga dapat berikatan dengan zat
– zat berikut :
1.
Karbondioksida. Hemoglobin ikut berperan mengangkut gas ini dari jaringan kembali ke paru.
2.
Bagian ion hydrogen asam H
+
dari asam karbonat yang terionisasi, yang dibentuk dari CO
2
pada tingkat jarigan. Dengan demikian hemoglobin menyangga asam ini sehingga pH tidak
terlalu terpengaruh.
3. Karbonmonoksida CO. Gas ini dalam keadaan normal tidak
terdapat di darah tetapi jika terhirup akan menempati tempat pengikatan O
2
di hemoglobin, sehingga terjadi keracunan karbon monoksida.
Dengan demikian, hemoglobin beperan penting dalam pengangkutan O
2
sekaligus ikut serta dalam pengangkutan CO
2
dan menentukan kapasita penyangga dari darah. Sherwood, 2001
Universitas Sumatera Utara
Gambar II. Regulasi pembentukan sel darah merah. Dikutip dari WHO dalam Arisman, 2002
II.3.2 Kadar Hemoglobin
Kadar hemoglobin ialah ukuran pigmen respiratorik dalam butiran- butiran darah merah Costill, 1998. Jumlah hemoglobin dalam darah
normal adalah kira-kira 15 gram setiap 100 ml darah dan jumlah ini biasanya disebut “100 persen” Evelyn, 2009. Batas normal nilai
hemoglobin untuk seseorang sukar ditentukan karena kadar hemoglobin bervariasi diantara setiap suku bangsa. Namun WHO telah menetapkan
batas kadar hemoglobin normal berdasarkan umur dan jenis kelamin WHO dalam Arisman, 2002.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2. Batas kadar hemoglobin _________________________________________________
Kelompok umur Batas Nilai Hemoglobin grdl
Anak 6 bulan – 6 tahun
11,0 Anak 6 tahun
– 14 tahun 12,0
Pria Dewasa 13,0
Ibu hamil 11,0
Wanita Dewasa 12,0
______________________________________________ Sumber : WHO dalam arisman 2002
II.3.3 Anemia
Anemia adalah suatu keadaan yang ditandai oleh berkurangnya kadar hemoglobin di dalam aliran darah. Kadar hemoglobin ini tergantung
pada umur, jenis kelamin dan ketinggian tempat tinggal. Hemoglobin adalah pigmen darah berwarna merah yang didapatkan di dalam eritrosit
dan berfungsi mengikat serta mengangkut oksigen dari paru ke jaringan dan CO
2
dari jaringan ke paru. Dalam keadaan normal, eritrosit mempunyai masa hidup 120 hari, setelah itu eritrosit akan dirusak di limpa
dan digantikan eritrosit yang baru yang dihasilkan oleh sumsum tulang. Pada keadaan tertentu umur eritrosit ini bisa memendek yaitu 120 hari
yang mengakibatkan terjadinya anemia. wirawan dkk, 2012 Menurut WHO, anemia adalah kondisi dimana jumlah sel darah
merah tidak dapat memenuhi kebutuhan fisik seseorang. Kebutuhan fisiologi seseorang bervariasi pada setiap orang, bias berdasarkan pada
Universitas Sumatera Utara
umur, jenis kelamin, ketinggian tempat tinggal, prilaku merokok dan tahap kehamilan.
II.3.4. Polisetemia Vera
Polisitemia Vera adalah suatu keganasan derajat rendah sel-sel induk hematopoitik dengan karakteristik peningkatan jumlah eritrosit
absolut dan volume darah total, biasanya disertai leukositosis, trombositosis dan splenomegali. Supandiman, 2003
Polisitemia Vera dapat mengenai semua umur, sering pada pasien berumur 40-60 tahun, dengan perbandingan antara pria dan wanita 2:1, di
Amerika Serikat angka kejadiannya ialah 2,3 per 100.000 penduduk dalam setahun, sedangkan di Indonesia belum ada laporan tentang angka
kejadiannya. Penyakit ini dapat terjadi pada semua rasbangsa, walaupun didapatkan angka kejadian yang lebih tinggi pada orang Yahudi.
