Analisis flypaper effect pada belanja daerah kabupaten/kota di Provinsi D.I Yogyakarta tahun 2008-2014.

(1)

ABSTRAK

ANALISIS FLYPAPER EFFECT PADA BELANJA DAERAH KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI D.I YOGYAKARTA

TAHUN 2008-2014 Eni Nur Puji Astutik

122114112

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendapatan asli daerah dan dana alokasi umum pada belanja daerah serta untuk mengonfirmasi terjadinya

flypaper effect pada keuangan pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi D.I

Yogyakarta.

Obyek penelitian adalah seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi D.I Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan pada periode tahun anggaran 2008-2014.

Teknik analisis yang digunakan adalah regresi data panel.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendapatan asli daerah dan dana alokasi umum berpengaruh positif dan signifikan terhadap belanja daerah. Hasil perbandingan uji statistik t menunjukkan koefisien DAU lebih besar daripada koefisien PAD, oleh karena itu terjadi flypaper effect pada belanja daerah di Kabupaten/Kota di Provinsi D.I Yogyakarta.

Kata kunci: Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Flypaper Effect, Belanja Daerah.


(2)

ABSTRACT

FLYPAPER EFFECT ON LOCAL GOVERNMENT’S BUDGET AT DISTRICTS OF D.I YOGYAKARTA PROVINCE

FOR THE PERIOD 2008 - 2014 Eni Nur Puji Astutik

122114112

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

This research aims to determine the influence of the regional income and general allocation fund in local gonvernment’s bugdet as well as to confirm the occurrence of flypaper effect on government’s budget at province of D.I Yogyakarta.

The object of this research are all districts at province of D.I Yogyakarta. This research was conducted from period 2008 to 2014 budget years. The analysis technique used was panel data regression.

The results of this study indicate that the regional income and general allocation fund have positive and significant impact to local government’s budget. The results show that there is flypaper effect on local government’s budget at districts of D.I Yogyakarta Province.

Keywords: Flypaper Effect, Regional Income, General Allocation Fund, Local


(3)

ANALISIS FLYPAPER EFFECT PADA BELANJA DAERAH KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI D.I YOGYAKARTA

TAHUN 2008-2014

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Progam Studi Akuntansi

Oleh:

Eni Nur Puji Astutik NIM: 122114112

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

i

ANALISIS FLYPAPER EFFECT PADA BELANJA DAERAH KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI D.I YOGYAKARTA

TAHUN 2008-2014

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Progam Studi Akuntansi

Oleh:

Eni Nur Puji Astutik NIM: 122114112

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(5)

(6)

(7)

iv

PERSEMBAHAN

Sesungguhnya perbuatan baik itu dapat menghapus perbuatan buruk.

(QS. Hud: 114)

Waktu itu bagaikan sebilah pedang, kalau engkau tidak

memanfaatkannya, maka ia akan memotongmu.

(Ali bin Abu Thalib)

Menjadi orang sukses itu bukanlah mustahil, kemustahilan dapat diubah

dengan semangat dan keyakinan akan keberhasilan tersebut.

(Eni Nur Puji Astutik)

Skirpsi ini ku persembahkan untuk mereka yang selalu menyertaiku, mendoakanku dan menyemangatiku:

 Allah SWT

 Orangtuaku Bapak Bakir dan Ibu Kaminem

 Mas Wahyu, Kembaranku Tari, Adikku Ari

 Saudara-saudaraku


(8)

(9)

(10)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terimakasih ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih tak terhingga kepada:

1. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph. D. Selaku Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian kepada penulis.

2. A. Diksa Kuntara, SE., MFA., QIA. selaku Dosen Pembimbing, yang telah membantu serta membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Josephine Wuri, SE., M.Si dan Drs. G. Anto Listianto M.S.A, Akt. selaku dosen penguji yang telah memberi banyak masukan bagi penyempurnaan skripsi ini.

4. Seluruh bapak ibu dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma yang sudah membimbing dan memberikan ilmu selama perkuliahan sampai selesai. 5. Kepada kedua orang tuaku Bapak Bakir dan Ibu Kaminem, kepada Masku


(11)

viii

Asmorowati. Terima kasih atas dukungan doa, semangat, cinta, dan perhatiannya hingga sekarang.

6. Semua staf di Kantor Pemerintah baik Provinsi DIY maupun di Kabupaten dan Kota di seluruh Provinsi DIY, yang telah membantu penulis dalam hal perijinan penelitian.

7. Kepala Bagian Akuntansi dan Staf Bagian Akuntansi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah di Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul, Kabupaten Kulon Progo, dan Kabupaten Gunung Kidul, yang telah membantu penulis dalam pemberian data-data yang dibutuhkan.

8. Sahabat – sahabatku semasa kuliah : Monik, Sandra, Dita, Donna, dan Ibeth yang telah mengisi hari-hariku selama kuliah dan berbagi suka duka selama 4 tahun terakhir.

9. Sahabat - sahabatku semasa SMK: Dini, Ikka, Affi, Clara, Lusi, Arimbi, Rani. 10.Sahabat dan teman hidupku selama KKP, kelompok Imogiri 5: Beka, Vero, dan Wiwik. Terimakasih karena kita bisa saling berbagi kebahagiaan bersama meskipun ada banyak perbedaan diantara kita.

11.Rexa, Fristina, dan Fika yang membantu selama pencarian data demi kelancaran skripsi ini, tanpa kalian sudah dipastikan penulis akan kesulitan mencari arah di daerah yang tidak dikenal itu.

12. Mbak Anas yang mendengarkan segala kekhawatiranku seminggu sebelum ujian dan atas segala masukan serta bimbingannya untuk kebingungan yang penulis hadapi dalam mengerjakan skripsi ini.


(12)

(13)

x DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA TULIS ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

ABSTRAK ... xiv

ABSTRAC ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

F. Sistematika Penelitian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

A. Otonomi Daerah ... 8

B. Desentralisasi Fiskal ... 9

C. Teori Transfe ... 9

D. Flypaper Effect ... 10

E. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ... 12

1. Anggaran Daerah ... 12

2. Pengertian Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ... 13

3. Penyusunan APBD ... 13

4. Fungsi APBD ... 15

5. Komponen APBD ... 16

F. Belanja Daerah ... 17

G. Pendapatan Asli Daerah ... 22

H. Dana Perimbangan ... 25

I. Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah ... 28

J. Penelitian Terdahulu ... 29

K. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ... 32

1. Kerangka Konseptual ... 32

2. Hipotesis Penelitian ... 33

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

A. Jenis Penelitian ... 36

B. Subjek dan Objek Penelitian ... 36


(14)

xi

2. Objek penelitian ... 36

C. Populasi ... 37

D. Jenis dan Sumber Data ... 37

1. Jenis Data ... 37

2. Sumber Data ... 38

E. Variabel Penelitian ... 38

1. Variabel Terikat (Dependent Variabel) ... 38

2. Variabel Bebas (Independent Variabel) ... 39

F. Teknik Pengumpulan Data ... 40

G. Teknik Analisis Data ... 40

1. Pengujian Signifikansi Pengaruh ... 40

2. Analisis Regresi Data Panel ... 41

3. Uji Hipotesis ... 44

4. Analisis Flypaper Effect ... 45

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN ... 46

A. Tugas Pokok Fungsi Struktural KPPD DIY ... 47

B. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Daerah (KPPD) Kabupaten/Kota SE DIY ... 51

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 52

A. Deskripsi Data ... 52

B. Analisis Data ... 55

1. Analisis Regresi Data Panel ... 55

2. Uji Hipotesis ... 57

3. Analisis Flypaper Effect ... 58

C. Pembahasan ... 60

1. Pengaruh PAD terhadap Belanja Daerah ... 60

2. Pengaruh DBH terhadap Belanja Daerah ... 60

3. Pengaruh DAU terhadap Belanja Daerah ... 61

4. Pengaruh DAK terhadap Belanja Daerah ... 62

5. Analisis Flypaper Effect pada Belanja Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi D.I Yogyakarta ... 62

BAB VI PENUTUP ... 65

A. Kesimpulan ... 65

B. Keterbatasan Penelitian ... 65

C. Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 68


(15)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Realisasi Penerimaan PAD Tahun 2008-2014 ... 53 Tabel 2. Realisasi Penerimaan Dana Bagi Hasil Tahun 2008-2014 ... 53 Tabel 3. Realisasi Penerimaan Dana Alokasi Umum Tahun 2008 –

2014 ... 54 Tabel 4. Realisasi Penerimaan Dana Alokasi Khusus Tahun 2008 -

2014 ... 54 Tabel 5. Realisasi Penerimaan Belanja Daerah Tahun 2008-2014 ... 55 Tabel 6. Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda ... 56 Tabel 7. Hasil Regresi Pengaruh DAU dan PAD terhadap Belanja


(16)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar I Kerangka Konseptual ... 33 Gambar II Struktur Organisasi ... 51


(17)

xiv ABSTRAK

ANALISIS FLYPAPER EFFECT PADA BELANJA DAERAH KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI D.I YOGYAKARTA

TAHUN 2008-2014 Eni Nur Puji Astutik

122114112

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendapatan asli daerah dan dana alokasi umum pada belanja daerah serta untuk mengonfirmasi terjadinya flypaper effect pada keuangan pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi D.I Yogyakarta.

