Provinsi Kalimantan Barat Alasan-Alasan Para Pemohon Mengajukan Permohonan Pengujian Pasal 1 angka 3 UU Kehutanan

36 kawasan hutan sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 3 UU Kehutanan harus dimaknai dengan pengertian kegiatan pengukuhan kawasan hutan bukanlah sebagai penunjukan danatau penetapan kawasan hutan, agar konsisten sesuai dengan ketentuan Pasal 14 ayat 2 UU Kehutanan.

c. Provinsi Kalimantan Barat

Kawasan hutan di Provinsi Kalimantan Barat dapat dikemukakan beberapa tahapan sebagai berikut: Pertama, era penunjukan kawasan hutan sesuai Tata Guna Hutan Kesepakatan sesuai Keputusan Menteri Pertanian Nomor 757KptsUm101982, di mana luas kawasan hutan di Provinsi Kalimantan Barat seluas 9.204.375 Ha Kedua, era RTRWP sesuai Perda Nomor 1 Tahun 1995 tentag RTRWP Kalimantan Barat yang disusun berdasarkan RTRWP masing-masing Kabupaten yang mengacu pada TGHK dengan mempertimbangkan rencana pembangunan dan pengembangan daerah. Ketiga, era penunjukan kawasan hutan hasil paduserasi seluas 14.651.553 Ha dituangkan dalam Kepmenhutbun Nomor 259Kpts-II2000 beserta lampiran peta kawasan hutan. Penunjukan kawasan hutan hasil paduserasi membagi kawasan hutan menjadi kawasan Hutan Konservasi seluas 1.645.580 Ha, Hutan Lindung seluas 2.307.045 Ha dan Hutan Produksi seluas 5.226.135 Ha. Berdasarkan data luasan lahan tersebut, masih harus memerlukan kegiatan lanjutan agar sebuah kawasan tersebut dapat dikukuhkan menjadi kawasan hutan, yaitu ditata batas dan temu gelang, untuk selanjutnya ditetapkan oleh Menteri Kehutanan. Dari hasil tata batas yang telah dilakukan oleh Kementerian Kehutanan terdapat perbedaan antara Tata Guna Hutan Kesepakatan dan berdasarkan SK Penunjukan yang berakibat banyak hasil tata batas yang tidak dapat digunakan lagi, namun demikian Kementerian Kehutanan 37 mengakui hasil tata batas tersebut yang membawa implikasi terhadap bagian di luar kawasan hutan yang ditunjuk masih diakui sebagai kawasan hutan sehingga menyebabkan adanya ketidakpastian dalam menentukan sebuah kawasan sebagai kawasan hutan. Berdasarkan hasil audit BPK RI tersebut, luas kawasan hutan di Provinsi Kalimantan Barat sampai September 2009 yang telah ditetapkan sebagai kawasan hutan adalah seluas 979.798, 47 Ha atau seluas 10,67 dari luas kawasan hutan di Provinsi Kalimantan Barat. Dapat disimpulkan bahwa pengertian kawasan hutan sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 3 UU Kehutanan harus dimaknai dengan pengertian kegiatan pengukuhan kawasan hutan bukanlah sebagai penunjukan dan atau penetapan kawasan hutan, agar konsisten sesuai dengan ketentuan Pasal 14 ayat 2 UU Kehutanan dan dalam praktiknya menimbulkan ketidakpastian hukum dalam menentukan sebuah kawasan sebagai kawasan hutan. 11. Bahwa Komisi Pemberantasan Korupsi KPK telah melakukan kajian tentang Kebijakan Titik Korupsi dalam Lemahnya Kepastian Hukum pada Kawasan Hutan dan Kajian sistem Perencanaan dan Pengelolaan kawasan Hutan pada Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan, Kementerian Kehutanan yang pemaparannya telah disampaikan oleh Wakil Ketua KPK, Mochammad Jasin di hadapan Menteri Kehutanan pada tanggal 3 Desember 2010; 12. Bahwa dari kajian Kebijakan titik Korupsi dalam Lemahnya Kepastian Hukum pada Kawasan Hutan, KPK telah menemukan adanya ketidakpastian definisi kawasan hutan sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 3 UU Kehutanan; 13. Bahwa berdasarkan Kajian KPK, dalam proses penunjukan kawasan hutan oleh Kementerian Kehutanan telah dilakukan secara tidak fair atau bertentangan dengan asas fair procedure terhadap aturan-aturan pelaksanaan dari UU Kehutanan, sehingga melemahkan legalitas dan legitimasi 38 88,2 kawasan hutan yang sampai saat ini belum selesai ditetapkan; 14. Bahwa berdasarkan Kajian KPK, tidak ada kepastian hukum terhadap peta penunjukan kawasan hutan karena faktanya terdapat sekurang-kurangnya 4 versi peta kawasan hutan dengan skala yang berbeda-beda, yang mengakibatkan selisih luas kawasan hutan 4 hingga 16 juta ha; 15. Bahwa berdasarkan Kajian KPK, akibat penunjukan yang belum dilakukan pengukuhan kawasan hutan mengakibatkan terdapat 119 potensi konflik di wilayah Provinsi dan kabupatenkota pemekaran yang sebagian atau seluruhnya berada di kawasan hutan, antara lain di Kabupaten Nduga, Papua 216.800 ha di kawasan hutan lindung dan Kabupaten Raja Ampat 6.084.500 ha di kawasan hutan konservasi. Terkait Harmonisasi Tata Ruang Wilayah dengan kawasan hutan, sekurang-kurangnya terdapat potensi konflik pada 10 kabupatenkota pemekaran di Provinsi Lampung dan 4 kabupatenkota pemekaran di Provinsi Sulawesi Selatan karena tidak mengusulkan perubahan kawasan hutan; 16. Bahwa berdasarkan uraian yuridis dan fakta-fakta tersebut di atas, maka Pasal 1 angka 3 UU Kehutanan khususnya yang menyangkut frasa “ditunjuk dan atau” mengakibatkan ketidakpastian hukum terkait status kawasan hutan dan bertentangan dengan asas negara hukum sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat 3 UUD 1945.

3.3. Pasal 1 Angka 3 UU Kehutanan Menimbulkan Ketidakpastian