Prenggono, 2006 Sejarah Polisitemia Vera dimulai tahun 1892 ketika Louis Hendri
Vaquez pertama kali menjelaskan Polisitemia Vera pada pasien dengan tanda eritrositosis dan hepatosplenomegali. Kemudian tahun 1951 William
Dameshek mengklasifikasikan Polisitemia Vera, Trombositosis Esensial dan Mielofibrosis Idiopatik sebagai Penyakit Mieloproliferatif. Dan baru
tahun 1970 Polycythemia Vera Study Group PVSG membuat kriteria diagnosis Polisitemia Vera atas kriteria mayor dan kriteria minor.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3. Kriteria Mayor dan Minor diagnosis Polisitemia Vera KRITERIA MAYOR
KRITERIA MINOR 1. Massa eritrosit : Laki-laki
36 mlkg, perempuan 32 mlkg
2. Saturasi Oksigen 92 3. Splenomegali
1. Trombositosis 400.000mm
3
2. Lekositosis 12.000mm
3
3. Aktivasi Alkalifosfatase
leukosit 100 tanpa ada demaminfeksi
4. B12 serum 900 pgml; atau UBBC Unsaturated
B12 Binding Capasity 2200 pgml
Sumber : Pedoman diagnosis dan terapi Hematologi Onkologi Supandiman, 2003
Etiopatogenesis Polisitemia Vera belum sepenuhnya dimengerti, suatu penelitian sitogenetik menemukan adanya kelainan molekular yaitu
adanya kariotip abnormal di sel induk hematopoisis. yaitu kariotip 20q, 13q, 11q, 7q, 6q, 5q, trisomi 8, trisomi 9. Dan tahun 2005 ditemukan
mutasi JAK2V617F, yang merupakan hal penting pada etiopatogenesis Polisitemia Vera. James, 2008
Manifestasi klinis Polisitemia Vera terjadi karena peningkatan jumlah total eritrosit akan meningkatkan viskositas darah yang kemudian akan
menyebabkan penurunan kecepatan aliran darah sehingga dapat menyebabkan trombosis dan penurunan laju transport oksigen.
Prenggono, 2006
Universitas Sumatera Utara
II.4. Trombosit
Trombosit adalah sel darah tak berinti yang berasal dari sitoplasma megakariosit. Hitung trombosit antara 150-400 X 10
3
mm
3
, sedangkan umur trombosit berkisar antara 7-10 hari. Sel ini memegang peranan
penting pada hemostasis karena trombosit membentuk sumbat hemostatik untuk menutup luka.
Trombosit dihasilkan dari sumsum tulang melalui fragmentasi sitoplasma megakariosit. Megakariosit berasal dari megakarioblast yang
merupakan hasil diferensiasi dari sel induk hemopoietik. Megakariosit mengalami pematangan dengan replikasi inti endomitotik, memperbesar
volume sitoplasma sejalan dengan penambahan lobus inti menjadi dua kali lipat. Pada berbagai stadium dalam perkembangannya, sitoplasma
menjadi granular dan trombosit dilepaskan. Tiap megakariosit dapat menghasilkan kurang-lebih 4000 trombosit. Rentang waktu sejak
diferensiasi sel induk hemopoietik sampai produksi trombosit berkisar selama 10 hari.
Pengatur utama produksi trombosit adalah trombopoietin, yang dihasilkan oleh hati dan ginjal. Trombopoietin meningkatkan jumlah dan
kecepatan maturasi dari megakariosit. Jumlah trombosit normal adalah sekitar 250.000mm
3
atau sekitar 250x10
9
L dengan kisaran antara 150.000 hingga 400.000mm
3
. Lama hidup trombosit yang normal adalah sekitar 7
– 10 hari.
Universitas Sumatera Utara
Fungsi utama trombosit adalah pembentukan sumbat mekanik selama respon hemostasis normal jika terjadi cedera pada vaskular. Jika
tidak ada trombosit, dapat terjadi kebocoran darah spontan dari pembuluh darah kecil. Reaksi trombosit berupa adhesi, sekresi, agregasi, dan fusi
serta aktivitas prokoagulannya sangat penting untuk fungsi trombosit tersebut Hoffbrand dkk, 2002.
