Pengembangan Kawasan Wisata Alam Gunung Galunggung Berdasarkan Permintaan Pasar

PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA ALAM
GUNUNG GALUNGGUNG BERDASARKAN
PERMINTAAN PASAR

GDE KRISHNA WARDANA

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengembangan
Kawasan Wisata Alam Gunung Galunggung berdasarkan Permintaan Pasar adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014
Gde Krishna Wardana
NIM E34090088

ABSTRAK
GDE KRISHNA WARDANA. Pengembangan Kawasan Wisata Alam Gunung
Galunggung Berdasarkan Permintaan Pasar. Dibimbing oleh EVA
RACHMAWATI dan NANDI KOSMARYANDI.
Kabupaten Tasikmalaya memiliki daya tarik wisata yaitu Kawasan Wisata
Alam Gunung Galunggung (KWAGG). Potensi wisata yang dimiliki KWAGG
belum dikembangkan secara optimal sehingga diperlukan pengembangan kawasan.
Pengembangan yang dilakukan dapat disesuaikan dengan permintaan pasar
terhadap KWAGG. Permintaan wisata dijadikan sebagai bahan pertimbangan
untuk perencanaan potensi KWAGG karena dapat mempertemukan kebutuhan
dan keinginan para wisatawan terhadap kawasan tersebut. Metode pengambilan
data yang digunakan adalah observasi lapang, studi pustaka, wawancara
pengelola dan penyebaran kuesioner kepada pengunjung. Hasil segmentasi yang
dilakukan menunjukkan bahwa tujuan wisata merupakan tujuan yang

mendominasi bagi kelompok umur 15-24 tahun dan bagi pengunjung yang berasal
dari daerah Jawa Barat, khususnya Tasikmalaya. Perencanaan yang dapat
dilakukan sesuai dengan segmentasi dominan yang terjadi adalah pembenahan dan
perbaikan kolam pemandian, penyediaan area perkemahan, pembenahan jalan dan
aksesibilitas menuju kawasan, pengelolaan kebersihan di sekitar objek wisata.
Kata Kunci : pengunjung, perencanaan, permintaan pasar, segmentasi,
Tasikmalaya
ABSTRACT
GDE KRISHNA WARDANA. Nature-based Tourism Development in
Galunggung Mountain Based on Demand. Supervised by EVA RACHMAWATI
and NANDI KOSMARYANDI.
The Tasikmalaya Regency has an attractive tourism object known as
Kawasan Wisata Alam Gunung Galunggung (KWAGG). The potential of
KWAGG has not been optimally utilized and area development is needed. The
development can be suited to market demand to meet the tourist needs toward
those area. The method of data collection were field observation, literature review,
and interview both for management staff and visitors. The results showed that the
tourism objectives dominated the reason of visitors. The age of visitors ranged 1524 years and they locally originated from Tasikmalaya Regency, West Java. The
planning processes that need to be done for dominant segmentation are restoration
and improvement of swimming pool, camping facilities construction, road and

accessibility enhancement, and sanitary management improvement surrounded the
tourism object.
Keywords : market demand , planning, segmentation, Tasikmalaya, visitors

PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA ALAM
GUNUNG GALUNGGUNG BERDASARKAN
PERMINTAAN PASAR

GDE KRISHNA WARDANA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2014

Judul Skripsi : Pengembangan Kawasan Wisata Alam Gunung Galunggung
Berdasarkan Permintaan Pasar
Nama
: Gde Krishna Wardana
NIM
: E34090088

Disetujui oleh

Eva Rachmawati SHut, MSi
Pembimbing I

Dr Ir Nandi Kosmaryandi, MScF
Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas segala Rahmat dan BerkahNya penyusunan penelitian ini dapat diselesaikan. Penelitian yang dilakukan
berjudul “Pengembangan Kawasan Wisata Alam Gunung Galunggung Berdasarkan
Permintaan Pasar”. Pengumpulan data lapangan dilakukan pada bulan Mei hingga
Juni 2013.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Eva Rachmawati SHut, MSi dan Dr Ir
Nandi Kosmaryandi, MScF selaku Pembimbing atas arahan, bimbingan, dan saran
kepada penulis selama menyelesaikan penelitian ini. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada kedua orang tua, atas doa dan motivasinya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih kepada Perum Perhutani yang telah
menyediakan tempat penelitian, teman-teman Anggrek Hitam 46, seluruh anggota
Himakova (senior maupun junior), KPH Python Himakova, teman-teman sehobi
(keluarga Bismania Indonesia), teman-teman wisma ruwet dan penghuni gelapnya
(Fami Ridho Perdana, M Agustian, Chandra A, Afi, Indra, Romi P, M Hendri,
Putra) atas tempatnya serta kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan
moral maupun material demi kelancaran penelitian yang dilakukan. Terima kasih

juga kepada Putu Rossi Tya Lestari atas semangat dan motivasi yang diberikan
selama ini.
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman pengelolaan
serta pengembangan Kawasan Wisata Alam Gunung Galunggung. Semoga
bermanfaat.
Bogor, September 2014
Gde Krishna Wardana

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

vii

PENDAHULUAN

1


Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

1

Manfaat Penelitian

1

METODE

2

Lokasi dan Waktu

2


Alat dan Bahan

2

Metode Pengumpulan Data

2

HASIL DAN PEMBAHASAN

4

Pengelolaan dan Objek Wisata di Kawasan Wisata Alam Gunung
Galunggung

4

Karakteristik Pengunjung


7

Preferensi Pengunjung

10

Segmentasi Pengunjung

16

Perencanaan Kawasan Wisata Alam Gunung Galunggung

19

SIMPULAN DAN SARAN

22

Simpulan


22

Saran

22

DAFTAR PUSTAKA

22

DAFTAR TABEL
1
2
3

Tahap penelitian, jenis data, metode pengumpulan data
Pertimbangan pengunjung mendatangi Kawasan Wisata
Alam Gunung Galunggung
Fasilitas standar di kawasan wisata (Gold 1980)


3
14
20

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Kawah Gunung Galunggung
Tangga menuju Kawah Galunggung
Pemandian Cipanas
Curug Panoongan
Data jumlah pengunjung KWAGG 2008-2012
Karakteristik pengunjung KWAGG
Asal pengunjung yang mendatangi KWAGG
Tujuan pengunjung datang ke KWAGG
Motivasi pengunjung dalam mengunjungi Kawasan Wisata
Alam Gunung Galunggung
Manfaat yang diperoleh pengunjung dalam mengunjungi
Kawasan Wisata Alam Gunung Galunggung
Kegiatan pengunjung di Kawasan Wisata Alam Gunung
Galunggung
Tingkat pengetahuan pengunjung terhadap keberadaan
Kawasan Wisata Alam Gunung Galunggung
Sumber informasi pengunjung dalam mengunjungi Kawasan
Wisata Alam Gunung Galunggung
Kendaraan yang digunakan pengunjung menuju Kawasan
Wisata Alam Gunung Galunggung
Pendapat pengunjung mengenai kondisi jalan menuju
Kawasan Wisata Alam Gunung Galunggung
Hal yang disukai pengunjung di Kawasan Wisata Alam
Gunung Galunggung
Hal yang tidak disukai pengunjung di Kawasan Wisata Alam
Gunung Galunggung
Segmentasi usia berdasarkan tujuan pengunjung di Kawasan
Wisata Alam Gunung Galunggung
Segmentasi geografi berdasarkan tujuan pengunjung di
Kawasan Wisata Alam Gunung Galunggung (1)
Segmentasi geografi berdasarkan tujuan pengunjung di
Kawasan Wisata Alam Gunung Galunggung (2)

