lebih besar daripada pengaruh PAD terhadap Belanja Daerah dan keduanya sama-sama signifikan. Dengan demikian hipotesis kelima
H : Belanja Daerah di KabupatenKota di Provinsi D. I. Yogyakarta terjadi
flypaper effect diterima. C.
Pembahasan 1.
Pengaruh PAD terhadap Belanja Daerah
Hasil estimasi
antara PAD dengan belanja daerah di KabupatenKota Provinsi D.I. Yogyakarta, menunjukkan bahwa PAD
berpengaruh positif terhadap belanja daerah. Peningkatan PAD akan meningkatkan belanja daerah KabupatenKota di Provinsi D.I Yogyakarta.
Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Mardiasmo 2004 yang menyatakan bahwa dengan PAD yang tinggi maka belanja daerah
akan semakin besar salah satunya dengan meningkatnya subsidi pemerintah daerah pada pelayanan kepada masyarakat lapisan bahwa.
Hasil penelitian ini mendukung temuan empiris Santoso, Suparta, dan Saimul 2015, Oktavia 2014, Ferdian 2013 yang menyatakan
bahwa PAD berpengaruh positif dan signifikan terhadap Belanja Daerah.
2. Pengaruh DBH terhadap Belanja Daerah
Hasil estimasi antara DBH dengan belanja daerah di KabupatenKota Provinsi D.I Yogyakarta menunjukkan bahwa DBH tidak
berpengaruh terhadap belanja daerah. Peningkatan
DBH akan meningkatkan belanja daerah KabupatenKota di Provinsi D.I Yogyakarta.
Hasil penelitian ini sejalan dengan studi yang dilakukan oleh Santoso, Suparta, dan Saimul 2015 yang menyatakan DBH berpengaruh
negatif terhadap belanja daerah, namun tidak sejalan dengan studi yang dilakukan oleh Putra dan Dwirandra 2015 dan Masdjojo dan Sukartono
2009. Berdasarkan formula DAU sesuai Permendagri No 55 Tahun 2005
tentang Dana Perimbangan, peningkatan alokasi DBH dapat meningkatkan kapasitas fiskal yang nantinya mampu menurunkan celah fiskal dan di sisi
lain juga dapat menurunkan alokasi DAU. Hasil dari penelitian ini menunjukkan DBH berpengaruh positif terhadap belanja daerah, namun
peningkatan DBH di KabupatenKota di Provinsi D.I Yogyakarta ini belum mampu menurunkan alokasi DAU.
3. Pengaruh DAU terhadap Belanja Daerah
Hasil estimasi antara DAU terhadap belanja daerah di KabupatenKota Provinsi D.I Yogyakarta, menunjukkan bahwa DAU
tidak terhadap belanja daerah. Ini berarti semakin besar DAU maka belanja daerah KabupatenKota di Provinsi D.I Yogyakarta semakin
tinggi. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan studi yang dilakukan Putra dan Dwirandra 2015, Santoso, Suparta, dan Saimul 2015, Wulansari
2015, dan Oktavia 2014. Hasil koefisien DAU sebesar 1,145 menguatkan dugaan bahwa
ketergantungan KabupatenKota Provinsi D.I Yogyakarta terhadap alokasi DAU dari pemerintah pusat masih cukup tinggi. Karena jika dibandingkan
dengan koefisien variabel lainnya yang juga mempengaruhi belanja daerah, koefisien DAU memiliki nilai koefisien yang paling tinggi.
4. Pengaruh DAK terhadap Belanja Daerah
Hasil estimasi antara dana transfer DAK terhadap belanja daerah di KabupatenKota Provinsi D.I Yogyakarta, menunjukkan bahwa DAK
berpengaruh terhadap belanja daerah namun tidak signifikan. DAK yang semakin besar akan meningkatkan belanja daerah KabupatenKota di
Provinsi D.I Yogyakarta. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian terdahulu oleh Putra dan Dwirandra 2015, Wulansari 2015
dan Masdjojo dan Sukartono 2009. Hasil penelitian menunjukkan DAK memiliki nilai koefisien yang
rendah yang berarti pengaruhnya sangat rendah terhadap peningkatan
belanja daerah dibandingkan pengaruh dari variabel lainnya. 5.