II.4.1 Trombositopenia
Trombositopenia didefinisikan sebagai jumlah trombosit yang berada dibawah rata-rata normal populasi. Pada kebanyakan laboratorium, jumlah
platelet yang normal berada diantara 150.000-450.000mm
3
, dari pengertian ini, 5 dari populasi memiliki jumlah diluar normal. Tidak ada
definisi yang berlaku umum dari trombositopenia ringan, sedang atau berat. Untuk pasien kanker yang menerima pengobatan, National Cancer
Institute NCI telah mengembangkan kriteria toksisitas umum untuk menggambarkan tingkat keparahan trombositopenia. Jumlah trombosit
dari 75.000 menjadi 150.000 L yang didefinisikan sebagai grade I trombositopenia, 50.000 sampai 75.000 L sebagai grade II, 25.000
sampai 50.000 L sebagai grade III, dan di bawah 25.000 L sebagai grade IV trombositopenia
. Resiko harus dinilai dalam tiga cara: penyebab yang mendasari
trombositopenia, risiko perdarahan yang berbahaya, dan efek samping yang mungkin dari suatu pengobatan misalnya, penggunaan steroid
Universitas Sumatera Utara
kronis atau splenektomi. Pendarahan spontan tidak mungkin turun sampai hitungan di bawah 20.000, dan perdarahan yang berlebihan
dengan trauma tidak mungkin kecuali hitungan jatuh di bawah 60.000 Kerja dari jumlah trombosit yang rendah meliputi anamnesis,
pemeriksaan, dan penelaahan terhadap hapusan darah. Tes khusus untuk penyakit tertentu seperti HIV mungkin seringkali diperlukan, termasuk
aspirasi sumsum tulang. Trombositopenia digaris bawahi sebagai penyebab. Jumlah trombosit
100.000 yang tidak dapat dijelaskan ditunda. Jika tidak ada penyebab khusus yang ditemukan setelah pengujian klinis, dan sisanya dari CBC
normal tanpa hepatosplenomegali, diagnosis mungkin adalah Idiopatik Thromnocytopenia ITP. Karena tidak ada tes untuk ITP, diagnosis ini
dibuat dengan mengesampingkan penyakit lain-seperti hatilimpa, penyakit sumsum tulang, leukemia, limfoma dan lain-lain. ITP akut terlihat
pada anak-anak, sering mengikuti infeksi virus, dan pemulihan spontan terjadi pada 80, sebagian besar dalam 6 bulan. ITP pada orang
dewasa cenderung menjadi gangguan autoimun kronis. Kematian meningkat terutama karena perdarahan intrakranial dan GI,
tetapi kebanyakan pasien baik-baik saja meskpun trombosit turun di bawah 20.000 yang tidak biasa. Sebagian besar bentuk pengobatan
dapat disampaikan sebagai pasien rawat jalan. Rawat inap adalah
Universitas Sumatera Utara
perawatan yang sesuai untuk orang-orang dengan jumlah trombosit di bawah 20.000.
Pasien dengan jumlah trombosit 50.000 tidak memerlukan pengobatan rutin. Pengobatan diberikan bila: 1 jumlah trombosit 30.000,
2 terdapat tanda-tanda perdarahan, atau 3 trombosit 50.000 dengan faktor risiko perdarahan yang signifikan seperti Hipertensi , usia 60
tahun, penyakit ulkus peptikum. Sudhir dkk, 2006
II.4.2 Trombositosis
Trombositosis didefinisikan sebagai peningkatan jumlah trombosit yang berada dari nilai normal antara 150.000 dan 250.000mm
3
trombosit. Batasan luar yang keadaan trombosit biasanya ditandai dalam trombosit
yang didefinisikan sebagai 400.000mm
3
Trombocytosis dibagi menjadi primer atau otonom, dalam perjalanan penyakit myeloproliferative thrombocythemia, polisitemia vera, leukemia
myelogenous kronis, myelofibrosis dan sekunder atau reaktif. Bentuk- bentuk primitif memiliki asal mula yang sama sebagai sel induk dari
sumsum tulang, dan, meskipun masing-masing memiliki karakteristik khusus, sering tumpang tindih dengan gambaran klinis, sehingga sulit
untuk menentukan diagnosis diantara penyakit myeloproliferative. . Pada
dasarnya thrombocythemia
selalu merupakan
suatu peningkatan trombosit, tetapi ini juga dapat terjadi dalam tiga penyakit
Universitas Sumatera Utara
lainnya. Idiopatik thrombocythemia, cepat atau lambat, dalam perjalanan penyakit, mungkin telah meningkatkan sel darah putih dan, bahkan sel-sel
darah merah. Durasi trombositosis sekunder adalah variabel terikat dan terhadap kemungkinan menghilangkan penyakit yang mendasari.