Obyek penelitian adalah seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi D.I Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan pada periode tahun anggaran 2008-2014. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi data panel.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendapatan asli daerah dan dana alokasi umum berpengaruh positif dan signifikan terhadap belanja daerah. Hasil perbandingan uji statistik t menunjukkan koefisien DAU lebih besar daripada koefisien PAD, oleh karena itu terjadi flypaper effect pada belanja daerah di Kabupaten/Kota di Provinsi D.I Yogyakarta.

Kata kunci: Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Flypaper Effect, Belanja Daerah.


(18)

xv ABSTRACT

FLYPAPER EFFECT ON LOCAL GOVERNMENT’S BUDGET AT DISTRICTS OF D.I YOGYAKARTA PROVINCE

FOR THE PERIOD 2008 - 2014 Eni Nur Puji Astutik

122114112

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

This research aims to determine the influence of the regional income and general allocation fund in local gonvernment’s bugdet as well as to confirm the occurrence of flypaper effect on government’s budget at province of D.I Yogyakarta.

The object of this research are all districts at province of D.I Yogyakarta. This research was conducted from period 2008 to 2014 budget years. The analysis technique used was panel data regression.

The results of this study indicate that the regional income and general allocation fund have positive and significant impact to local government’s budget. The results show that there is flypaper effect on local government’s budget at districts of D.I Yogyakarta Province.

Keywords: Flypaper Effect, Regional Income, General Allocation Fund, Local


(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki beberapa provinsi yang terbagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah. Seperti yang dijelaskan dalam Undang-Undang (UU) Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah yang kemudian diganti dengan Undang-Undang (UU) Nomor 23 Tahun 2014, seluruh daerah kabupaten/kota yang ada di Indonesia diberikan otonomi yang luas oleh pemerintah pusat untuk membantu pengembangan masing-masing daerah termasuk dalam bidang keuangan. Dalam pasal 1 ayat 6 dijelaskan otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepetingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Alasan diadakan otonomi daerah didasarkan pada suatu asumsi bahwa hal-hal mengenai urusan pemerintahan yang dapat dilaksanakan oleh daerah itu sendiri, sangat tepat diberikan kebijakan otonomi sehingga setiap daerah mampu dan mandiri untuk memberikan pelayanan demi meningkatkan kesejahteraan rakyat di daerah.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana kegiatan pemerintah daerah yang dituangkan dalam bentuk angka dan batas maksimal untuk periode anggaran (Halim, 2007), sedangkan menurut PP


(20)

Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah adalah rencana keuangan tahunan Pemerintah Daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

Dalam Undang-undang No. 23 Tahun 2014 disebutkan bahwa untuk pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah, Pemerintah Pusat akan mentransfer Dana Perimbangan yang terdiri dari Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Dana Bagi Hasil yang terdiri dari pajak dan sumber daya alam. Selain Dana Perimbangan tersebut, Pemerintah Daerah mempunyai sumber pendanaan sendiri berupa Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan lain-lain pendapatan daerah yang sah. Kebijakan penggunaan semua dana tersebut diserahkan kepada Pemerintah Daerah. Dana transfer dari pemerintah pusat dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka desentralisasi.

Dana transfer dari pemerintah pusat diharapkan secara efektif dan efisien digunakan oleh pemerintah daerah untuk meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat. Kebijakan penggunaan dana tersebut sudah seharusnya pula secara transparan dan akuntabel. Berdasarkan desentralisasi maka pemerintah daerah diharapkan lebih mampu menggali sumber-sumber keuangan, khususnya untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan pemerintahan dan pembangunan di daerahnya melalui Pendapatan Asli Daerah.

Pemerintah daerah diharapkan dapat meningkatkan pendapatan daerah agar dapat menjadi sumber dana utama pemerintah daerah untuk membiayai


(21)

operasi utama sehari-hari. Permasalahan yang terjadi saat ini, pemerintah daerah terlalu menggantungkan alokasi dari pemerintah pusat untuk membiayai belanja daerah dan pembangunan tanpa mengoptimalkan potensi yang dimiliki daerah (Wulansari, 2015). Kuncoro (2007) menyebutkan bahwa PAD hanya mampu membiayai belanja pemerintah daerah paling besar 20%. Permasalahan yang muncul akibat ketergantungan pemerintah daerah kepada dana transfer dari pemerintah pusat tersebut memicu terjadinya fenomena flypaper effect pada keuangan pemerintah daerah (Putra dan Dwirandra, 2015).

Menurut Maimunah (2006), fenomena flypaper effect merupakan suatu kondisi yang terjadi saat pemerintah daerah merespon belanja lebih banyak dengan menggunakan dana perimbangan yang diproksikan dengan Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Dana Bagi Hasil untuk kepentingan belanja daerah daripada menggunakan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Fenomena flypaper effect membawa implikasi lebih luas bahwa transfer akan meningkatkan belanja pemerintah daerah yang lebih besar daripada penerimaan transfer itu sendiri (Turnbull,1992 dalam Kuncoro 2007).

Flypaper effect itu sendiri merupakan respon yang tidak simetri atau asimetris

terhadap peningkatan dan penurunan penggunaan dana transfer dari pemerintah pusat, Tresch (2002:920) dalam Wulansari (2015) menyatakan bahwa dana transfer tersebut diberikan untuk jangka waktu tertentu dengan indikasi adanya pihak yang memperoleh keuntungan dari penerimaan transfer (grants) yang cenderung meningkat. Dengan kata lain, terjadinya flypaper effect pada alokasi


(22)

pengeluaran, maka pemerintah diharapkan dapat seminimum mungkin memperkecil respon yang berlebihan pada belanja daerah.

Beberapa penelitian telah dilakukan guna menguji pengaruh pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah terhadap belanja daerah. Beberapa juga menguji kecenderungan pemerintah daerah yang lebih menggantungkan diri pada dana transfer dari pemerintah pusat (Dana Alokasi Umum). Ferdian (2013) meneliti tentang pengaruh pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah terhadap belanja daerah pada Kabupaten dan Kota di Sumatera Barat. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa PAD, DAU, dan lain-lain pendapatan yang sah berpengaruh positif signifikan terhadap belanja daerah.

Wulansari (2015) melakukan penelitian tentang Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan terhadap Belanja Daerah serta Analisis

Flypaper Effect. Hasil penelitannya menunjukkan bahwa PAD dan Dana

Perimbangan memiliki pengaruh positif signifikan terhadap belanja daerah. Hal ini konsisten dengan hasil penelitian Ferdinan. Penelitian Wulansari tersebut juga menunjukkan bahwa terdapat flypaper effect pada belanja pemerintah di Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat, hal ini terjadi karena pengaruh DAU terhadap belanja daerah lebih tinggi dibandingkan dengan pengaruh PAD terhadap belanja daerah.

Berdasarkan penjelasan di atas maka, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Flypaper Effect pada Belanja Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi D.I Yogyakarta Tahun 2008-2014”.


(23)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diungkapkan sebelumnya maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah Belanja Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi D.I Yogyakarta terjadi flypaper effect”

C. Batasan Masalah

Batasan dalam penelitian ini yaitu variabel bebas yang digunakan dalam pengujian analisis flypaper effect pada belanja daerah hanya Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui terjadinya flypaper

effect pada belanja daerah Kabupaten/Kota di Provinsi D.I Yogyakarta. E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaan dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut: 1. Bagi Pemerintah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasis serta masukan kepada pemerintah akan pentingnya mengoptimalkan potensi lokal yang dimiliki daerah untuk peningkatan kualitas pelayanan publik demi kemajuan daerah.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis lain dan pembaca, mengenai pengaruh penerimaan daerah terhadap pengeluaran daerah dan analisis terjadinya flypaper effect pada belanja daerah. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi khusunya untuk


(24)

pengkajian topik – topik yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini.

3. Bagi Universitas

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah koleksi pustaka bagi Universitas Sanata Dharma dan dapat dijadikan tambahan referensi, diharapkan juga hasil penelitian ini mampu memberikan informasi untuk penelitian berikutnya.