Analisis Flypaper Effect pada Belanja Daerah KabupatenKota di Provinsi D.I Yogyakarta
Hasil estimasi antara PAD dan DAU terhadap belanja daerah KabupatenKota Provinsi D.I Yogyakarta, menunjukkan bahwa PAD dan
DAU berpengaruh positif terhadap belanja daerah, namun dalam hal ini DAU cenderung lebih dominan dalam membiayai belanja daerah, hal ini
dapat dilihat dari nilai koefisien DAU 1,256 lebih besar dibandingkan dengan nilai koefisien PAD 0,913. Hasil ini menunjukkan telah terjadi
flypaper effect pada belanja daerah KabupatenKota di Provinsi D.I Yogyakarta, karena koefisien DAU lebih besar daripada PAD dan kedua-
duanya signifikan. Hasil penelitian ini mendukung studi yang telah dilakukan oleh Santoso, Suparta, dan Saimul 2015, Wulansari 2015,
Oktavia 2014, Masdjojo dan Sukartono 2009, Maimunah 2006. Data dari tabel 7 menunjukkan bahwa semua kabupatenkota yang
ada di Provinsi D.I Yogyakarta mengalami flypaper effect. Hasil persamaan regresi data panel berdasarkan tabel 7 didapatkan nilai
koefisien DAU pada model sebesar 1,256 dan nilai intersep masing- masing kabupatenkota menunjukkan bahwa daerah yang paling tinggi
bergantung pada penerimaan DAU dalam membelanjakan belanja daerahnya adalah Kabupaten Bantul, kemudian setelahnya yaitu
Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta, Kabupaten Gunung Kidul, dan yang terkakhir Kabupaten Kulon Progo.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
pemerintah daerah
KabupatenKota di Provinsi D.I Yogyakarta masih mengandalkan transfer dana dari pemerintah pusat, terutama dana yang berasal dari pendapatan
dana perimbangan yaitu komponen DAU menjadi sumber dana utama untuk membiayai belanja daerah. Penelitian juga membuktikan pemerintah
KabupatenKota di Provinsi D.I Yogyakarta belum mandiri dari segi keuangan, karena belum mampu bertumpu pada kemampuan keuangan
daerahnya sendiri dalam menyelenggarakan otonomi daerah berdasarkan desentralisasi fiskal.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan studi yang dilakukan Putra dan Dwirandra 2015 yang mengatakan tidak terjadi fenomena flypaper
effect pada belanja daerah di KabupatenKota di Provinsi Bali. Hasil penelitian Adiputra 2014 juga tidak menemukan fenomena flypaper
effect di Kabupaten Karangasem. Hasil penelitian Kurnia 2013 menunjukkan bahwa fenomena flypaper effect tidak terjadi di
kabupatenkota di Jawa Timur. Hal ini membuktikan bahwa Provinsi Bali, Kabupaten Karangasem, dan KabupatenKota di Jawa Timur dapat
dikatakan mampu membiayai pengeluaran daerahnya dengan kemampuan fiskalnya. Ketidaksesuaian dengan hasil studi terdahulu disebabkan
kemampuan fiskal disetiap daerah itu berbeda-beda. Untuk meningkatkan kemandirian keuangan yang bersumber dari
PAD pemerintah KabupatenKota Provinsi D.I Yogyakarta seharusnya melakukan upaya intensifikasi dan ekstensifikasi pajak daerah maupun
retribusi daerah. Namun upaya yang dilakukan ini dapat berdampak pada masyarakat karena akan meningkatkan beban masyarakat dalam
kewajibannya membayar pajak daerah ataupun retribusi daerah. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
BAB VI PENUTUP