6
6
6
6
7
8
9
10
10
11
11
12
12
12
13
15
16
17
18
18

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kabupaten Tasikmalaya memiliki daya tarik wisata yaitu Kawasan Wisata
Alam Gunung Galunggung (KWAGG). KWAGG mempunyai tiga obyek wisata
yaitu kawah Gunung Galunggung, Curug Panoongan dan Pemandian Cipanas.
Daya tarik utama dari KWAGG adalah gunung berapi yang masih aktif, yaitu
Gunung Galunggung.
Potensi wisata yang dimiliki KWAGG belum dikembangkan secara optimal
sehingga diperlukan pengembangan kawasan (Disbudpar Kab. Tasikmalaya 2012).
Douglass (2006) menyatakan bahwa pengembangan kawasan didasarkan atas
penggunaan sumberdaya yang tersedia dan permintaan. Permintaan pasar
merupakan jumlah suatu barang atau jasa yang akan dibeli oleh konsumen atau
masyarakat pada kondisi, waktu, dan harga tertentu (Hanafiah dan Saefuddin
1993).
Data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tasikmalaya
menunjukkan bahwa ada penurunan jumlah pengunjung di KWAGG pada tahun
2009 - 2010 dan tahun 2011 - 2012. Jumlah pengunjung yang menurun dapat
ditingkatkan dengan melakukan pengembangan di KWAGG. Bentuk
pengembangan yang dilakukan dapat disesuaikan dengan permintaan pasar
terhadap KWAGG. Gold (1980) menyatakan bahwa permintaan wisata
dibutuhkan untuk mengetahui atau mencari tahu apa yang pengunjung inginkan
dan mengetahui peluang terbaik apa yang mampu memuaskan keinginan
pengunjung dalam mengembangkan kawasan. Permintaan wisata dapat dijadikan
bahan pertimbangan untuk pengembangan potensi KWAGG.
Gunung Galunggung merupakan gunung berapi yang masih aktif dan
aktivitas vulkaniknya dapat dipantau secara terus menerus. Untuk memberikan
rasa nyaman dan aman kepada pengunjung diperlukan pengembangan dan
perencanaan mengenai aspek keselamatan bagi para pengunjung yang berada di
KWAGG berdasarkan permintaan pasar. Permintaan pasar terhadap KWAGG
dapat mempertemukan kebutuhan dan keinginan para wisatawan terhadap
kawasan tersebut sehingga pengembangan mengenai fasilitas (sarana dan
prasarana) serta aspek keamanan perlu dilakukan untuk memberikan rasa aman
dan nyaman kepada pengunjung.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah membuat perencanaan pengembangan
KWAGG berdasarkan segmentasi pengunjung pada permintaan pasar nyata
(actual demand).
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan masukan dan pertimbangan
terkait permintaan pasar dalam rangka meningkatkan jumlah pengunjung dan
mengoptimalkan potensi wisata di KWAGG.

2

METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di KWAGG, Kabupaten Tasikmalaya, Propinsi
Jawa Barat. Penelitian dilakukan pada bulan Mei - Juni 2013.

Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, Kamera
Nikon D5000, recorder, alat ukur. Sedangkan bahan penelitian adalah panduan
wawancara, kuesioner, pustaka, buku panduan lapang flora dan fauna.

Metode Pengumpulan Data
Metode pengambilan data dilakukan dengan observasi lapang, studi
pustaka, wawancara pengelola dan penyebaran kuesioner kepada pengunjung.
Data yang dikumpulkan dapat dilihat pada Tabel 1.
1.

Observasi lapang
Observasi lapang dilakukan dengan cara melakukan pengamatan di
KWAGG. Observasi lapang digunakan untuk mengetahui kondisi dan keadaan
kawasan secara langsung (ground check). Pengamatan dilakukan dengan cara
mengelilingi kawasan untuk mendapatkan data yang akan digunakan.
2.

Wawancara Pengelola
Wawancara dilakukan kepada tiga orang narasumber, yaitu kepala
administrator Galunggung, dan dua orang petugas loket yang mewakili dari
masing-masing pengelola yaitu Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Tasikmalaya, Perum Perhutani .
3.

Penyebaran Kuesioner
Data pengunjung didapatkan dengan cara penyebaran kuesioner kepada
pengunjung secara langsung. Batasan yang digunakan adalah pasar nyata yaitu
pengunjung yang sedang berkunjung ke KWAGG. Pengunjung dipilih dengan
menggunakan convenience sampling, artinya pengunjung yang bersedia diminta
kesediaannya untuk mengisi kuesioner. Jumlah responden yang diambil sebanyak
39 orang.
4.

Studi Pustaka
Studi pustaka digunakan untuk melengkapi data penelitian yang didapat dari
observasi lapang. Studi pustaka yang dapat digunakan adalah buku panduan
lapang jenis flora dan fauna, jurnal, buku acuan, serta peta KWAGG.

3
Tabel 1 Tahap penelitian, jenis data, metode pengumpulan data
No Tahap Penelitian
1

2

3

Metode Pengumpulan Data

Identifikasi Potensi dan Daya Tarik Wisata
Data yang dikumpulkan meliputi : kondisi
umum kawasan yang meliputi letak dan
luas kawasan, sejarah kawasan, dan kondisi
biologi (flora dan fauna).
Identifikasi objek wisata (jenis objek
wisata, kondisi fisik dan biologi objek
wisata, serta budaya masyarakat sekitar),
jenis, jumlah, kondisi sarana dan prasarana.
Identifikasi Karakteristik dan Preferensi
Pengunjung
Data yang dikumpulkan meliputi :
demografi (umur, pekerjaan, tingkat
pendidikan, asal, jenis kelamin,
pendapatan), motivasi, tujuan, tanggapan
terhadap kawasan, aktifitas, harapan
pengunjung.
Identifikasi Pengelolaan Kawasan Wisata
Gn. Galunggung
Data yang dikumpulkan meliputi :
kebijakan, pengelolaan potensi dan daya
tarik wisata, pelayanan terhadap
pengunjung, rencana pengembangan
kawasan, permasalahan pengelolaan.

Studi pustaka

Observasi lapang dan
wawancara pengelola
(Perhutani, Disbudpar
Tasikmalaya)

Observasi lapang dan
penyebaran kuesioner

Wawancara pengelola
(Perhutani, Disbudpar
Tasikmalaya)

Metode Analisis Data
Analisis Data Potensi Bahaya dan Keselamatan Pengunjung.
Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Data disajikan dalam
bentuk tabulasi dan gambar. Potensi bahaya dan daya tarik wisata yang terdapat di
kawasan dapat dilihat dari kondisi fisik, kondisi biologi di sekitar objek wisata,
serta kondisi sarana prasarana yang disediakan oleh pengelola. Data yang
dihasilkan merupakan gambaran umum KWAGG.
Analisis Data Pengunjung.
Data pengunjung diolah menggunakan software Microsoft Excel 2010 untuk
menghasilkan segmentasi pasar. Segmentasi pasar yang terjadi didapatkan dengan
cara mengolah data demografi dan data preferensi (tujuan wisata). Data demografi
pengunjung dibagi berdasarkan empat kelompok usia. Keempat kelompok umur

