4 “Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan
terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar,...”
2. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 10 ayat 1 huruf a Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi sebagaimana diubah
dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi
Selanjutnya disebut “UU MK”, menyatakan bahwa “Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya
bersifat final untuk: a. Menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”;
3. Bahwa menurut Pasal 7 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, secara hierarkis kedudukan
UUD 1945 lebih tinggi dari Undang-Undang. Oleh karena itu, setiap ketentuan Undang-Undang tidak boleh bertentangan dengan UUD 1945;
4. Berdasarkan kewenangan Mahkamah Konstitusi tersebut di atas, para Pemohon mengajukan permohonan agar Mahkamah Konstitusi selanjutnya
disebut “Mahkamah” melakukan pengujian terhadap Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2004 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Kehutanan Menjadi Undang-Undang selanjutnya disebut “UU
Kehutanan”; 5. Bahwa oleh karena objek permohonan para Pemohon adalah Pasal 1
angka 3 UU Kehutanan, maka berdasarkan hal-hal tersebut di atas, Mahkamah berwenang untuk memeriksa dan memutus permohonan
pengujian UU Kehutanan.
II. Kedudukan Hukum
Legal Standing dan Kerugian Konstitusional Para Pemohon
2.1. Kedudukan Pemohon I Selaku Pemerintah Daerah
1. Bahwa Pasal 51 ayat 1 UU MK mengatur bahwa: “Pemohon adalah pihak yang menganggap hak danatau kewenangan
5 konstitusionalnya dirugikan oleh berlakunya undang-undang,
yaitu:
a. perorangan warga negara Indonesia; b. kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan
sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diatur dalam undang-
undang; c. badan hukum publik atau privat; atau
d. lembaga negara. Selanjutnya penjelasan Pasal 51 ayat 1 menyatakan :
Yang dimaksud dengan “hak konstitusional” adalah hak-hak yang diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. 2.
Bahwa berdasarkan Pasal 51 ayat 1 huruf d UU MK, lembaga negara dapat mengajukan permohonan Pengujian Undang-
Undang terhadap UUD 1945; 3.
Bahwa eksistensi Pemohon I selaku Pemerintah Daerah dalam permohonan ini didasarkan kepada Undang-Undang Darurat
Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Resmi Daerah Otonom KabupatenDaerah Istimewa Tingkat
Kabupaten dan Kota Besar dalam Lingkungan Provinsi Kalimantan yang kemudian ditetapkan menjadi Undang-Undang
dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun
1953 tentang Perpanjangan Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan Lembaran Negara Tahun 1953 Nomor 9 sebagai
Undang-Undang; 4.
Bahwa Pemohon I bertindak dalam kedudukannya sebagai Bupati Kapuas sesuai Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor
131.62-170 Tahun 2008 tentang Pengesahan Pemberhentian dan Pengesahan Pengangkatan Bupati Kapuas Provinsi Kalimantan
Tengah tertanggal 10 Maret 2008; 5. Bahwa di samping itu, dalam mengajukan permohonan ini,
Pemohon I juga mendapat Surat Kuasa Khusus Nomor
6 183.135DPRD.2011 dan Surat Tugas Nomor
183.134DPRD.2011 dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kapuas tanggal 13 Mei 2011;
6. Bahwa Pemohon I selaku Bupati Kabupaten Kapuas, menurut Pasal 25 huruf f Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah selanjutnya disebut “UU Pemerintahan
Daerah” menyatakan: “Kepala daerah mempunyai tugas dan
wewenang mewakili daerahnya di dalam dan di luar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai
dengan peraturan perundang-undangan”; 7.
Bahwa dengan demikian maka Pemohon I mempunyai kapasitas sebagai lembaga negara untuk bertindak selaku Pemohon dalam
permohonan ini. 2.2. Kedudukan Pemohon II, Pemohon III, Pemohon IV, Pemohon V
dan Pemohon VI Selaku Perorangan
1. Bahwa berdasarkan Pasal 51 ayat 1 huruf a UU MK, perorangan
warga negara Indonesia dapat mengajukan permohonan Pengujian Undang-Undang terhadap UUD 1945;
2. Bahwa Pemohon II, Pemohon III, Pemohon IV, Pemohon V, dan
Pemohon VI adalah perorangan warga negara Indonesia yang dibuktikan identitas yang hak-hak konstitusionalnya telah
dirugikan oleh berlakunya Pasal 1 angka 3 UU Kehutanan; 3. Bahwa dengan demikian maka Pemohon II, Pemohon III,
Pemohon IV, Pemohon V, dan Pemohon VI mempunyai kapasitas sebagai perorangan untuk bertindak sebagai Pemohon dalam
permohonan ini;
2.3. Kerugian Konstitusional Pemohon I Selaku Pemerintah Daerah