F. Sistematika Penulisan

Bab I: Pendahuluan

Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II: Landasan Teori

Bab ini berisi tentang teori-teori yang digunakaan penulis sebagai dasar penelitian dan perumusan hipotesis penelitian.

Bab III: Metode Penelitian

Bab ini berisi tentang jenis penelitian, subjek dan objek penelitian, jenis dan sumber data, variable penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

Bab IV: Gambaran Umum Objek Penelitian

Bab ini berisi tentang objek penelitian Kabupaten/Kota di Provinsi D.I Yogyakarta berdasarkan data-data yang diperoleh


(25)

Bab V: Analisis dan Pembahasan

Bab ini menjelaskan tentang deskripsi data, hasil penelitian, analisis data, dan pembahasan.

Bab VI: Penutup

Bab ini berisi tentang kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan saran yang diharapkan bermanfaat bagi pemerintah dan peneliti berikutnya.


(26)

8 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Otonomi Daerah

Berdasarkan UU No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Menurut Saragih (2003) dalam Kusumadewi dan Rahman (2007) otonomi sendiri berarti adanya kebebasan menjalankan atau melaksanakan sesuatu oleh suatu unit politik atau bagian wilayah dalam kaitannya dengan masyarakat politik atau negara. Konsep otonomi daerah adalah bahwa kewenangan untuk menjalankan fungsi atau mengurus daerah sendiri tidak datang begitu saja tetapi merupakan keputusan politik yang ditempuh guna meningkatkan efektifitas penyelenggaraan pemerintahan, pelayanan publik, dan pembangunan (Kurnia, 2013).

Menurut Mardiasmo (2002:59) tujuan utama penyelenggaraan otonomi daerah adalah untuk meningkatkan pelayanan publik (public service) dan memajukan perekonomian daerah. Pada dasarnya terkandung tiga misi utama pelaksanaan otonomi daerah yaitu meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat, menciptakan efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumber daya daerah, dan memberdayakan dan


(27)

menciptakan ruang bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan.

B. Desentralisasi Fiskal

Desentralisasi menurut UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah Pasal 1 ayat 8 adalah penyerahan urusan pemerintah oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom berdasarkan asas otonomi. Menurut Yustika (2008) desentralisasi fiskal merupakan komponen utama dari desentralisasi yang artinya desentralisasi tidak dapat dilepaskan dari isu kapasitas keuangan daerah, dimana kemandirian daerah diukur berdasarkan kemampuan menggali dan mengelola keuangannya.

Kurnia (2013) menjelaskan anggaran daerah atau anggaran pendapatan dan belanja daerah sebagai salah satu bentuk dari desentralisasi fiskal, merupakan instrumen kebijakan fiskal yang utama bagi pemerintah daerah dan juga menunjukkan kapasitas dan kemampuan daerah.

C. Teori Transfer

Berdasarkan pendapat Rosen (1999: 497-500) dan Boex (2001: 7) dalam Afrizawati (2012) bahwa bantuan (grants transfer) dikelompokan dalam tiga jenis, yaitu: 1). Bantuan bersyarat (conditional grants), bantuan ini sering disebut juga categorical grants atau spesific grants yang terdiri atas bantuan penyeimbang (matching grants) dan bantuan bukan penyeimbang


(28)

penyeimbang tidak terbatas (open-ended matching grants) dan bantuan penyeimbang terbatas (closed ended matching grants); 2). Bantuan tidak bersyarat (unconditional grants) adalah bantuan yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah tanpa ada syarat tertentu, artinya pemerintah daerah dapat menggunakan bantuan tersebut sesuai dengan kepentingan daerah yang bersangkutan tanpa ada batasan tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah pusat. Bantuan tanpa syarat ini biasanya ditentukan berdasarkan formula pemerataan (equalization formula) yang mengukur kebutuhan fiskal dan kapasitas fiskal; 3). Bantuan bagi hasil

(revenue sharing).

D. Flypaper Effect

Kuncoro (2007) menjelaskan bahwa istilah flypaper effect

diperkenalkan pertama kali oleh Courant, Gramlich, dan Rubinfeld (1979) untuk mengartikulasikan pemikiran Arthur Okun (1930) yang menyatakan

“money sticks where it hits”. Sejauh ini, belum ada padanan kata “flypaper effect” dalam bahasa Indonesia sehingga kata ini dituliskan sebagaimana adanya tanpa diterjemahkan. Menurut Maimunah (2006), flypaper effect merupakan suatu kondisi yang terjadi saat pemerintah daerah merespon belanja lebih banyak/boros dengan menggunakan dana transfer (grants) yang diproksikan dengan DAU (Dana Alokasi Umum) daripada menggunakan kemampuan sendiri, diproksikan dengan PAD (Pendapatan Asli Daerah).


(29)

Kuncoro (2007) mengungkapkan fenomena flypaper effect mengarah pada elastisitas pengeluaran terhadap transfer yang lebih tinggi daripada elastisitas pengeluaran terhadap penerimaan pajak daerah. Fenomena flypaper

effect membawa implikasi lebih luas bahwa transfer akan meningkatkan

belanja pemerintah daerah yang lebih besar daripada penerimaan transfer itu sendiri (Turnbull,1998 dalam Kuncoro 2007). Flypaper effect merupakan kondisi dimana transfer dari pemerintah pusat secara signifikan meningkatkan belanja publik jika dibandingkan dengan pendapatan daerah.

Sementara itu, Gorodnichenko (2011 dalam Oktavia 2014) berpendapat bahwa fenomena flypaper effect dapat terjadi dalam dua versi, yaitu peningkatan pajak daerah dan anggaran belanja pemerintah yang berlebihan, dan mengarah pada elastisitas pengeluaran terhadap transfer yang lebih tinggi daripada elastisitas pengeluaran terhadap penerimaan pajak daerah.

Flypaper effect membawa implikasi dimana salah satunya akan

meningkatkan belanja pemerintah daerah lebih besar daripada penerimaan transfer itu sendiri serta kecenderungan untuk menanti bantuan dari pusat di banding mengelola sumber daya daerah sendiri. Secara implisit terdapat beberapa implikasi dari terjadinya flypaper effect pada belanja daerah Kabupaten/Kota seperti:

a. Menyebabkan celah kepincangan fiskal (fiscal gap) akan tetap ada.

b. Menimbulkan ketidakmaksimalan dalam pemanfaatan sumber-sumber penghasil pertumbuhan PAD.


(30)

c. Menyebabkan unsur ketergantungan daerah kepada pemerintah pusat. d. Adanya respon yang berlebihan dalam pemanfaatan dana transfer.

e. Mengakibatkan kurangnya kemampuan kemandirian keuangan daerah pada Kabupaten/Kota yang bersangkutan (Walidi, 2009 dalam Oktavia 2014).

Menurut Wulansari (2015) syarat terjadinya flypaper effect adalah: a. Apabila efek (nilai koefisien) DAU terhadap Belanja Daerah lebih besar

daripada efek PAD dan keduanya sama-sama signifikan; atau

b. PAD tidak signifikan, maka dapat disimpulkan terjadi flypaper effect.

E. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah 1. Anggaran Daerah

Untuk melaksanakan hak dan kewajibannya serta melaksanakan tugas yang dibebankan oleh rakyat, pemerintah harus mempunyai suatu rencana yang matang untuk mencapai suatu tujuan yang dicita-citakan. Rencana-rencana tersebut yang disusun secara matang nantinya akan dipakai sebagai pedoman dalam setiap langkah pelaksanaan tugas Negara.

Berbagai definisi atau pengertian anggaran menurut Djayasinga (2007) dalam Safitri (2008) antara lain:

a. APBD menggambarkan segala bentuk kegiatan Pemerintah daerah dalam mencari sumber-sumber penerimaan dan kemudian bagaimana dana-dana tersebut digunakan untuk mencapai tujuan pemerintah.


(31)

b. APBD menggambarkan perkiraan dan pengeluaran daerah yang diharapakan terjadi dalam satu tahun kedepan yang didasarkan atas realisasinya masa yang lalu.

c. APBD merupakan rencana kerja operasional Pemerintah Daerah yang akan dilaksanakan satu tahun kedepan dalam satuan angka rupiah. APBD ini merupakan terjemahan secara moneteris dari dokumen perencanaan daerah yang ada dan disepakati yang akan dilakasanakan selama setahun.

2. Pengertian Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah adalah rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Daerah, kemudian ditetapkan dengan Peraturan Daerah (UU 33 Tahun 2004).