4
tersebut adalah 9 - 14 tahun, 15 - 24, 25 - 50 tahun dan >50 tahun (Heriningtyas
2009).
Perencanaan Pengembangan Kawasan Wisata Gunung Galunggung
Perencanaan pengembangan di KWAGG didasarkan atas karakteristik
segmentasi pasar yang terjadi dengan mengkaji kondisi fisik KWAGG.
Pengembangan yang dilakukan meliputi perencanaan sarana prasarana yang
diperlukan di kawasan serta perencanaan aspek keselamatan pengunjung.
Analisis Pengelola Kawasan Wisata Gunung Galunggung.
Data dari pengelola disajikan dalam bentuk tabulasi. Data dianalisis secara
deskriptif. Data pengelolaan KWAGG yang dianalisis secara deskripsi meliputi
data kebijakan pengelola, pengelolaan potensi dan daya tarik wisata, pelayanan
terhadap pengunjung, rencana pengembangan kawasan, dan masalah lain yang ada
di kawasan.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengelolaan dan Objek Wisata di Kawasan Wisata Alam Gunung
Galunggung
KWAGG merupakan kawasan wisata yang dimiliki oleh Perum Perhutani
KPH Tasikmalaya. Pihak pengelola memiliki rencana untuk mengembangkan
kawasan wisata menjadi lebih baik. Dalam melakukan perencanaan diperlukan
informasi mengenai hal-hal apa saja yang dibutuhkan pengunjung untuk
meningkatkan daya tarik wisatanya. KWAGG, terletak di Desa Linggajati,
Kecamatan Sukaratu, Kabupaten Tasikmalaya. Luas KWAGG sebesar kurang
lebih 40 ha.
Kondisi biologi di KWAGG didominasi oleh Pinus merkusii (tahun tanam
1999 - 2000), tanaman penghijauan kaliandra dan paku-pakuan. Sedangkan fauna
yang dapat ditemukan di KWAGG adalah kadal kebun (Eutrophis multifasciata),
monyet ekor panjang (Macaca fascicularis).
KWAGG merupakan kawasan gunung api yang masih aktif. Letusan
terakhir terjadi pada tahun 1982. Untuk itu diperlukan pembahasan mengenai
aspek keselamatan dan keamanan di kawasan wisata gunung api. Aspek
keselamatan dan keamanan meliputi pengelolaan serta penangggulangan terhadap
bencana letusan gunung api bagi kawasan dan bagi pengunjung.
Aksesibilitas
KWAGG dapat ditempuh dengan lama waktu perjalanan 1 - 2 jam dari pusat
Kota Tasikmalaya. Terdapat tiga akses yang dapat digunakan, jalur pertama yaitu
jalur Tasikmalaya – Pagendingan – Cisayong - Gunung Galunggung, jalur kedua
yaitu jalur Tasikmalaya – Cilembang - Gunung Galunggung, dan jalur ketiga
adalah jalur Singaparna - Gunung Galunggung. Kondisi jalan menuju kawasan
merupakan jalan aspal dan berbatu dengan lebar jalan 3 - 4 meter, akses ini dapat
dilalui oleh kendaraan pribadi maupun truk.

5
Akses transportasi umum dapat menggunakan angkutan kota dari Terminal
Indihiang menuju Gunung Galunggung atau dari Terminal Singaparna menuju
Gunung Galunggung dengan tarif Rp 6000,00. Sepanjang jalan menuju ke
kawasan terdapat pemukiman warga dengan kebun dan kolam ikan yang dimiliki
warga serta tegakan tanaman penghijauan kaliandra. Kondisi masyarakat disekitar
kawasan berprofesi sebagai pedagang dan penyedia jasa ojek.
Letusan Gunung Galunggung yang terjadi pada tahun 1982 berakibat pada
terbentuknya Kawah Gunung Galunggung yang saat ini menjadi salah satu objek
wisata andalan di KWAGG. KWAGG mempunyai tiga daya tarik yang digunakan
sebagai objek wisata. Ketiga daya tarik tersebut adalah Kawah Galunggung,
Pemandian Cipanas Galunggung, dan Curug Panoongan. Gunung Galunggung
merupakan gunung api yang masih aktif, maka diperlukan pengelolaan dan
penanggulangan mengenai keselamatan dan keamanan bagi pengunjung dan
kawasan tersebut. Menurut Heggie (2010) letusan atau erupsi gunung berapi
mempunyai bahaya bagi pengunjung selama erupsi dan setelah erupsi. Jenis-jenis
ancaman bahaya yang dapat terjadi adalah hujan asam, debu vulkanik, gempa
bumi, tanah longsor, banjir lahar, dll.
Gunung Galunggung merupakan gunung berapi yang masih aktif. Untuk
meminimalisir bahaya yang dapat terjadi diperlukan langkah-langkah dalam
menanggulangi bahaya. Twigg (2004) menyatakan bahwa terdapat empat fase
dalam menanggulangi resiko bahaya yaitu pencegahan bencana, persiapan
sebelum bencana terjadi, respon saat bencana terjadi, dan pemulihan setelah
terjadinya bencana.
Kawah Gunung Galunggung
Kawah Gunung Galunggung (Gambar 1) merupakan salah satu obyek yang
terdapat di KWAGG. Harga tiket masuk ke Kawah Gunung Galunggung sebesar
Rp 4,200.00. Objek wisata ini berjarak sekitar 3 (tiga) kilometer dari gerbang
masuk. Untuk menuju kawah dapat dicapai dengan menaiki 620 buah anak tangga
(Gambar 2). Tangga yang disiapkan oleh pengelola merupakan tangga yang
terbuat dari semen. Sepanjang tangga menuju kawah dikelilingi oleh semak
belukar, tumbuhan bawah, tumbuhan paku-pakuan, dan tanaman penghijauan
kaliandra. Pemandangan yang dapat dilihat merupakan cekungan kawah hasil dari
letusan Gunung Galunggung dan pemandangan Kota Tasikmalaya dari atas kawah.
Potensi bahaya bagi pengunjung di kawah galunggung yaitu :
a. Bahaya vulkanik bagi kesehatan pengunjung (gas belerang),
b. Bahaya lainnya yang dapat terjadi akibat kelalaian pengunjung seperti
terperosok ke dalam kawah, terpeleset saat menaiki tangga menuju kawah,
kelelahan akibat kondisi fisik yang tidak memungkinkan,
c. Tindakan kriminal dapat terjadi pada malam hari karena minim penerangan.
Pemandian Cipanas Galunggung dan Curug Panoongan
Obyek wisata lainnya yang terdapat di KWAGG adalah Pemandian Cipanas
(Gambar 3). Harga tiket masuk ke pemandian sebesar Rp 4,200.00. Pemandian
Cipanas merupakan tempat pemandian umum yang dikelola Pemda Kabupaten
Tasikmalaya. Air panas di Pemandian Cipanas bersumber dari mata air yang
terdapat di Gunung Galunggung. Pemandian Cipanas berbentuk kolam pemandian
besar berukuran 5m x 10m dan kolam kecil berukuran 2m x 2 m. Pemandian

6
Cipanas memiliki konsep kolam pemandian massal bagi para pengunjungnya. Air
panas yang mengalir melewati sungai ditampung dibeberapa kolam pemandian
dengan ukuran yang berbeda-beda. Selain kolam air panas, ditempat ini
disediakan saung yang dapat digunakan untuk rekreasi atau piknik. Perum
Perhutani memiliki komplek pemandian tersendiri yaitu kolam pemandian dengan
kapasitas 2-4 orang. Setiap kolam pemandian dilengkapi dengan satu buah saung,
satu buah toilet dan satu buah ruang ganti.

