Kewenangan Mahkamah Konstitusi putusan sidang 45 puu 2011 telah baca

139 tidak mungkin terjadi suatu penunjukan kawasan menjadi kawasan hutan oleh menteri tanpa ada usulan atau rekomendasi dari bupati atau gubernur. Sehingga menurut hemat ahli, Pemerintah dalam hal ini Menteri Kehutanan, menunjukkan kawasan hutan pada dasarnya hanya bersifat deklarasi dari suatu proses yang dimulai dari usulan gubernur, atau walikota, atau bupati; ™ Bahwa Pasal 20 PP 442004 tersebut, secara jelas disimpulkan bahwa kewenangan yang paling besar sebetulnya di dalam penunjukan kawasan hutan karena prosesnya dari bawah adalah bupati atau walikota yang bersangkutan; [2 .5 ] Menimbang bahwa terhadap permohonan para Pemohon, Pihak Terkait memberikan keterangan tertulis pada tanggal 18 Oktober 2011, yang menerangkan sebagai berikut:

1. Kewenangan Mahkamah Konstitusi

Sebelum menyampaikan alasan-alasan permohonan menjadi Pihak Terkait, disampaikan terlebih dahulu kewenangan Mahkamah Konstitusi untuk dapat menerima permohonan menjadi Pihak Terkait, mendengarkan keterangan pihak terkait beserta mendengarkan keterangan saksi dan ahli yang diajukan oleh Pihak Terkait di dalam pemeriksaan persidangan pengujian Undang- Undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 1.1. Bahwa berdasarkan Pasal 24C ayat 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun I945 UUD 1945 juncto Pasal 10 Undang- undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi menyatakan bahwa Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar, memutus pembubaran partai politik dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum [vide Bukti PT-3 dan Bukti PT-41]; 1.2. Bahwa Mahkamah Konstitusi sedang memeriksa permohonan pengujian Pasal I angka 3 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang 140 Kehutanan UU Kehutanan yang diajukan oleh Muhammad Mawardi, Duwel Rawing, H. Zain Alkim, H. Ahmad Dirman, Akhmad Taufik, Hambit Bintih [Perkara Nomor 45PUU-IX2011]. Pasal I angka 3 Undang- Undang a quo berbunyi: Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau diietapkan oleh Pemerintah untuk diperlahankan keberadaannya sebagai hutan tetap; 1.3. Bahwa berdasarkan Pasal 41 ayat 4 huruf f Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi UU MK juncto Pasal 13 ayat 1 huruf g Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 06PMK2005 tentang Pedoman Beracara Dalam Perkara Pengujian Undang-Undang PMK 62005, disebutkan bahwa salah satu pemeriksaan persidangan di Mahkamah Konstitusi adalah: Mendengarkan keterangan Pihak Terkait [vide Bukti PT-6 dan Bukti PT-7]. Bahwa berdasarkan ketentuan- ketentuan tersebut maka Pihak Terkait dapat memberikan keterangan dalam pemeriksaan persidangan pengujian Undang-Undang yang dilakukan oleh Mahkamah Konstitusi; 1.4. Bahwa berdasarkan Pasal 14 ayat 1 PMK 62005 ditentukan bahwa Pihak Terkait adalah pihak yang berkepentingan langsung atau tidak langsung dengan pokok permohonan. Selanjutnya disebutkan dalam Pasal 14 ayat 2 PMK 62005 bahwa Pihak Terkait yang berkepentingan langsung adalah pihak yang hak danatau kewenangannya terpengaruh oleh pokok permohonan; 1.5. Bahwa dalam ketentuan Pasal 42A ayat 1 UU MK dinyatakan bahwa: Saksi dan ahli dapat diajukan oleh para pihak yang berperkara, pihak terkait, atau dihadirkan oleh Mahkamah Konstitusi [vide Bukti PT-6]. Bahwa berdasarkan ketentuan tersebut maka Pihak Terkait dapat mengajukan saksi dan ahli untuk memberikan keterangan dalam persidangan pengujian Undang-Undang oleh Mahkamah Konstitusi; 1.6. Bahwa berdasarkan Pasal 14 ayat 5 PMK 62005 ditentukan bahwa Pihak Terkait harus mengajukan permohonan kepada Mahkamah melalui Panitera, yang selanjutnya apabila disetujui ditetapkan dengan Ketetapan Ketua Mahkamah, yang salinannya disampaikan kepada yang bersangkutan; 141 1.7. Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka Mahkamah berwenang menerima permohonan dari pihak terkait untuk ditetapkan sebagai Pihak Terkait, mendengarkan keterangan dari Pihak Terkait beserta keterangan saksi dan ahli yang diajukan oleh Pihak Terkait;

2. Kedudukan Hukum Pihak Terkait Legal Standing