3. Penyusunan APBD

Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2016 didasarkan prinsip sebagai berikut (Permendagri No 52 Tahun 2015):

a. Sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah;

b. Tertib, taat pada ketentuan peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat;

c. Tepat waktu, sesuai dengan tahapan dan jadwal yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan;


(32)

d. Transparan, untuk memudahkan masyarakata mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-luasnya tentang APBD;

e. Partisipatif, dengan melibatkan masyarakat; dan

f. Tidak bertentangan dengan kepentingan umum, peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan peraturan daerah lainnya.

Anggaran adalah rencana kegiatan keuangan yang berisi perkiraan belanja yang diusulkan dalam satu periode dan sumber pendapatan yang diusulkan untuk membiayai belanja tersebut. Anggaran merupakan alat penting di dalam penyelenggaran pemerintahan (Arif, 2002). Adanya keterbatasan dana yang dimiliki oleh pemerintah menjadi alasan mengapa penganggaran menjadi mekanisme terpenting untuk pengalokasian sumber daya.

Menurut Susanti (2008) dalam Safitri (2008) menjelaskan bahwa anggaran tidak hanya sebagai rencana keuangan yang menetapkan biaya dan pendapatan pusat pertanggungjawaban dalam suatu perusahaan tetapi juga merupakan alat bagi manajer tingkat atas untuk mengendalikan, mengkoordinasikan, mengkomunikasikan, mengevalusi kinerja dan memotivasi bawahannya. Anggaran daerah merupakan salah satu alat yang memegang peranan penting dalam rangka meningkatakan pelayanan publik dan didalamnya tercermin kebutuhan masyarakat dengan memperhatikan potensi dan sumber-sumber kekayaan daerah. Sedangkan APBN merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah negara yang


(33)

disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat/DPR (UU No 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara).

4. Fungsi APBD

Permedagri No 13 Tahun 2006 pasal 15 dan pasal 16 menyebutkan bahwa APBD memiliki beberapa fungsi sebagai berikut:

a. Fungsi Otorisasi

Fungsi otorisasi berarti APBD menjadi dasar bagi Pemerintah Daerah untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan.

b. Fungsi Perencanaan

Fungsi perencanaan berarti APBD menjadi pedoman bagi pemerintah daerah untuk merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan. c. Fungsi Pengawasan

Fungsi pengawasan berarti APBD menjadi pedoman untuk menilai (mengawasi) apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintah daerah sudah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

d. Fungsi Alokasi

Fungsi alokasi berarti APBD dalam pembagiannya harus diarahkan dengan tujuan untuk mengurangi pengangguran, pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian. e. Fungsi Distribusi

Fungsi distribusi berarti APBD dalam pendistribusiannya harus memerhatikan rasa keadilan dan kepatutan.


(34)

f. Fungsi Stabilisasi

Fungsi stabilitas memiliki makna bahwa anggaran pemerintah menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian daerah.

5. Komponen APBD

Menurut Permendagri No 37 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, komponen APBD adalah sebagai berikut:

a. Pendapatan Daerah

Pendapatan daerah yang dianggarkan dalam APBD Tahun Anggaran merupakan perkiraan yang terukur secara rasional dan memiliki kepastian serta dasar hukum penerimaanya. Komponen Pendapatan Daerah adalah Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah.

b. Belanja Daerah

Belanja daerah harus digunakan untuk pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah provinsi dan pemerintah Kabupaten/Kota yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan yang ditetapkan dengan ketentuan peranturan perundang-undangan. Komponen Belanja Daerah adalah Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung.


(35)

c. Pembiayaan Daerah

Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. Komponen pembiayaan daerah adalah Penerimaan Pembiayaan, Pengeluaran Pembiayaan, dan Sisa Lebih Pembiayaan (SILPA) Tahun Berjalan.

F. Belanja Daerah

a. Pengertian Belanja Daerah

Belanja Daerah menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 adalah semua kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Belanja daerah diprioritaskan untuk mendanai urusan pemerintah wajib yang terkait pelayanan dasar yang ditetapkan dengan standar pelayanan minimal dengan berpedoman pada standar teknis dan standar harga satuan regional sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

b. Klasifikasi Belanja Daerah

Klasifikasi belanja daerah bedasarkan Permedagri No. 13 Tahun 2006 adalah:

1) Klasifikasi belanja menurut urusan pemerintah

Klasifikasi belanja menurut urusan pemerintah terdiri dari belanja urusan wajib dan belanja urusan pilihan. Belanja penyelenggaraan


(36)

urusan wajib diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial. Belanja menurut urusan pilihan mencakup pertanian, kehutanan, energi dan sumber daya mineral, pariwisata, kelautan dan perikanan, perdagangan, perindustrian dan transmigrasi.

2) Klasifikasi belanja menurut fungsi

Klasifikasi belanja menurut fungsi yang digunakan untuk tujuan keselarasan dan keterpaduan pengelolaan keuangan negara terdiri dari pelayanan umum, ketertiban dan ketentraman, ekonomi, lingkungan hidup, perumahan dan fasilitas umum, kesehatan, pariwisata dan budaya, pendidikan, dan perlindungan sosial.

3) Klasifiasi belanja menurut organisasi

Klasifikasi belanja menurut organisasi disesuaikan dengan susunan organisasi pada masing-masing pemerintah daerah.

4) Klasifikasi belanja menurut program dan kegiatan

Klasifikasi belanja menurut program dan kegiatan disesuaikan dengan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan daerah.

c. Kelompok Belanja Daerah

Klasifikasi belanja menurut kelompok terdiri dari belanja tidak langsung dan belanja langsung. Belanja tidak langsung adalah belanja yang


(37)

dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan.

Belanja tidak langsung terdiri dari: 1) Belanja Pegawai

Belanja pegawai adalah belanja kompensasi dalam bentuk gaji dan tunjangan serta penghasilan lainnya yang diberikan kepada pegawai negeri sipil yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

2) Belanja Bunga

Belanja bunga digunakan untuk menganggarkan pembayaran bunga uang yang dihitung atas kewajiban pokok utang berdasarkan perjanjian pinjaman jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. 3) Subsidi

Belanja subsidi digunakan untuk menganggarkan bantuan biaya produksi kepada perusahaan/lembaga tertentu agar harga jual produksi/jasa yang dihasilkan dapat terjangkau oleh masyarakat banyak.

4) Belanja Hibah

Belanja hibah digunakan untuk menganggarkan pemberian hibah dalam bentuk uang, barang dan/atau jasa kepada pemerintah atau pemerintah daerah lainnya, dan kelompok masyarakat atau perorangan yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya.


(38)

5) Bantuan Sosial

Bantuan sosial digunakan untuk menganggarkan pemberian bantuan dalam bentuk uang dan/atau barang kepada masyarakat yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat.

6) Belanja Bagi Hasil

Belanja bagi hasil digunakan untuk menganggarkan dana bagi hasil yang bersumber dari pendapatan provinsi kepada Kabupaten/Kota atau pendapatan Kabupaten/Kota kepada pemerintah desa atau pendapatan pemerintah daerah tertentu kepada pemerintah daerah lainnya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

7) Bantuan Keuangan

Bantuan keuangan digunakan untuk menganggarkan bantuan keuangan yang bersifat umum atau khusus dari provinsi kepada Kabupaten/Kota, pemerintah desa, dan kepada pemerintah daerah lainnya atau dari pemerintah Kabupaten/Kota kepada daerah dan pemerintah daerah lainnya dalam rangka pemerataan dan/atau peningkatan kemampuan keuangan.

8) Belanja Tidak Terduga

Belanja tidak terduga merupakan belanja untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam dan bencana sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya, termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya yang telah ditutup.


(39)

Belanja langsung adalah belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan.

Belanja langsung terdiri dari: 1) Belanja Pegawai

Belanja pegawai dalam hal ini untuk pengeluaran honorarium atau upah dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintah daerah. 2) Belanja Barang dan Jasa

Belanja barang dan jasa digunakan untuk pengeluaran pembelian/pengadaan barang yang nilai manfaatnya kurang dari 12 (duabelas) bulan dan/atau pemakaian jasa dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintah.

3) Belanja Modal

Belanja modal digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (duabelas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan, seperti dalam bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya.

Rumus yang digunakan untuk menghitung belanja daerah :


(40)

G. Pendapatan Asli Daerah

a. Pengertian Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan perundang-undangan (UU No. 23 Tahun 2014). Pendapatan Asli Daerah bersumber dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah. Pendapatan Asli Daerah bertujuan memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi daerah sebagai perwujudan desentralisasi.