Gambar 1 Kawah Galunggung

Gambar 2 Tangga menuju kawah

Curug Panoongan merupakan objek wisata yang dikelola oleh Perum
Perhutani (Gambar 4). Untuk bisa mengunjungi curug ini, dikenakan tarif masuk
sebesar Rp 10,000.00. Jarak yang ditempuh sekitar sekitar 1 (satu) km dari kolam
pemandian air panas atau sekitar 15 menit. Curug ini mempunyai ketinggian
kurang lebih 5 meter. Keunikan Curug Panoongan adalah curug tersebut
mempunyai dua sumber mata air yaitu sumber mata air dingin dan sumber mata
air panas. Akses jalan menuju ke curug pun masih berupa jalan tanah. Potensi
bahaya yang dapat berkaitan dengan keselamatan dan keamanan pengunjung di
lokasi ini, yaitu :
a. Ancaman bahaya longsor sepanjang jalan menuju curug,
b. Bahaya akibat kelalaian pengunjung seperti terpeleset, tersesat karena
kurangnya petunjuk arah menuju curug,
c. Tertular penyakit akibat kolam pemandian yang digabung,
d. Kehilangan barang berharga karena kelalaian pengunjung dan terbatasnya
petugas,

Gambar 3 Pemandian Cipanas

Gambar 4 Curug Panoongan

7
Karakteristik Pengunjung

Individu

Jumlah Pengunjung
Pengunjung yang mendatangi KWAGG dari tahun ke tahun mengalami
perubahan jumlah (Gambar 5). Jumlah pengunjung paling tinggi terdapat pada
tahun 2009. Setelah tahun 2009 jumlah pengunjung di KWAGG mengalami
penurunan. Musim ramai pengunjung di KWAGG setiap tahunnya menyesuaikan
dengan libur sekolah dan perayaan lebaran. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir,
musim ramai pengunjung di KWAGG berada pada bulan Juli - September.

160,000
140,000
120,000
100,000
80,000
60,000
40,000
20,000
2008

2009

2010

2011

2012

Tahun

Gambar 5 Data jumlah pengunjung KWAGG 2008-2012 (Sumber : Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Tasikmalaya)
Jenis Kelamin
Pengunjung yang datang ke KWAGG didominasi oleh jenis kelamin pria
sebanyak 64,10% (Gambar 6). Mehmetoglu (2006) menyebutkan bahwa aktifitas
yang disukai oleh sebagian besar pria adalah aktifitas maskulin yang
menggunakan tenaga/fisik. KWAGG memiliki objek wisata yang menggunakan
aktifitas fisik untuk menuju ke objek wisata tersebut, yaitu menaiki tangga yang
cukup tinggi menuju Kawah Galunggung dan lintas alam untuk menuju Curug
Panoongan. Wanita cenderung menyukai aktifitas yang tidak banyak
menggunakan aktifitas fisik dan lebih menyukai aktifitas yang terkait dengan
budaya serta hal-hal yang bersifat pleasure (Mehmetoglu 2006).
Usia Pengunjung
Data pengunjung yang telah terkumpul, dibagi berdasarkan empat
kelompok umur. Pengunjung didominasi dengan rentang usia 15-24 tahun sebesar
74,36% (Gambar 6). Nurchasanah (2005) menyebutkan bahwa usia berpengaruh
terhadap pengambilan keputusan dalam berekreasi. Pengunjung dengan rentang
usia ini membutuhkan kegiatan wisata untuk refreshing dan mencari hiburan.
Pada usia ini pengunjung lebih senang bermain dengan keluarga, kerabatnya
untuk menghabiskan waktu luang.

8

Pekerjaan

Lainnya...

12.82%

Ibu Rumah Tangga

0.00%

TNI/Polri

0.00%

Wiraswasta

17.95%

Pegawai swasta

0.00%

PNS/BUMN

7.69%

Status

Pelajar/mahasiswa

61.54%

Belum Menikah

76.92%

Menikah

23.08%

Perguruan Tinggi

23.08%

Pendidikan

Akademi/Diploma

5.13%

SMA

51.28%

SMP

17.95%

Usia

SD

2.56%

Tidak Sekolah

0.00%

>50 Tahun

0.00%

25-50 Tahun

23.08%

15-24 Tahun

74.36%

9-14 Tahun
J.Kelamin

Presentase

2.56%

Wanita

35.90%

Pria

64.10%
0%

20%

40%

60%

80%

100%

Gambar 6 Karakteristik pengunjung KWAGG

Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan pengunjung di KWAGG didominasi oleh pendidikan
SMA sebesar 51,28% (Gambar 6). Douglas (1970) menyatakan bahwa pendidikan
akan mempengaruhi persepsi seseorang terhadap lingkungannya. Dari data yang
diperoleh, pengunjung dengan tingkat pendidikan SMA mempunyai kepedulian
yang lebih tinggi terhadap lingkungan di KWAGG.

9
Status Perkawinan
Status merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan wisata.
Yoeti (2008) menyatakan bahwa semakin besar pendapatan yang bebas digunakan,
maka semakin besar kemungkinan seseorang melakukan perjalanan wisata yang
diinginkan. Pengunjung yang mendatangi KWAGG mayoritas belum menikah
dengan presentase sebesar 76,92% (Gambar 6).
Jenis Pekerjaan
Jenis pekerjaan didominasi oleh pengunjung yang berstatus
pelajar/mahasiswa sebesar 61,54% (Gambar 6). Pengunjung dengan pekerjaan
sebagai pelajar/mahasiswa memiliki ketersediaan waktu lebih banyak untuk
berwisata serta didukung oleh tiket masuk kawasan yang murah dengan harga
sebesar Rp 4,200.00.
Tidak isi
Bogor

15.38%
2.56%

Asal

Purwakarta

10.26%

Cirebon

2.56%

Brebes

2.56%

Kuningan

5.13%

Tangerang

2.56%

Banjar

2.56%

Tasikmalaya

30.77%

Ciamis
Jakarta
Bandung
0.00%

12.82%
2.56%
10.26%
5.00% 10.00% 15.00% 20.00% 25.00% 30.00% 35.00%

Gambar 7 Asal pengunjung yang mendatangi KWAGG
Asal Pengunjung
Pengunjung yang datang ke KWAGG didominasi oleh pengunjung yang
berasal dari daerah Tasikmalaya (wisatawan lokal) sebesar 30,77% (Gambar 7).
Asal pengunjung yang datang ke KWAGG dipengaruhi oleh besarnya jarak atau
waktu tempuh yang digunakan oleh pengunjung untuk mencapai kawasan.
Pengunjung dari daerah Tasikmalaya dan sekitarnya mendominasi karena secara
administratrif KWAGG terletak di Kabupaten Tasikmalaya sehingga lebih mudah
diakses oleh wisatawan lokal, dalam hal ini pengunjung yang berasal dari daerah
Tasikmalaya. Pada gambar 7 terlihat bahwa terdapat pengunjung yang berasal dari
luar daerah Tasikmalaya.

10
Preferensi Pengunjung
Tujuan Pengunjung
Tujuan pengunjung dibagi menjadi empat kategori besar, yaitu wisata,
pendidikan, penelitian, dan tujuan lainnya. Pengunjung yang datang ke KWAGG
didominasi oleh pengunjung yang memiliki tujuan untuk berwisata sebesar 81%
(Gambar 8). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Aini (2013) menunjukkan
bahwa tujuan pengunjung didominasi oleh tujuan wisata untuk rekreasi dan
refreshing.