Diagnosis didasarkan pada temuan, pemeriksaan emocromocitimetrico haemochromocytometric test, untuk melihat tingkat platelet lebih tinggi
dari 400.000mm
3
dengan volume, morfologi dan fungsi trombosit normal, dan mencari kemungkinan kondisi patologis yang menyebabkan
trombositosis. Penyakit myeloproliferative harus dikecualikan dari trombosit,
termasuk essential thrombocythemia, yang selain kelainan hematologi yang spesifik, memiliki tingkat yang lebih tinggi dengan anisomacrocitosi
platelet, dan lebih sering terjadi pendarahan atau trombotik. Beberapa studi telah menunjukkan bahwa pada kebanyakan pasien dengan
polisitemia vera dan sekitar setengah dari mereka dengan akan menjadi thrombocythemia atau myelofibrosis idiopatik, yang merupakan mutasi
nukleotida tunggal yang mengaktifkan JAK2 Griesshammer, 2007
.
II.5. Hubungan antara nyeri kepala dengan tekanan darah, kadar hemoglobin dan kadar trombosit
Nyeri kepala merupakan salah satu gejala yang paling sering ditemui pada kejadian umum dan kejadian klinis neurologi Peatfield, 2008. Saat
ini nyeri kepala juga berada pada gangguan sistem saraf yang paling
Universitas Sumatera Utara
sering terjadi, menyebabkan gangguan yang cukup besar dalam populasi di dunia WHO, 2006. Hubungan antara hipertensi dan nyeri kepala
pertama kali diperkenalkan oleh Janeway pada tahun 1913. Kebanyakan pasien dan dokter masih meyakini bahwa nyeri kepala menjadi gejala
yang paling umum dari hipertensi. Secara patofosiologi, nyeri kepala meningkat ketika serat afferent primer menginervasi meningeal atau
pembuluh darah serebral menjadi aktif; kebanyakan dari serat nociceptive dilokasikan di dalam bagian pertama dari ganglion trigeminal atau ganglia
servikal atas Yeung, 2006.
Rangsangan terhadap struktur yang peka terhadap nyeri dibawah tentorium yaitu yang terletak pada fossa krani posterior radiks servikalis
bagian atas dengan cabang – cabang saraf perifernya akan menimbulkan
nyeri pada daerah dibelakang garis tersebut diatas, yaitu pada area oksipital, area sub-oksipital dan servikal bagian atas. Rasa nyeri ini
ditransmisi oleh saraf cranial IX, X dan saraf spinal C1, C2, C3. Kadang- kadang bisa juga radiks servikalis bagian atas dan N. Oksipitalis mayor
akan menjalarkan nyerinya ke frontal dan mata pada sisi ipsilateral. Telah dibuktikan adanya hubungan yang erat antara inti
– inti trigeminus dengan radiks dorsalis segmen servikal atas. Refleks trigeminoservikal dapat
dibuktikan dengan cara stimulasi n.supraorbitalis dan direkam dengan cara pemasangan electroda pada otot strenocleido-mastoid. Input
eksteroseptif dan nosiseptif dari reflex trigeminoservikal ditransmisikan melalui jalur polisinaptik, termasuk nukleus spinal trigeminal dan mencapai
Universitas Sumatera Utara
motor neuron servikal. Dengan adanya hubungan ini jelaslah bahwa nyeri didaerah leher dapat dirasakan atau diteruskan kearah kepala dan
sebaliknya. Sjahrir, 2008 Berdasarkan The International Classificatin of Headache disorder
2004, nyeri kepala dapat disebabkan oleh hipertensi yang sedang yang berhubungan dengan pheochromocytoma, krisis hipertensi dengan atau
tanpa hipertensi encephalopathy, preeklamsi dan eklamsi dan respon tekanan akut ke agen exogenous.Yeung 2006
Dijumpai hubungan terbalik antara level tekanan darah dan nyeri kepala yang dihubungkan dengan suatu phenomena “ hypertension-
induced hypalgesia ” dimana sensibilitas terhadap rangsangan nyeri
berhubungan terbalik dengan tekanan darah. Hal ini disebabkan pengulangan aktivitas barorefleks dalam modulasi nosiseftif Yeung 2006
Tekanan darah sistolik 150 mmhg atau lebih tinggi memiliki resiko 30 lebih rendah mengalami nyeri kepala non migren dibandingkan
dengan tekanan sistolik lebih rendah dari 140 mmhg Hagen dkk, 2002 Pasien dengan anemia menunjukkan berbagai gejala, seperti nyeri
kepala, wajah pucat, orthostatic hypotension, atau edema yang dihasilkan dari penurunan sel darah merah, kelelahan, tidak enak badan, vertigo,
syncope, tinnitus, atau nyeri dada yang disebabkan oleh kekurangan suplai oksigen, jantung berdebar atau bernafas dengan mekanisme
kompensatori Ohta, 2009.