Wujud dari desentralisasi fiskal adalah pemberian sumber-sumber penerimaan bagi daerah yang dapat digunakan sendiri sesuai dengan potensi daerah. Kewenangan daerah untuk memungut pajak dan retribusi diatur dalam Undang-undang No. 28 tahun 2009 ditindaklanjuti dengan peraturan pelaksanaan dalam PP No.65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah dan PP No.66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah. Pungutan pajak dan retribusi daerah yang berlebihan dalam jangka pendek dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah, namun dalam jangka panjang dapat menurunkan kegiatan perekonomian, yang pada akhirnya akan menyebabkan menurunnya Pendapatan Asli Daerah.

b. Sumber Pendapatan Asli Daerah

Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, Pendapatan Asli Daerah bersumber dari:


(41)

1) Pajak Daerah

Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

2) Retribusi Daerah

Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

Dalam struktur APBD baru dengan pendekatan kinerja, jenis pendapatan yang berasal dari pajak daerah dan restribusi daerah berdasarkan UU No. 28 tahun 2009 tentang Perubahan Atas UU No.34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Rertibusi Daerah, dirinci menjadi:

a) Pajak Provinsi. Pajak ini terdiri atas: (i) Pajak kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air, (ii) Bea balik nama kendaraan bermotor (BBNKB), (iii) Pajak bahan bakar kendaran bermotor, (iv) Pajak pengambilan air permukaan, dan (v) Pajak Rokok.

b) Jenis pajak Kabupaten/Kota. Pajak ini terdiri atas: (i) Pajak Hotel, (ii) Pajak Restoran, (iii) Pajak Hiburan, (iv) Pajak Reklame, (v) Pajak Penerangan Jalan, (vi) Pajak Mineral Bukan Logam dan


(42)

Batuan, (vii) Pajak Parkir, (viii) Pajak Air Tanah, (ix) Pajak Sarang Burung Walet, (x) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, dan (xi) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan. c) Retribusi. Retribusi ini dirinci menjadi: (i) Retribusi Jasa Umum,

(ii) Retribusi Jasa Usaha, (iii) Retribusi Perijinan Tertentu. 3) Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

Kekayaan negara yang dipisahkan adalah komponen kekayaan negara yang pengelolaannya diserahkan kepada Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah. Pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan ini merupakan subbidang keuangan negara yang khusus ada pada negara-negaa nonpublik. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan merupakan bagian dari PAD daerah tersebut, yang antara lain bersumber dari bagian laba dari perusahaan daerah, bagian laba dari lembaga keuangan bank, bagian laba atas penyertaan modal kepada badan usaha lainnya.

4) Lain-Lain Pendaptan Asli Daerah yang Sah Pendapatan daerah yang sah meliputi:

a) Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan; b) Jasa giro;

c) Pendapatan bunga;

d) Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing; dan


(43)

e) Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah. Rumus untuk menghitung Pendapatan Asli Daerah (PAD) yaitu:

H. Dana Perimbangan

a. Pengertian Dana Perimbangan

Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi (UU No 23 Tahun 2014). Dana Perimbangan bertujuan untuk mengurangi kesenjangan fiskal antara pemerintah dan pemerintah daerah dan antar-pemerintah daerah. Dana Perimbangan terdiri dari dana bagi hasil, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus.

b. Komponen Dana Perimbangan 1) Dana Bagi Hasil

Dana Bagi Hasil adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka presentase untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana Bagi Hasil bersumber dari pajak dan sumber daya alam. Dana Bagi Hasil yang bersumber dari pajak terdiri atas :

a) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB);

b) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB);

PAD = Pajak Daerah + Retribusi Daerah + Hasil Pengelolaan Daerah yang Dipisahkan + Lain-Lain PAD yang sah


(44)

c) Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri dan PPh Pasal 21.

Dana Bagi Hasil yang bersumber dari sumber daya alam berasal dari : a) Kehutanan;

b) Pertambangan Umum; c) Perikanan;

d) Pertambangan Minyak Bumi; e) Pertambangan Gas Bumi; dan f) Pertambangan Panas Bumi.

Pemerintah menetapkan alokasi Dana Bagi Hasil yang berasal dari sumber daya alam sesuai dengan penetapan dasar perhitungan dan daerah penghasil. Penyaluran Dana Bagi Hasil berdasarkan realisasi penerimaan tahun anggaran berjalan.

Rumus untuk menghitung DBH yaitu:

2) Dana Alokasi Umum

Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar-daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Jumlah keseluruhan DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 26% (dua puluh enam persen) dari Pendapatan Dalam Negeri Neto yang ditetapkan dalam APBN. DAU untuk suatu daerah dialokasikan atas dasar celah fiskal dan alokasi


(45)

dasar. Celah fiskal yang dimaksud adalah kebutuhan fiskal dikurangi dengan kapasitas fiskal daerah. Alokasi dasar dihitung berdasarkan jumlah gaji Pegawai Negeri Sipil Daerah.

Rumus yang digunakan untuk menghitung DAU yaitu:

3) Dana Alokasi Khusus

Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Bersarnya DAK ditetapkan setiap tahun dalam APBN dan dialokasikan kepada daerah tertentu untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah. Kegiatan yang dimaksud sesuai dengan fungsi yang telah ditetapkan dalam APBN.

Kriteria DAK meliputi :

a) Kriteria umum ditetapkan dengan mempertimbangkan kemampuan Keuangan Daerah dalam APBD.

b) Kriteria khusus ditetapkan dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan dan karakteristik daerah.

c) Kriteria teknis ditetapkan oleh kementrian negara atau departemen teknis.

Rumus yang digunakan untuk menghitung DAK yaitu:

DAU = Alokasi Dasar + Celah Fiskal


(46)

Keterangan :

PU APBD = Penerimaan umum APBD (PAD + DAU + (DBH – DBHDR)

Dana Perimbangan yang terdiri atas 3 (tiga) jenis sumber dana, merupakan pendanaan pelaksanaan desentralisasi yang alokasinya tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain karena masing-masing jenis dana perimbangan tersebut saling mengisi dan melengkapi.

I. Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah

Lain-lain pendapatan daerah yang sah terdiri atas pendapatan hibah dan pendapatan dana darurat yang bertujuan memberi peluang kepada daerah untuk memperoleh pendapatan daerah selain pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan pinjaman daerah. Pendapatan Hibah yang dimaksud merupakan bantuan yang tidak mengikat dimana hibah dituangkan dalam suatu naskah perjanjian antara pemerintah daerah dan pemberi hibah. Hibah kepada Daerah bersumber dari luar negeri dilakukan melalui pemerintah (UU No. 23 Tahun 2014).

Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah, lain-lain pendapatan daerah yang sah dibagi menurut jenis pendapatan yang mencakup:

a. Hibah berasal dari pemerintah, pemerintah daerah lainnya, badan/lembaga/organisasi swasta dalam negeri, kelompok masyarakat/perorangan, dan lembaga luar negeri yang tidak mengikat.


(47)

b. Dana darurat dari pemerintah dalam rangka penanggulangan korban/kerusakan akibat bencana alam.

c. Dana bagi hasil dari provinsi kepada Kabupaten/Kota.

d. Dana penyesuaian dan dana otonomi khusus yang ditetapkan oleh pemerintah daerah.

e. Bantuan keuangan dari provinsi atau dari pemerintah daerah lainnya. Rumus untuk menghitung Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah yaitu:

Keterangan :

Pendapatan Lainnya : Dana penyesuaian, dana otonomi khusus, dan bantuan keuangan dari Provinsi atau pemerintah daerah lainnya.

J. Penelitian Terdahulu

Igna (2015) melakukan penelitian mengenai pengaruh PAD, Dana Perimbangan, dan Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah terhadap belanja daerah pada Kabupaten Bengkayang. Objek yang diteliti adalah hasil laporan realisasi APBD pemerintah Kabupaten Bengkayang selama enam tahun (2009-2014). Data yang dikumpulkan merupakan data sekunder dan pengolahan data menggunakan regresi linier berganda. Hasil dari penelitiannya menunjukkan bahwa dana perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap belanja daerah. Semakin tinggi dana perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah maka semakin tinggi juga belanja daerah. Variabel yang memiliki pengaruh paling dominan terhadap belanja daerah adalah dana perimbangan.

LLPDS = Hibah + Dana Darurat + DBH dari provinsi + Pendapatan Lainnya


(48)

Putra dan Dwirandra (2015) melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh dana alokasi umum, dana bagi hasil, dana alokasi khusus, dan pendapatan asli daerah pada belanja daerah serta untuk mengonfirmasi terjadinya fenomena flypaper effect pada keuangan pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Bali. Hasil penelitian menemukan bahwa dana alokasi umum, dana bagi hasil, dan pendapatan asli daerah berpengaruh positif dan signifikan pada belanja daerah, sedangkan dana alokasi khusus berpengaruh positif tidak signifikan pada belanja daerah. Fenomena flypaper

effect tidak terjadi pada belanja daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Bali

dibuktikan dengan nilai koefisien regresi dana alokasi umum yang lebih kecil dari nilai koefisien regresi pendapatan asli daerah.