Wisata

Pendidikan

5%
2%

Penelitian

Lainnya

12%

81%

Gambar 8 Tujuan pengunjung datang ke KWAGG.
Motivasi dan Manfaat yang Diperoleh Pengunjung
Motivasi terbesar pengunjung dalam mengunjungi KWAGG karena
KWAGG mempunyai pemandangan yang indah sebesar 51,28% serta ajakan dari
teman atau kerabat pengunjung sebesar 20,51% (Gambar 9). Motivasi dipengaruhi
oleh ketersediaan waktu yang dimiliki oleh pengunjung. Sebagian besar
pengunjung mengunjungi KWAGG pada waktu libur/ week end. Manfaat terbesar
yang didapat pengunjung adalah memperoleh kesegaran jasmani dan memperoleh
pemandangan yang menarik dari objek wisata yang tersedia di KWAGG yaitu
sebesar 33,33% (Gambar 10).
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%

51.28%
20.51%
7.69%

5.13%

7.69%

2.56%

5.13%

Gambar 9 Motivasi pengunjung dalam mengunjungi KWAGG.

11

35.00%
30.00%
25.00%
20.00%
15.00%
10.00%
5.00%
0.00%

33.33%

33.33%
15.38%

12.82%

5.13%

Gambar 10 Manfaat yang diperoleh pengunjung dalam mengunjungi KWAGG
Kegiatan Pengunjung
Dari hasil penyebaran kuesioner, didapatkan hasil bahwa sebagian besar
kegiatan pengunjung di kawasan ini adalah jalan-jalan di sekitar kawasan sebesar
46% dan melihat pemandangan sebesar 40% (Gambar 11). Kegiatan yang
dilakukan oleh pengunjung dipengaruhi oleh kondisi fisik KWAGG yang
memungkinkan pengunjung untuk menikmati potensi dengan berjalan kaki.
Dengan melakukan kegiatan berjalan-jalan, pengunjung dapat memperoleh
kesegaran jasmani dan pemandangan yang menarik (Gambar 11).
Jalan-Jalan

Melihat pemandangan

Berkemah

Lainnya

10%
4%
46%
40%

Gambar 11 Kegiatan pengunjung di KWAGG.
Sumber Informasi dan Tingkat Pengetahuan Kawasan
Mayoritas pengunjung (82%) yang datang ke KWAGG telah mengetahui
keberadaan kawasan (Gambar 12) sedangkan sisanya sebesar 18% belum
mengetahui sebelumnya. Sebagian besar (95%) pengunjung mendapatkan
informasi keberadaan kawasan melalui teman atau keluarga dan dari internet
(Gambar 13).

12
Mengetahui

Tidak Mengetahui

18%

82%

. Gambar 12

Tingkat pengetahuan pengunjung terhadap keberadaan KWAGG.

Teman/Keluarga

Lainnya

Teman/Keluarga dan Internet

2% 3%

95%

Gambar 13 Sumber informasi pengunjung dalam mengunjungi KWAGG
Jenis Kendaraan
Pengunjung yang datang ke kawasan ini mayoritas menggunakan kendaraan
pribadi sebagai alat transportasi sebesar 69% (Gambar 14). Hal ini disebabkan
aksesibilitas menuju kawasan sulit dijangkau dengan menggunakan kendaraan
umum. Kendaraan umum yang tersedia hanya sampai pintu gerbang depan.

Pribadi

Sewaan

Umum

Pribadi dan Sewaan

5% 3%

23%
69%

Gambar 14 Kendaraan yang digunakan pengunjung menuju KWAGG.

13
Kondisi Jalan
Akses menuju lokasi wisata merupakan salah satu faktor yang menjadi
pertimbangan pengunjung untuk mengunjungi suatu kawasan wisata. Akses jalan
menuju KWAGG merupakan jalan beraspal dan jalan berbatu. Sebanyak 51%
(Gambar 15) responden berpendapat bahwa akses menuju KWAGG buruk serta
kurang nyaman untuk dilalui.
Baik

Sedang

Buruk

3%

51%

46%

Gambar 15 Pendapat pengunjung mengenai kondisi jalan menuju KWAGG.
Push dan Pull Faktor
Pengunjung mempertimbangkan beberapa aspek dalam melakukan
kunjungan ke tempat wisata. Aspek keindahan, fasilitas, keamanan, kebersihan,
dan pelayanan dari suatu kawasan wisata menjadi pertimbangan pengunjung
dalam mengunjungi suatu kawasan wisata (Tabel 2). KWAGG memiliki fasilitas
yang dibutuhkan oleh pengunjung. Fasilitas wisata yang tersedia di kawasan ini
adalah satu buah penginapan milik Perum Perhutani, toilet, mushola, warung,
lahan parkir, media informasi. Menurut pengunjung, aspek fasilitas masih perlu
dikembangkan untuk meningkatkan kepuasan pengunjung terhadap kawasan.
Pengunjung yang datang ke suatu kawasan wisata mempertimbangkan fasilitas
yang ada untuk mendapatkan kenyamanan dan kepuasan dari tempat tersebut. Hal
ini berhubungan dengan faktor penarik (pull factor) yang dapat mengurangi
kepuasan pengunjung terhadap suatu tempat akibat dari kurang baiknya
pengelolaan dan perawatan di kawasan tersebut.
Aini (2013) menyebutkan bahwa fasilitas yang harus ditambahkan di
KWAGG meliputi sarana kebersihan, keamanan, penginapan, dan pusat informasi.
Harapan pengunjung adalah penyediaan tempat penginapan, aksesibilitas jalan,
warung, permainan anak, kolam renang, tempat istirahat dan pusat informasi.
Sarana prasarana utama dan fasilitas penunjang di KWAGG masih belum
memadai (Ramadiana 2011).
.

14
Tabel 2 Pertimbangan pengunjung dalam mendatangi kawasan wisata
No
1

2

3

4

5

6

Aspek Pertimbangan

Presentase

Daya Jangkau
Ya

15,38

Tidak

84,62

Keindahan
Ya

92,31

Tidak

7,69

Fasilitas
Ya

82,05

Tidak

17,95

Keamanan
Ya

89,74

Tidak

10,26

Kebersihan
Ya

89,74

Tidak

10,26

Pelayanan
Ya

69,23

Tidak

30,77

Eagles dan McCool (2002), tempat wisata membutuhkan fasilitas dan
pelayanan untuk mengakomodasi kebutuhan pengunjung, staff dan lainnya.
Tempat wisata membutuhkan fasilitas untuk informasi, transportasi, akomodasi,
makan, keamanan dan rekreasi. Pada aspek keamananan, pengunjung berpendapat
sudah merasa aman selama berada di kawasan, namun pengunjung menginginkan
adanya penambahan petugas keamanan. Selain itu fasilitas untuk menunjang
aspek keamanan harus ditingkatkan. Pengunjung merasa kurangnya penerangan di
sekitar kawasan pada saat malam hari.
Aspek kebersihan menjadi pertimbangan pengunjung dalam mengunjungi
suatu kawasan. Pengunjung berpendapat bahwa kebersihan di objek wisata yang
terdapat di dalam kawasan kurang terjaga. Hal ini disebabkan oleh banyak sampah
yang berada di sekitar objek wisata. Selain sampah yang terdapat di objek wisata,
kebersihan dan sanitasi pun harus ditingkatkan demi kenyamanan pengunjung.
Aspek pelayanan berkaitan erat dengan sarana dan prasarana yang
dibutuhkan di kawasan wisata. Menurut pengunjung pelayanan yang diberikan
pengelola kepada pengunjung sudah ada tetapi hanya sebatas petugas yang
tersedia di loket masuk. Sementara pelayanan tidak langsung seperti ketersediaan
media informasi masih kurang.
Motivasi pengunjung untuk datang ke tempat ini adalah untuk menikmati
pemandangan yang tersedia di KWAGG. Aspek keindahan merupakan aspek
penting yang dapat menjadi faktor penarik (pull factor). Pengunjung termotivasi
untuk mengunjungi KWAGG karena pemandangan alam yang indah.
Menurut Uysal dan Hagan (1993) push faktor adalah faktor pendorong
atau faktor yang menjadi motivasi pengunjung dalam mengunjungi tempat
rekreasi untuk memenuhi kebutuhan/kepuasan pengunjung, sementara pull faktor

