116
2. Jaholong Simamora
• Bahwa di dalam pengalaman saksi di Kantor Pertanahan Kabupaten
Kapuas, sejak tanggal 17 Juli 2008 sampai dengan bulan November 2010, layanan pertanahan persertifikatan tanah untuk yang pertama kali itu
berhenti total, dan sejak November 2010 sampai saat ini dapat melayani khususnya di perkotaan saja, jadi di luar kota tidak bisa melayani, dan juga
banyak proyek-proyek yang tertunda dan dibatalkan, serta pemohon- pemohon persertifikatan tanah untuk hak milik yang pada kenyataannya
memang adalah hak adat, tetapi dengan RTRWP atau TGHK 1982, di mana Kalimantan Tengah dinyatakan hampir 100 adalah hutan, BPN dibayangi
rasa ketakutan dan takut dipidana, sehingga pelayanan pertanahan macet. Jadi banyak kegiatan-kegiatan yang sifatnya bisa merugikan masyarakat
dan BPN tidak dapat melayani;
[2.3] Menimbang bahwa Pemerintah pada persidangan tanggal 21 September
2011 telah memberikan keterangan lisan dan juga telah memberikan keterangan tertulis kepada Kepaniteraan Mahkamah pada tanggal 30 September 2011 yang pada
pokoknya menerangkan sebagai berikut:
I. Pokok Permohonan
a. Bahwa Pemohon I berkedudukan selaku Bupati Kapuas, yang bertindak untuk dan atas nama Pemerintah Daerah Kabupaten Kapuas Provinsi Kalimantan
Tengah, sedangkan Pemohon II sampai dengan Pemohon VI dalam hal ini bertindak dalam kapasitasnya selaku perorangan, mengajukan permohonan
Uji Materiil constitutional review terhadap Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi Undang-Undang, terhadap UUD 1945;
b. Bahwa menurut Pemohon I ketentuan Pasal 1 angka 3, Undang-Undang a quo didalilkan telah membuat Pemohon I tidak bisa melaksanakan
kewenangannya untuk menjalankan otonomi seluas-luasnya dalam
117 memberikan perizinan usaha yang baru dan perpanjangan izin yang lama
terkait dengan izin usaha perkebunan, pertambangan, peternakan dan lain sebagainya kepada pihak lain; sedangkan bagi Pemohon II, Pemohon III,
Pemohon IV, dan Pemohon V secara pribadi yang pekerjaannya sebagai Bupati di wilayahnya masing-masing, telah diancam pidana sebagaimana
diatur dalam ketentuan Pasal 50 juncto Pasal 78 Undang-Undang a quo karena memberikan izin baru atau memperpanjang izin yang ada sebelumnya
dl dalam kawasan hutan; dan menurut Pemohon VI dengan ketentuan Pasal 1 angka 3 Undang-Undang a quo telah mengakibatkan hilangnya Hak
Kebendaan dan Hak Milik dari Pemohon VI; c. Bahwa Menurut Pemohon I sampai Pemohon VI Keputusan Menteri
Pertanian Nomor 759KptsUM101982 tanggal 12 Oktober 1982 tentang Penunjukan Areal Hutan di Wilayah Provinsi Daerah Tingkat I Kalimantan
Tengah Seluas 15.300.000 Ha dianggap sebagai dominasi Pemerintah pusat atas kawasan hutan sebagai halnya domain verklaring yang ditetapkan oleh
Pemerintah Kolonial Belanda dalam menguasai dan memiliki tanah secara besar-besaran.
d. Singkatnya menurut para Pemohon, Pasal 1 angka 3 Undang-Undang a quo telah bertentangan dengan Pasal 1 ayat 3, Pasal 18 ayat 2, Pasal 18 ayat
5, Pasal 18 ayat 6, Pasal 18A ayat 2, Pasal 28D ayat 1, Pasal 28G ayat 1, Pasal 28H ayat 1, Pasal 28H ayat 4 UUD 1945;
II. Kedudukan Hukum legal standing Pemohon