Santoso, Suparta, dan Saimul (2015) melakukan penelitian tentang

Flypaper Effect pada pengelolaan Keuangan Daerah di Provinsi Lampung.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel PAD, DBH, dan DAU secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Belanja Daerah. Secara parsial variabel yang berpengaruh terhadap belanja daerah secara positif dan signifikan hanya PAD dan DAU, sedangkan variabel DBH tidak berpengaruh terhadap belanja daerah. Nilai dari koefisien DAU lebih besar dari nilai koefisien PAD dan keduanya signifikan, hal ini menunjukkan telah terjadi

flypaper effect pada belanja daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung.

Wulansari (2015) melakukan penelitian tetang pengaruh pendapatan asli daerah dan dana perimbangan terhadap belanja daerah serta analisis


(49)

Jawa Barat tahun 2012-2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan asli daerah, dana alokasi umum, dan dana bagi hasil berpengaruh terhadap belanja daerah, sedangkan dana alokasi khusus tidak berpengaruh terhadap belanja daerah. Dari hasil analisis yang dilakukan peneliti juga membuktikan bahwa terjadi fenomena flypaper effect pada belanja daerah di Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat.

Adiputra (2014) meneliti tentang flypaper effect pada dana alokasi umum dan pendapatan asli daerah terhadap belanja daerah di Kabupaten Karangasem. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama periode 6 (enam) tahun 2005-2010 DAU dan PAD hanya memberikan kontribusi pada tahun 2005 dan 2006, karena pada tahun depan, 2007-2010 persentase kotribusi PAD dan DAU kurang dari rata-rata kontribusi persentase (0,69%). Selama periode 2005-2010, penelitian tidak menemukan fenomena flypaper effect.

Ferdian (2013) melakukan penelitian mengenai Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Lain-Lain Pendapatan Yang Sah Terhadap Belanja Daerah. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Kabupaten dan Kota di Sumatera Barat yang diambil melalui dokumen laporan APBD pada tahun 2007 -2011. Pemilihan sampel dengan metode

totaling sampling. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa Pendapatan

Asli Daerah berpengaruh signifikan positif terhadap belanja daerah. Dana Perimbangan berpengaruh signifikan positif terhadap belanja daerah. Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah berpengaruh signifikan positif terhadap


(50)

belanja daerah. Hal ini dapat dilihat dari masing-masing variabel bahwa nilai

signifikasinya sebesar 0.000 < α 0.05.

Masdjojo dan Sukartono (2009) melakukan penelitian tetang pengaruh pendapatan asli daerah dan dana perimbangan terhadap belanja daerah serta analisis flypaper effect Kabupaten/Kota di Jawa Tengah tahun 2006-2008. Dari penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa PAD, DBH, dan DAU memiliki pengaruh positif signifikan terhadap Belanja Daerah, sementara DAK tidak berpengaruh signifikan terhadap Belanja Daerah. Hasil perbandingan uji statistik t, sig, Korelasi dan Koefisien Determinasi dari variabel DAU terhadap Belanja Daerah adalah lebih besar daripada nilai-nilai statistik PAD. Oleh karena itu terjadi flypaper effect pada Belanja Daerah di Jawa Tengah.

K. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual

Pendapatan Asli Daerah merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah yang terdiri dari, Hasil Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Pendapatan dari Laba Perusahaan Daerah, dan Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah. Pertumbuhan ekonomi daerah yang terus-menerus meningkat akan mendorong peningkatan pendapatan yang diterima suatu daerah. Semakin besar pendapatan asli daerah yang tinggi maka semakin besar pula belanja daerah yang bisa dilakukan pemerintah daerah. Dana perimbangan terdiri dari Dana Bagi


(51)

Hasil, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus. Dana perimbangan yang meningkat ke daerah akan meningkatkan pengeluaran pemerintah daerah melalui APBD. Dana transfer yang diberikan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah berarti memberikan kewenangan sepenuhnya kepada pemerintah daerah untuk menggunakan dana tersebut.

Gambar I: Kerangka Konseptual

2. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka di atas, hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah pengaruh dari pendapatan asli daerah, dana bagi hasil, dana alokasi umum, dana alokasi khusus, dan Pengaruh Flypaper Effect terhadap belanja daerah Kabupaten/Kota di Provinsi D.I. Yogyakarta sebagai berikut :

a. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Daerah

Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam daerahnya sendiri yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah dan sesuai dengan peraturan yang belaku. Menurut Mardiasmo (2004), dengan pendapatan asli daerah yang tinggi maka belanja daerah akan semakin besar.

Belanja Daerah (Y)


(52)

Berdasarkan pemahaman tersebut, hipotesis penelitian :

HA : Pendapatan Asli Daerah berpengaruh terhadap Belanja Daerah.

b. Pengaruh Dana Perimbangan (Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus) dan Belanja Daerah

Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana perimbangan selain dimaksudkan untuk membantu daerah dalam mendanai kewenangannya, juga bertujuan untuk mengurangi ketimpangan sumber pendanaan pemerintahan antara pusat dan daerah serta untuk mengurangi kesenjangan pendanaan pemerintahan antar daerah. Menurut Widjaja (2004) transfer dana perimbangan yang meningkat ke daerah akan meningkatakan pengeluaran pemerintah daerah melalui APBD. Peningkatan pengeluaran pemerintah pada era desenstralisasi ini lebih disebabkan oleh aliran dana perimbangan yang juga meningkat dari pemerintah pusat ke daerah (Riyanto, 2005). Legrenzi dan Milas (2001) dalam (Syukriy dan Halim, 2003) menyatakan bahwa dalam jangka panjang transfer berpengaruh terhadap belanja daerah.

Berdasarkan pemahaman tersebut, hipotesis penelitian :

HA : Dana Bagi Hasil berpengaruh terhadap Belanja Daerah.

HA : Dana Alokasi Umum berpengaruh terhadap Belanja Daerah.


(53)

c. Pengaruh Flypaper Effect pada Belanja Daerah

Holtz-Eakin et al (1985 dalam Maimunah 2006) menyatakan bahwa terdapat keterkaitan sangat erat antara transfer dari pemerintah pusat dengan belanja pemerintah daerah. Secara spesifik mereka menegaskan bahwa variabel-variabel kebijakan pemda dalam jangka pendek disesuaikan (adjusted) dengan transfer yang diterima, sehingga memungkinkan terjadinya respon yang non-linier dan asymmetric. Hal ini juga dibuktikan oleh Oktavia (2014), yang melakukan penelitian berkaitan dengan fenomena flypaper effect di Kabupaten/Kota di Jawa Timur. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa Kabupaten/Kota di Jawa Timur umumnya mengalami flypaper effect terbukti dan diterima, respon belanja daerah masih lebih besar disebabkan oleh dana perimbangan khususnya yang berasal dari komponen DAU. Semakin besar dana transfer (DAU) yang diberikan pemerintah pusat ke pemerintah daerah, maka tingkat ketergantungan pemerintah daerah dalam membiayai belanja daerah juga akan semakin tinggi untuk melaksanakan program dan kegiatan yang ada di daerah.

Berdasakan penelitian - penelitian yang ada, maka hipotesis penelitian:

HA : Belanja Daerah di Kabupaten/Kota di Provinsi D. I. Yogyakarta


(54)

36 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi empiris di Pemerintah Kabupaten/Kota di D.I. Yogyakarta. Desain penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah studi kausal, yang menyangkut hal-hal seperti sebab-akibat, kekuatan, sistem, dan ciri-ciri (Spillane, 2008). Unsur pokok dari sebab-akibat

adalah bahwa variabel bebas “menghasilkan” variabel terikat atau variabel

bebas “menyebabkan” variabel terikat terjadi. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh dari Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus terhadap belanja daerah.

B. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah orang atau badan yang berhubungan dengan objek penelitian, dan dapat memberikan informasi tentang objek penelitian tersebut. Subjek dalam penelitian ini adalah Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi D.I. Yogyakarta. 2. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah suatu hal yang menjadi pokok penelitian. objek dalam penelitian ini adalah laporan Realisasi APBD Pemda Kabupaten/Kota di Provinsi D.I. Yogyakarta periode 2008 – 2014.


(55)

C. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Kabupaten/Kota Provinsi D.I. Yogyakarta terdiri dari 4 kabupaten dan 1 kota. Penulis dalam penelitian mengambil seluruh populasi dengan beberapa kriteria sebagai berikut:

1. Kabupaten dan Kota menyampaikan Laporan Realisasi APBD tahunan kepada Dirjen Perimbangan Keuangan Pemerintah Daerah Tahun 2008 – 2014.