15
adalah faktor penarik yang dimiliki suatu tempat rekreasi agar pengunjung tetap
berada di tempat tersebut.
Mohamed dan Othman (2012) menyebutkan bahwa faktor yang
mendorong motivasi pengunjung untuk mengunjungi suatu tempat berhubungan
dengan element yang dimiliki tempat tersebut. Selain karakter fisik, keadaan di
tempat tersebut menjadi faktor pendorong tersendiri bagi pengunjung untuk
mengunjungi suatu tempat seperti keadaan sepi, tenang dan dekat dengan alam.
Sedangkan untuk faktor penarik dari suatu kawasan dapat terlihat dari cara
perawatan dan pengelolaan tempat tersebut. Jika kawasan tersebut dirasa kurang
aman bagi pengunjung, pengelolaannya tidak baik maka akan berdampak negatif
pada kepuasan pengunjung.
Objek

Sarpras

Kegiatan

Suasana

Lainnya

9%

25%
54%

7%
5%

Gambar 16 Hal yang disukai pengunjung di KWAGG.

Hal yang disukai pengunjung dari KWAGG tersaji dalam gambar 12. Objek
wisata menjadi hal yang disukai pengunjung dalam mengunjungi suatu kawasan
wisata. Objek wisata yang disukai pengunjung (Gambar 16) berkaitan dengan
aspek keindahan, keamanan, kebersihan, dan pelayanan oleh pengelola kawasan
(Tabel 2). Hal lainnya (Gambar 16) yang disukai dari pengunjung terhadap
KWAGG adalah karena cuaca dan udara yang sejuk, suasana yang nyaman dan
damai, akses dekat dengan tempat tinggal, serta kesejukan udara di KWAGG.
Pengunjung mendapatkan manfaat kesegaran jasmani dengan mengunjungi
KWAGG.
Pengunjung tidak menyukai KWAGG dalam beberapa hal. Hal yang paling
tidak disukai pengunjung terhadap kawasan adalah mengenai sarana dan prasarana
yang terdapat di KWAGG (Gambar 17). Sarana dan prasarana berkaitan dengan
aspek daya jangkau, fasilitas dan pelayanan yang tersedia di KWAGG. Sarana dan
prasarana menjadi hal yang tidak disukai pengunjung karena menurut pengunjung
yang mendatangi KWAGG fasilitas yang disediakan kurang terawat dan kurang
memadai serta masih belum tertatanya warung yang terdapat di sekitar objek
wisata. Hal ini berdampak pada kebersihan objek wisata yang terdapat di
KWAGG.

16
Objek

Sarpras

Kegiatan

Suasana

Lainnya

6%
8%
18%
10%

58%

Gambar 17 Hal yang tidak disukai pengunjung di KWAGG.

Fasilitas jalan yang disediakan pengelola termasuk dalam pertimbangaan
daya jangkau pengunjung. Pengunjung berpendapat bahwa kondisi jalan menuju
KWAGG buruk, namun pengunjung tetap datang mengunjungi kawasan ini. Hal
ini karena jarak yang ditempuh dari pusat Kota Tasikmalaya menuju KWAGG
tidak terlalu jauh. Selain itu sulitnya transportasi umum menuju kawasan menjadi
kendala bagi pengunjung. Untuk mengatasi sulitnya transportasi, pengunjung
menggunakan kendaraan pribadi untuk menuju kawasan.
Kawasan ini memiliki kekurangan disisi pengelolaan dan perawatan
kawasan. Hal ini dapat terlihat dari hal yang tidak disukai pengunjung, yaitu pada
bagian sarana dan prasarana yang kurang memadai. Pengunjung yang datang ke
kawasan ini mempunyai motivasi (push factor) untuk berkunjung namun tidak
diimbangi dengan pengelolaan dan perawatan kawasan yang ada, sehingga jika
dibiarkan dapat berdampak negatif bagi kepuasan pengunjung.

Segmentasi Pengunjung
Segmentasi adalah proses membagi keseluruhan pasar menjadi sub
kelompok atau segmen untuk tujuan pemasaran (Middleton, Clarke 2001). Kotler
dan Keller (2009) menjelaskan bahwa segmen pasar yang terbentuk terdiri atas
sekelompok konsumen yang memiliki kebutuhan atau keinginan yang sama.
Segmentasi pasar merupakan komponen penting dalam menentukan
pengembangan suatu kawasan. Segmentasi pasar yang terbentuk dapat digunakan
oleh perencana pengembangan suatu kawasan dalam memahami apa yang
dibutuhkan oleh pengunjung terhadap kawasan tersebut.
Segmentasi pasar membagi pasar menjadi kelompok kecil berdasarkan
faktor demografi, geografi, psikologi dan perilaku pengunjung (Larsen 2010).
Segmentasi yang dilakukan berupa pengelompokan usia pengunjung dan asal
pengunjung yang mendominasi di KWAGG. Segmentasi dominan yang terbentuk
akan dikaitkan dengan tujuan pengunjung. Hasil dari segmentasi ini selanjutnya
dijadikan bahan perencanaan pengembangan objek wisata dan sarana prasarana di
KWAGG. Data segmentasi yang ada disegmentasi menjadi dua, yaitu segmentasi
demografi dan segmentasi geografi.

17

1. Segmentasi Demografi.
Larsen (2010) mengemukakan bahwa segmentasi demografi sering
digunakan dalam segmentasi pasar karena variabel yang digunakan mudah
diidentifikasi. Variabel yang dapat digunakan dalam segmentasi demografi adalah
usia dan jenis kelamin. Pengunjung yang datang ke KWAGG dibagi menjadi
beberapa kelompok umur. Gambar 18 menunjukkan bahwa segmentasi
pengunjung di KWAGG terjadi pada rentang usia 15-24 tahun. Artinya,
pengunjung dengan usia 15-24 tahun mendominasi kawasan ini dengan tujuan
wisata, pendidikan, penelitian dan tujuan lainnya.
80.00%
70.00%
60.00%
50.00%

Wisata

40.00%

Pendidikan

30.00%

Penelitian

20.00%

Lainnya

10.00%
0.00%
9-14
Tahun

15-24
Tahun

25-50
Tahun

> 50
Tahun

Gambar 18 Segmentasi usia berdasarkan tujuan pengunjung di KWAGG
2. Segmentasi Geografi
Segmentasi geografi membagi pengunjung berdasarkan asal pengunjung.
Hal ini penting dilakukan karena berhubungan dengan keberadaan kawasan wisata
dan tempat tinggal pengunjung. Segmentasi geografi penting dilakukan karena
pada kenyataannya perilaku pengunjung dalam membeli suatu produk atau jasa
berkaitan erat dengan asal pengunjung (Gunter dan Furnham 1992).
Segmentasi geografi sangat berguna apabila terdapat perbedaan lokasi
antara lokasi produk yang diberikan dengan asal pengunjung (Larsen 2010). Hasil
segmentasi geografi yang dilakukan memperlihatkan bahwa pengunjung dengan
tujuan wisata yang dominan berasal dari daerah Tasikmalaya (Gambar 19). Secara
administratif kawasan ini terletak di Kabupaten Tasikmalaya sehingga
pengunjung yang berdomisili di daerah Tasikmalaya lebih mudah mengakses
tempat ini. Penelitian yang dilakukan Ramadiana (2011) dan Aini (2013)
menunjukkan hasil bahwa karakteristik pengunjung yang mengunjungi KWAGG
didominasi oleh pengunjung yang berasal dari Tasikmalaya dan Priangan Timur
serta pengunjung berusia 16 - 30 tahun. Segmentasi yang dilakukan mendapatkan
hasil bahwa tujuan wisata merupakan tujuan yang mendominasi bagi kelompok
umur 15-24 tahun dan bagi pengunjung yang berasal dari daerah Jawa Barat
(gambar 20), khususnya Tasikmalaya.