Universitas Sumatera Utara
Pada keadaan
anemia terjadi
peningkatan dari
2,3- biphospoglycerate yang mengakibatkan affinitas oksigen-hemoglobin
menurun, maka
hemoglobin tidak
dapat mengikat
oksigen deoxyhemoglobin. Pada keadaan ini hemoglobin dapat melakukan
persenyawaan NO. Dessypris dkk 2004 Nitric Oxide molekul yang bereaksi dengan Cysß93, dimana suatu
hemoglobin yang rantai ß nya mengikat globin cystein pada nomor 93 yang menghasilkan nitrosothiol. Dessypris dkk 2004
Nitrosothiol akan mengaktivasi sitoplamic guanylate cyclase yang akan menaikkan kadar guanosine 3,5
– monophosphate cGMP dan cytosolic calcium yang akan menyebabkan vasodilitasi Sjahrir 2008
Pada keadaan polisitemia terjadi peningkatan afinitas oksigen hemoglobin, sehingga hemoglobin sangat kuat mengikat oksigen.
Akibatnya terjadi penurunan penghantaran oksigen ke jaringan atau hipoksia Harmening dkk, 2002, Telen dkk, 2004. Keadaan hipoksia ini
dapat menyebabkan timbulnya nyeri kepala. Newman dkk, 2001 Pada studi epidemiologi pada 379 laki
– laki yang tinggal di ketinggian 4300, dijumpai 32,2 migren, sebanyak 15,2 dengan tension
type headache, dan 7,2 dengan nyeri kepala lainnya. Didapati hemoglobin yang tinggi HB21,3 gr dan saturasi oksigen yang rendah O
2
81,5 Arregui dkk, 2002
Universitas Sumatera Utara
Varol dkk, 2013 menyatakan gumpalan trombosit clots dapat menginduksi Cortically Spreading Depression dengan menghalangi
pembuluh darah kecil dan menghasilkan aura-like symptoms dan pulsatile headaches. Aktivasi platelet berperan dalam adhesi endotel dan agregasi
mengatur proses inflamasi yang berinteraksi dengan leukosit. Andrea dkk 2003, melakukan suatu studi yang menunjukkan
gangguan agregasi platelet pada cluster headache, didapati hipoagregasi sebagai respon rendahnya colagen dan adenosine disphosphate dan
hyperagregasi dimana platelet distimulasi oleh Platelet-Activating Factor. Pada studi ini menyatakan bahwa penurunan agregasi platelet dengan
kolagen dan adenosine difosfat dapat menunjukkan kekacauan fungsi Nitric Oxide, sedangkan hipersensitivitas pada Platelet
– Activating Factor disebabkan fluktuasi kadar plasma.
Pada pasien dengan Essential Thrombocythaemia memiliki simptom neurologi termasuk nyeri kepala dan rasa kebas. Nyeri kepala
dihubungkan dengann disfungsi platelet yaitu hipersensitif reseptor seretonin atau peningkatan level serotonin. Nyeri kepala juga
dihubungkan dengan peningkatan Platelet Adenosine Disphosphate dan Neuropeptide Calcitonin Gene
– Related Peptide. Frewin dkk, 2012
Universitas Sumatera Utara
II.6 Kerangka teori
TEKANAN DARAH
NYERI KEPALA HEMOGLOBIN
TROMBOSIT
Sjahrir 2008 peningkatan kadar cGMP dan Cytosolic
calcium Frewin et all 2012 disfungsi
platelet dengan peningkatan level serotonin
Ranney et all2004 Nitrit oxide berikatan dengan
hemoglobin Varol et all2013
gumpalan trombosit clots dapat
menginduksi Cortically Spreading Depression
Newmann et all 2001 pada polisetemia terjadi hipoksia
Stovner et all2011, keluhan nyeri muskuliskeletal yang
kronik Albert Yeung 2006, serat
aferen primer menginervasi meningeal
Universitas Sumatera Utara
II.7. Kerangka Konsepsional
TEKANAN DARAH HEMOGLOBIN
NYERI KEPALA TROMBOSIT
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
III.1. TEMPAT DAN WAKTU
Penelitian dilakukan di Departemen Neurologi FK-USURSUP H. Adam Malik Medan dari tanggal 10 Desember 2012 sd 15 Oktober 2014
sampai jumlah sampel sudah mencapai besar sampel.