2. Kabupaten dan Kota mencamtumkan data-data mengenai PAD, DAU, DBH, DAK, dan Alokasi Belanja Daerah pada Laporan Realisasi APBD yang digunakan dalam penelitian ini.

Jumlah Kabupaten dan Kota yang menyampaikan Laporan Realisasi APBD Tahun 2008 – 2014 sebanyak 4 Kabupaten dan 1 Kota di Provinsi D.I. Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2008 – 2014 dengan data penelitian sebanyak 35 data, dimana jumlah tersebut diperoleh dengan rumus :

N = Jumlah Daerah x Periode Penelitian N = 5 x 7 tahun

N = 35

D. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Berdasarkan waktu pengumpulannya data yang digunakan digolongkan pada data panel (pooled data). Berdasarkan sifatnya, data yang digunakan adalah data kuantitatif yaitu data berupa angka - angka. Berdasarkan cara memperolehnya, data ini digolongkan pada data sekunder. Data sekunder


(56)

yaitu data yang diambil secara tidak langsung dari sumbernya, atau data yang diperoleh pihak lain. Data ini berupa laporan realisasi APBD Kabupaten dan Kota di Provinsi D.I Yogyakarta dari tahun 2008-2014. 2. Sumber Data

Data yang digunakan oleh peneliti adalah data laporan Realisasi APBD dari tahun 2008-2014, yang bersumber dari Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) masing-masing Kabupaten dan Kota di Provinsi D.I. Yogyakarta.

E. Variabel Penelitian

1. Variabel Terikat (Dependent Variabel)

Variabel terikat adalah variabel yang menjadi perhatian utama dalam sebuah pengamatan. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Alokasi Belanja Daerah. Alokasi Belanja Daerah adalah pengeluaran yang dilakukan oleh pemerintah daerah untuk melaksanakan kewenangan dan tanggungjawab kepada masyarakat dan pemerintah. Kelompok belanja daerah terdiri dari belanja tidak langsung (belanja pegawai, belanja bunga, subsidi, belanja hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, belanja keuangan, dan belanja tidak terduga) dan belanja langsung (belanja pegawai, belanja barang dan jasa, dan belanja modal).


(57)

2. Variabel Bebas (Independent Variabel)

Variabel bebas adalah variabel yang dapat mempengaruhi perubahan dalam variabel terikat dan mempunyai pengaruh positif atau negatif bagi variabel terikat nantinya. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu:

a. Pendapatan Asli Daerah (PAD) ( � )

Pendapatan Asli Daerah adalah semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah (pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah), yang diukur melalui besarnya target PAD Kabupaten/Kota pada setiap tahun anggaran.

b. Dana Bagi Hasil (DBH) (X )

Dana Bagi Hasil adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka presentase untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentraslisasi. c. Dana Alokasi Umum (DAU) (X )

Dana Alokasi Umum adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan atas dasar celah fiskal dan alokasi dasar. Jumlah keseluruhan DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 26% (duapuluh enam persen) dari pendapatan dalam negeri neto yang ditetapkan dalam APBN.

d. Dana Alokasi Khusus (DAK) (X )

Dana Alokasi Khusus adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk


(58)

membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Besarnya DAK ditetapkan setiap tahun dalam APBN dan dialokasikan kepada daerah tertentu untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dokumentasi yaitu dengan cara mengumpulkan laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi D. I Yogyakarta dari tahun 2008-2014.

G. Teknik Analisis Data

a. Pengujian Signifikansi Pengaruh

Uji Signifikasi Parameter Individual (Uji t)

Gujarati (2008: 77) menjelaskan Test-Of-Significance secara garis besar sebagai berikut:

Pengujian-tingkat penting (Test-Of-Significance) adalah suatu prosedur dengan mana hasil sampel digunakan untuk menguji kebenaran atau kepalsuan suatu hipotesis nol. Ide dasar dibelakang pengujian tingkat penting adalah pengujian atas statistik uji (estimator) dan distribusi sampling statistik seperti itu dalam hipotesis nol. Keputusan untuk menerima atau menolak Ho dibuat atas dasar nilai statistik uji yang diperoleh dari data yang dimiliki.

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel


(59)

dependen (Ghozali,2006). Dasar untuk pengambilan keputusan dalam pengujian ini adalah:

H : β = 0, berarti bahwa Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus tidak berpengaruh terhadap belanja daerah secara parsial;

HA: β ≠ 0 berarti bahwa Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum,

Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus berpengaruh terhadap belanja daerah secara parsial.

Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95% atau taraf

signifikansi 5% (α = 0,05) dengan kriteria penilaian sebagai berikut:

1) t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa ada pengaruh yang signifikan dari Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus terhadap belanja daerah secara parsial.

2) t hitung < t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolah yang berarti bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan dari Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus terhadap belanja daerah secara parsial.

Selain itu, bisa juga dilakukan dengan melihat p-value dari masing-masing variabel. Hipotesis diterima apabila p-value < 5% (Ghozali,2006).

b. Analisis Regresi Data Panel

Teknik analisis regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi data panel. Menurut Kuncoro (2011), data panel adalah


(60)

kombinasi antara data silang tempat (cross section) dengan data runtut waktu (time series). Penelitian ini menggunakan data lima Kabupaten/Kota di Provinsi D.I. Yogyakarta yang diamati dengan kurun waktu tujuh tahun pengamatan yaitu tahun 2008-2014.

Menurut Widarjono (2009) metode regresi data panel mempunyai beberapa keuntungan jika dibandingkan dengan data time series atau cross

section, yaitu:

1) Data panel yang merupakan gabungan dua data, time series dan cross

section mampu menyediakan data yang lebih banyak sehingga akan

menghasilkan degree of freedom yang lebih besar.

2) Menggabungkan informasi dari data time series dan cross section dapat mengatasi masalah yang timbul ketika ada masalah penghilangan variabel (ommited-variabel).

Menurut Ghozali (2006) manfaat dari data panel, yaitu:

1) Data panel berhubungan dengan individu, perusahaan, kota, negara, dst sepanjang waktu (overtime), maka akan bersifat heterogen dalam unit tersebut. Teknik untuk mengestimasi data panel dapat memasukkan heteroginitas secara ekplisit untuk setiap variabel individu secara spesifik.

2) Dengan menggabungkan data time series dan cross section, maka data panel memberikan data yang lebih informatif, lebih bervariasi, rendah tingkat kolonieritas antar variabel, lebih besar degree of freedom, dan lebih efisien.


(61)

3) Dengan mempelajari dara repeated cross section, data panel cocok untuk studi perubahan dinamis.

4) Data panel mampu mendeteksidan mengukur pengaruh yang tidak dapat diobservasi melalui data murni time series atau data murni cross

section.

5) Data panel memungkinkan mempelajari model perilaku yang lebih komplek. Misalkan fenomena skala ekonomis dan perubahan teknologi dapat dipahami lebih baik dengan data panel daripada data murni time

series atau data murni cross section.

Persamaan regresi yang digunakan untuk melihat pengaruh penerimaan PAD, Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus terhadap Belanja Daerah adalah:

BD = + D i + D i + D i + D i + PAD + DBH + DAU + DAK + е

Keterangan:

α : Intersep

D …….D : Dummy Variabel digunakan untuk 4 kabupaten/kota

sedangkan sisanya, satu kabupaten/kota (D ) dipakai sebagai kabupaten/kota pembanding (bebas untuk memilih kabupaten/kota mana sebagai kabupaten/kota pembanding)

− : Koefisien Regresi BD : Belanja Daerah

PAD : Pendapatan Asli Daerah DBH : Dana Bagi Hasil

DAU : Dana Alokasi Umum DAK : Dana Alokasi Khusus


(62)

Persamaan regresi yang digunakan untuk melihat adanya fenomena

flypaper effect adalah:

BD = + D i + D i + D i + D i + PAD + DAU + е Keterangan:

α : Intersep

D …….D : Dummy Variabel digunakan untuk 4 kabupaten/kota

sedangkan sisanya, satu kabupaten/kota (D ) dipakai sebagai kabupaten/kota pembanding (bebas untuk memilih kabupaten/kota mana sebagai kabupaten/kota pembanding)

− : Koefisien Regresi BD : Belanja Daerah

PAD : Pendapatan Asli Daerah DBH : Dana Bagi Hasil

DAU : Dana Alokasi Umum DAK : Dana Alokasi Khusus

е : Error Term

c. Uji Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini, yaitu:

1) Pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Daerah.

H : Pendapatan Asli Daerah tidak berpengaruh terhadap Belanja Daerah.

HA : Pendapatan Asli Daerah berpengaruh terhadap Belanja Daerah.

2) Pengaruh Dana Perimbangan (Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus) terhadap Belanja Daerah.