18
Tidak isi
Tangerang
Brebes
Bogor

Asal

Jakarta
Purwakarta
Bandung
Cirebon
Kuningan
Banjar
Ciamis
Tasikmalaya
0.00% 5.00% 10.00% 15.00% 20.00% 25.00% 30.00%
Lainnya

Penelitian

Pendidikan

Wisata

Gambar 19 Segmentasi geografi Kabupaten berdasarkan tujuan pengunjung
di KWAGG(1)

70.00%
60.00%
50.00%
Wisata

40.00%
30.00%

Pendidikan

20.00%

Penelitian

10.00%

Lainnya

0.00%
Jawa DKI Jawa Banten Tidak
Barat Jakarta Tengah
Isi

Gambar 20 Segmentasi geografi propinsi berdasarkan tujuan pengunjung
di KWAGG (2)
Tujuan wisata sebagai tujuan yang didominasi oleh kedua segmen tersebut
memperlihatkan bahwa ada motivasi yang dimiliki pengunjung untuk datang ke
KWAGG. Dari data segmentasi dominan yang terjadi, pengunjung menginginkan
adanya pengembangan sarana dan prasarana serta perencanaan keselamatan di
KWAGG. Pengembangan sarana dan prasaranaa yang perlu dilakukan menurut
pengunjung dalam segmentasi ini adalah pembenahan dan perbaikan kolam

19
pemandian, penyediaan area perkemahan, pembenahan jalan dan aksesibilitas
menuju kawasan, pengelolaan kebersihan di sekitar objek wisata, serta
penambahan sarana rekreasi dan permainan (outbond area).

Perencanaan Kawasan Wisata Alam Gunung Galunggung
Perencanaan Kawasan
Perencanaan pengembangan KWAGG didasarkan atas segmentasi dominan
yang terbentuk dari permintaan pasar yang terjadi di KWAGG. Segmentasi
dominan yang terbentuk adalah segmentasi demografi pada rentang usia 15-24
tahun dan segmentasi geografi pada pengunjung yang berasal dari daerah
Tasikmalaya. Douglass (2006) menyatakan bahwa pengembangan kawasan
didasarkan atas penggunaan sumberdaya yang tersedia dan permintaan pasar.
Dirjen PHKA (2001) menjelaskan bahwa pengembangan pariwisata alam
adalah kegiatan memanfaatkan ruang melalui serangkaian program kegiatan
pembangunan untuk pariwisata alam yang meliputi pengelolaan pemanfaatan
lahan dan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya sesuai dengan azas
pemanfaatan lahan dan mengakomodasi semua kepentingan secara terpadu,
berdaya guna, berhasil guna, serasi, seimbang dan berkelanjutan.
Perencanaan Fasilitas Keselamatan dan Keamanan
Pengelola mempunyai kewajiban untuk membuat perencanaan mengenai
fasilitas yang dibutuhkan serta sarana dan prasarana yang memadai untuk
menunjang keselamatan dan keamanan pengunjung selama berada di kawasan.
Hal ini diperlukan untuk meningkatkan kepuasan pengunjung yang mendatangi
kawasan wisata ini. Gold (1980) menyebutkan bahwa elemen fasilitas standar
yang harus ada di kawasan wisata adalah fasilitas kebersihan, air bersih,
perlindungan dari cuaca dan api, penerangan, patroli, program wisata, perawatan
fasilitas, transportasi/parkir, komunikasi, interpretasi. Namun dalam
merencanakan fasilitas yang dapat diberikan bagi pengunjung, harus diimbangi
dengan ancaman potensi bahaya yang dapat terjadi. Sejauh ini pengelola hanya
menyiapkan jalur evakuasi yang jauh dari kawasan sebagai upaya penyelamatan
pengunjung dan masyarakat dari ancaman bahaya.
Perencanaan fasilitas mengenai aspek keselamatan dan keamanan bagi
pengunjung dan masyarakat adalah :
1. Pembangunan wisma cinta alam sebagai pusat informasi bagi pengunjung,
2. Perbaikan akses jalan menuju kawasan dan akses transportasi,
3. Penambahan penerangan jalan menuju kawasan,
4. Penyebaran informasi kepada khalayak ramai mengenai media untuk
mempublikasikan KWAGG.
5. Fasilitas camping site dan outbond area untuk kegiatan-kegiatan alam bebas
bersama keluarga, kerabat, atau teman. Camping site ini dapat dibangun di
lokasi yang mempunyai keadaan yang datar. Hal ini diperlukan karena
pengunjung yang datang terkadang melakukan kegiatan perkemahan sabtu
minggu (PERSAMI).
6. Mendirikan pos pemantau keadaan Gunung Galunggung di gerbang masuk,
7. Menyediakan shelter atau tempat berlindung bagi pengunjung jika terjadi
bencana,

20
8. Menyiapkan jalur evakuasi sebagai langkah penyelamatan.
9. Penyediaan fasilitas penginapan bagi pengunjung
Tabel 3 Fasilitas standar di kawasan wisata (Gold 1980)
Element (Gold 1980)
Fasilitas Kebersihan

Kondisi Di KWAGG
Tersedia

Air Bersih
Perlindungan Cuaca/Api

Tersedia
Tersedia

Penerangan

Tersedia

Patroli

Tersedia

Program Wisata

Tidak Tersedia

Perawatan Fasilitas

Tersedia

Transportasi/Parkir

Tersedia

Komunikasi

Tidak Tersedia

Interpretasi

Tersedia

Harapan Pengunjung
Penambahan
toilet/ruang ganti
Pembuatan
shelter
perlindungan
Penambahan lampu
jalan
Penambahan petugas
keamanan
Penyediaan outbond
area dan camping
site
Perawatan sarana dan
prasarana yang sudah
ada
Penambahan lahan
parkir
dan
mempermudah
transportasi umum
Perbaikan pelayanan
dan media pemasaran
Penambahan
dan
perawatan
papan
interpretasi yang ada

Langkah-langkah dalam menanggulangi bencana diperlukan di KWAGG
selain perencanaan fasilitas yang dilakukan. Langkah-langkah yang dapat
diberikan menurut Twigg (2004) adalah :
1. Pencegahan bencana, hal ini dapat dilakukan dengan mengumpulkan data
potensi bencana dari Gunung Galunggung serta pemetaan kawasan rawan bencana
di kawasan.
2. Persiapan sebelum bencana terjadi, langkah ini dapat dilakukan dengan
memonitor keadaan Gunung Galunggung atau memberi peringatan dini mengenai
ancaman bahaya (letusan) dengan koordinasi pihak-pihak terkait. Selain itu mulai
merencanakan jalur evakuasi bagi masyarakat atau pengunjung yang ada di
kawasan. Langkah lainnya dapat dilakukan dengan penutupan kawasan.
3. Respon saat bencana terjadi, langkah ini dilakukan ketika terjadi bencana alam
di kawasan Gunung Galunggung. Langkah yang dilakukan dengan mengevakuasi
pengunjung atau masyarakat yang berada di sekitar kawasan. Penyediaan sarana
medis untuk mengatasi jatuhnya korban dari bencana yang terjadi.