III.2. SUBJEK PENELITIAN
Subjek penelitian diambil dari populasi pasien rumah sakit. Penentuan subjek penelitian dilakukan menurut metode sampling non
random secara konsekutif.
III.2.1. Populasi Sasaran
Semua penderita nyeri kepala primer dan penderita bukan nyeri kepala yang berobat di poliklinik Departemen Neurologi RSUP H Adam
Malik.
III.2.2. Populasi Terjangkau
Semua penderita nyeri kepala primer yang ditegakkan dengan pemeriksaan klinis dan Head Ct scan dan bukan nyeri kepala yang datang
berobat jalan ke Poliklinik Neurologi RSUP. H. Adam Medan
Universitas Sumatera Utara
III.2.3. Besar Sampel
Besar sampel dihitung menurut rumus : Dahlan, 2009 n1=n2 = Z
α√2PQ + Z √P
1
Q
1
+ P
2
Q
2 2
P
1
-P
2 2
Z α = Z score berdasarkan derajat kemaknaan α yang dikehendaki
untuk α =0.05 Zα= 1.96
Z = Z score berdasarkan kekuatan uji β yang dikehendaki
untuk = 0,20 Z = 0.842 P
1
= proporsi penderita nyeri kepala = 90 = 0.9 diambil dari kepustakaan Tronvik, 2011
P
1
– P
2
= perbedaan proporsi yang dianggap bermakna, ditetapkan sebesar 0,13
P
2
= proporsi yang diamati, diperkirakan 0,77 diambil dari kepustakaan Tronvik, 2011
P = P
1
+ P
2
= 0,83 2
Maka: n1=n2 ≥ 1,96√2x0,83x0,17 + 0.842√0,9x0,1+ 0,77x0,23
2
0,13
2
n1=n2 ≥ 57.6 n1=n2 ≥ 58
Universitas Sumatera Utara
Dibutuhkan sampel minimal 58 orang untuk masing-masing kelompok
III.2.4. Kriteria Inklusi
1. Penderita nyeri kepala primer dan penderita bukan nyeri kepala yang berobat jalan ke poliklinik neurologi RSUP H. Adam Malik
Medan 2. Dapat membaca dan menulis serta dapat berbahasa Indonesia
3. Memberikan persetujuan untuk ikut serta dalam penelitian ini 4. Berusia 16-60 tahun
III.2.5. Kriteria Eksklusi
Penderita nyeri kepala sekunder
III.3. BATASAN OPERASIONAL 1. Nyeri Kepala adalah suatu rasa nyeri atau rasa tidak enak pada
daerah kepala termasuk meliputi daerah wajah dan tengkuk leher. Sjahrir dkk, 2013
2. Nyeri kepala primer adalah suatu nyeri kepala tanpa disertai
adanya penyebab struktural organik Sjahrir 2004, menurut klasifikasi The International Classification Of Headache Disorders,
2nd Edition, dari The International Headache Society Sjahrir dkk, 2013, nyeri kepala primer terdiri dari:
1. Migren 2. Tension-type headache
Universitas Sumatera Utara
3. Nyeri kepala klaster 4. Nyeri kepala primer lainnya
4. Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah
terhadap pembuluh darah. Tekanan darah dipengaruhi volume
darah dan elastisitas pembuluh darah Ronny dkk. 2010. 5. Nilai Normal Tekanan darah
adalah angka yang menunjukkan nilai tekanan darah sistolik dengan interval 90-139 mmHg dan nilai
tekanan darah diastolik dengan interval 60-89 mmHg NHLBI,
2008 6. Hemoglobin
merupakan molekul berbentuk sfera dengan berat molekul kira-kira 64500 Daltons dan diameter kira-kira 6.4 nm. Ia
merupakan komponen tetramer yang terdiri dari 2 pasang rantai polipeptida globin, dengan setiap satunya berikatan dengan
kelompok heme, yaitu sebuah kompleks antara molekul besi dan protoporfirin Champe dkk, 2008.
7. Nilai Normal HB adalah angka yang menunjukkan nilai