21
4. Pemulihan setelah terjadi bencana, langkah ini dilakukan ketika bencana sudah
terjadi. Langkah ini dilakukan untuk mengembalikan kondisi kawasan seperti
sebelum terjadi bencana.
Perencanaan Fasilitas Objek Wisata
1. Kawah Galunggung
Fasilitas yang terdapat di kawasan Kawah Galunggung saat ini terbatas pada
toilet, musholla, warung, tangga menuju kawah, lahan parkir. Fasilitas yang
tersedia saat ini masih perlu dikembangkan untuk meningkatkan arus kunjungan
di KWAGG. Perencanaan fasilitas yang dilakukan meliputi :
1) Penambahan dan perawatan fasilitas kebersihan di Kawasan Kawah
Gunung Galunggung,
2) Perawatan musholla yang tersedia,
3) Penataan warung yang ada di Kawasan Kawah Gunung Galunggung oleh
pengelola,
4) Pembangunan pos kesehatan bagi pengunjung sebagai upaya dalam
menanggulangi kecelakaan yang terjadi,
5) Membuat jalur pemisah di tangga menuju kawah untuk kenyamanan
pengunjung,
6) Membuat pagar pengaman di pinggir kawah untuk keselamatan
pengunjung,
7) Menyediakan tempat sampah untuk menjaga keindahan kawasan,
8) Menyediakan penerangan jalan di sekitar jalan menuju kawah untuk
memberikan rasa aman kepada pengunjung pada malam hari,
9) Memperluas lahan parkir di Kawasan Kawah Gunung Galunggung,
10) Membuat papan informasi tentang kawasan yang bertujuan untuk
memberikan informasi secara tidak langsung kepada pengunjung,
11) Menambah petugas keamanan di kawasan untuk memberikan rasa aman
bagi pengunjung,
2. Pemandian Cipanas dan Curug Panoongan
Fasilitas yang tersedia di Pemandian Cipanas adalah ruang ganti,
saung/aula berkumpul pagi pengunjung, toilet, dan musholla. Pemandian Cipanas
dikelola oleh Pemda Tasikmalaya. Fasilitas yang tersedia di Curug Panoongan
meliputi satu buah saung peristirahatan. Fasilitas yang ada saat ini masih perlu
dikembangkan karena arus kunjungan setiap tahunnya terus meningkat dan
diperlukan perawatan fasilitas dari seluruh pihak. Perencanaan fasilitas meliputi :
A. Perum Perhutani
1. Penyediaan tempat sampah di sekitar komplek pemandian yang di kelola
Perum Perhutani untuk menjaga kebersihan,
2. Pembangunan akses jalan menuju Curug Panoongan untuk memudahkan
pengunjung,
3. Pencegahan bencana longsor dengan membuat tebing batu penahan tanah
sepanjang jalan menuju curug.
4. Pembuatan pos kesehatan untuk mengantisipasi kecelakaan akibat kelalaian
pengunjung.
5. Membuat papan arah menuju ke curug.
B. Pemda Tasikmalaya
1. Penataan warung yang terdapat di dalam pemandian,
2. Penyediaan tempat sampah di sekitar pemandian untuk menjaga kebersihan,

22
3. Pembangunan kolam-kolam pemandian bagi pengunjung yang mempunyai
penyakit menular tertentu untuk meminimalisir pengunjung lain tertular
penyakit. Pemisahan kolam ini dapat dilakukan dengan memberi informasi
tentang penyakit yang dapat disembuhkan di kolam tersebut,
4. Perawatan saung peristirahatan,
5. Pembangunan pos kesehatan bagi pengunjung,
6. Penyediaan toilet dan ruang ganti yang memadai,

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Segmentasi pengunjung yang terbentuk adalah segmentasi demografi
dengan rentang usia 15 - 24 tahun. Segmentasi geografi yang dominan adalah
pengunjung yang berasal dari daerah Jawa Barat, khususnya Tasikmalaya.
Perencanaan yang dapat dilakukan sesuai dengan segmentasi dominan yang
terjadi adalah pembenahan dan perbaikan kolam pemandian, penyediaan area
perkemahan, pembenahan jalan dan aksesibilitas menuju kawasan, pengelolaan
kebersihan di sekitar objek wisata. Fasilitas yang dapat direncanakan bagi
segmentasi dominan tersebut adalah pembangunan wisma cinta alam, sarana
rekreasi dan permainan (outbond area) dan penyebaran informasi KWAGG
melalui berbagai macam media.

Saran
Saran yang dapat diberikan kepada pengelola adalah segera menambah dan
memperbaiki fasilitas yang ada untuk meningkatkan kepuasan pengunjung,
memberikan informasi kepada pengunjung melalui media jika terdapat ancaman
bahaya yang akan terjadi di KWAGG. Diperlukan studi lebih lanjut mengenai
potential demand dalam merencanakan potensi kawasan untuk menarik wisatawan
yang berada di luar daerah Tasikmalaya.

DAFTAR PUSTAKA
Aini YS. 2013. Pengembangan Wisata Alam Di Kawasan Strategis Pariwisata
Kabupaten Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat [skripsi] Bogor (ID):
Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor.
[Dirjen PHKA] Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam.
2001. Pedoman Pengembangan Pariwisata Alam di Taman Nasional.
Bogor (ID): Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan Konservasi
Alam.

23
[Disbudpar] Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tasikmalaya. 2012.
Profil Investasi 2012.Tasikmalaya (ID): Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.
Douglass JR. 1970. Forest Recreation. New York (US): McGraw-Hill.
Douglass RW. 2006. Forest Recreation: Third Edition. New York (US):
Pergamon Press.
Eagles PFJ, McCool SF. 2002. Tourism in National Parks and Protected Areas
Planning and Management. New York (US): CABI Publishing.
Goeldner CR, Ritchie JRB. 2003. Tourism Principles, Practices, Philosophies
(Ninth Edition). New Jersey (US): John Wiley & Sons Inc.
Gold SM. 1980. Recreation Planning and Design. California (US): McGraw-Hill
Book Company.
Gunter B, Furnham A. 1992. Consumer Profiles: An Introdustion to
Psychographics. London (UK): Routledge.
Hanafiah AM, Saefuddin AM. 1993. Tataniaga Hasil Perikanan. Jakarta (ID): UI
Press.
Heggie TW. 2010. Geotourism and Public Safety in Volcanic Environments
Chapter 5 Volcano and Geothermal Tourism Sustainable Geo-Resources
for Leisure and Recreation. London (UK): Earthscan.
Heriningtyas E. 2009. Perencanaan Interpretasi Kawasan Wisata Alam Lereng
Pegunungan Muria Kabupaten Kudus Jawa Tengah [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Kotler P, Keller KL. 2009. Manajemen Pemasaran. Jakarta (ID): Erlangga.
Larsen N. 2010. Market Segmentation-A Framework For Determining The Right
Target Customers [thesis]. Aarhus School of Business.
Mehmetoglu. 2006. Typologising Nature-Based Tourists by Activity-Theoretical
and Practical Implications. Tourism Management 28:651-660.
Matthieson A, Wall G. 1982. Tourism: Economic, Social and Environmental
Impacts. London (UK): Longman.
M