H : Dana Bagi Hasil tidak berpengaruh terhadap Belanja Daerah.

HA : Dana Bagi Hasil berpengaruh terhadap Belanja Daerah.

H : Dana Alokasi Umum tidak berpengaruh terhadap Belanja Daerah.


(63)

H : Dana Alokasi Khusus tidak berpengaruh terhadap Belanja Daerah.

HA : Dana Alokasi Khusus berpengaruh terhadap Belanja Daerah.

d. Analisis Flypaper Effect

Untuk menguji fenomena flypaper effect akan dilakukan serangkaian pengujian setelah tahap pengujian pengaruh variabel, yaitu:

1. Tahap pertama membandingkan nilai koefisien regresi masing-masing variabel, yaitu nilai koefisien PAD dengan nilai koefisien DAU yang berpengaruh signifikan terhadap belanja daerah.

2. Tahap kedua menyimpulkan fenomena flypaper effect terjadi atau tidak. Apabila nilai koefisien DAU lebih besar dari nilai koefisien PAD, maka terjadi fenomena flypaper effect.

Hipotesis untuk Flypaper Effect pada Belanja Daerah:

H : Belanja Daerah di Kabupaten/Kota di Provinsi D. I. Yogyakarta tidak terjadi flypaper effect.

HA : Belanja Daerah di Kabupaten/Kota di Provinsi D. I. Yogyakarta


(64)

46

BAB IV

GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

Penelitian ini didesain untuk memberikan bukti secara empiris adanya pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus dan kemungkinan terjadinya flypaper effect pada belanja daerah Kabupaten/Kota di Provinsi D.I Yogyakarta pada tahun 2008-2014. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kota dan kabupaten di Provinsi D.I Yogyakarta. Data penelitian sebanyak 35, data didapatkan dari laporan realisasi APBD tahun 2008-2014 yang seluruhnya mencantumkan data PAD, DBH, DAU, DAK, LLPDS, dan Belanja Daerah.

Seperti yang dijelaskan dalam Undang-Undang (UU) Nomor 33 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang kemudian diganti dengan Undang-Undang (UU) Nomor 23 Tahun 2014, seluruh daerah Kabupaten/Kota yang ada di Indonesia diberikan otonomi yang luas oleh pemerintah pusat untuk membantu pengembangan daerahnya masing-masing termasuk dalam bidang keuangannya. Dalam rangka menyelenggarakan otonomi daerah sesuai dengan peraturan yang berlaku, Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) berkaitan dengan Dinas Pendapatan, Pengelolaan, Keuangan, dan Aset Daerah di Provinsi D.I Yogyakarta, terdiri dari:

1. Kantor Pelayanan Pajak Daerah Provinsi DIY di Kota Yogyakarta; 2. Kantor Pelayanan Pajak Daerah Provinsi DIY di Kabupaten Bantul; 3. Kantor Pelayanan Pajak Daerah Provinsi DIY di Kabupaten Kulon Progo;


(65)

4. Kantor Pelayanan Pajak Daerah Provinsi DIY di Kabupaten Gunung Kidul; 5. Kantor Pelayanan Pajak Daerah Provinsi DIY di Kabupaten Sleman.

A. Tugas Pokok Fungsi Struktural KPPD DIY

Kantor Pelayanan Pajak Daerah DIY mempunyai tugas sebagai pelaksana operasional pemungutan pajak daerah, retribusi, dan pendapatan lain-lain di wilayah DIY.

1. Tugas Kantor Pelayanan Pajak Daerah DIY mempunyai fungsi: a. penyususan program kantor;

b. pelaksanaan pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB), dan Pajak Air Bawah Tanah (P-ABT) – Air Permukaan (AP), retribusi, dan pendapatan lain-lain; c. pelaksanaan pendataan dan penetapan pajak daerah, retribusi, dan

pendapatan lain-lain;

d. pelaksanaan pelaporan dan penagihan pajak daerah, retribusi, dan pendapatan lain-lain;

e. penyiapan bahan kebijakan penyelesaian sengketa pajak; f. pelaksanaan ketatausahaan;

g. pelaksanaan evaluasi dan penyusunan laporan program kantor;

h. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas dan fungsinya.


(66)

2. Kantor Pelayanan Pajak Daerah DIY, terdiri dari: a. Kepala Kantor;

b. Subbagian Tata Usaha;

c. Seksi Pendaftaran dan Penetapan; d. Seksi Pembukuan dan Penagihan; e. Kelompok Jabatan Fungsional. 1) Subbagian Tata Usaha

Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan kearsipan, keuangan, kepegawaian, pengelolaan barang, kerumahtanggaan, kehumasan, kepustakaan, serta penyusunan program dan laporan kinerja. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Subbagian Tata Usaha mempunya fungsi:

a) penyusunan program Subbagian Tata Usaha; b) penyusunan program Kantor;

c) pengelolaan kerarsipan; d) pengelolaan keuangan;

e) penyelenggaraan kepegawaian; f) penyelenggaraan kerumahtanggaan; g) penyelenggaraan kehumasan; h) pengelolaan barang;

i) pengelolaan kepustakaan;

j) pengelolaan data, pelayanan informasi dan pengembangan sistem informasi;


(67)

k) monitoring, evaluasi dan penyusunan laporan program kantor; l) pelaksanaan evaluasi dan penyusunan laporan kegiatan Subbagian

Tata Usaha.

2) Seksi Pendaftaran dan Penetapan

Seksi pendaftaran dan penetapan mempunyai tugas melaksanakan pendataan dan penetapan pajak daerah, retribusi, dan pendapatan lain-lain. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, seksi pendaftaran dan penetapan mempunyai fungsi:

a) penyusunan program seksi pendaftaran dan penetapan; b) pelaksanaan pelayanan pendaftaran wajib pajak; c) pengelolaan berkas arsip pajak daerah;

d) pelaksanaan pendataan Subjek dan Objek pajak daerah, retribusi, dan pendapatan lain-lain;

e) penyelenggaraan pemeriksaan, verifikasi dan perhitungan penetapan pajak daerah, retribusi dan pendapatan lain-lain;

f) penyiapan data pertimbangan keberatan pajak daerah;

g) pelaksanaan evaluasi dan penyusunan laporan program seksi pendaftaran dan penetapan.

3) Seksi Pembukuan dan Penagihan

Seksi pembukuan dan penagihan mempunyai tugas melaksanakan pelaporan dan penagihan tunggakan pajak daerah, retribusi, dan pendapatan lain-lain. Untuk melaksanakan tugas


(68)

sebagaimana dimaksud, seksi pembukuan dan penagihan mempunyai fungsi:

a) penyusunan program seksi pelaporan dan penagihan;

b) pelaksanaan pencatatan penerimaan pembayaran pajak daerah, retribusi, dan pendapatan lain-lain;

c) pelaksanaan inventarisasi dan verifikasi penerimaan pajak daerah, retribusi, dan pendapatan lain-lain;

d) pelaksanaan pembukaan penerimaan pembayaran pajak daerah, retribusi, dan pendapatan lain-lain;

e) pelaksanaan pelaporan penyelenggaraan penerimaan dan piutang pajak daearh, retribusi, dan pendapatan lain-lain;

f) pelaksanaan penagihan pada wajib pajak;

g) pelaksanaan evaluasi dan penyusunan laporan program seksi pembukuan dan penagihan.

4) Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melaksanakan kegiatan teknis di bidang keahliannya masing-masing. Kelompok jabatan fungsional dapat dibagi-bagi dalam subkelompok sesuai dengan kebutuhan dan keahliannya masing-masing dan dikoordinasikan oleh seorang tenaga fungsional senior.

Pejabat fungsional pada dinas dalam melaksanakan tugasnya bertanggungjawab langsung kepada Kepala Dinas; Kebutuhan jabatan fungsional dimaksud, ditentukan berdasarkan sifat, jenis, dan beban


(69)

kerja. Pembinaan terhadap tenaga fungsional dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

B. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Daerah (KPPD) Kabupaten/Kota SE DIY

Gambar II: Struktur Organisasi Kepala Kantor

Pelayanan Pajak Daerah

Kepala Subbagian Tata Usaha

Kepala Seksi Pendaftaran dan

Penetapan

Kepala Seksi Pembukuan dan

Penagihan

Kelompok jabatan Fungsional


(70)

52 BAB V

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Penelitian yang dilakukan di Kabupaten/Kota Provinsi D.I Yogyakarta adalah untuk menganalisis pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan terhadap Belanja Daerah serta Analisis Flypaper Effect pada tahun 2008-2014. Data yang diperlukan adalah data realisasi pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan realisasi belanja daerah dari tahun 2008-2014. Data diperoleh dari Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah di Kabupaten Sleman, Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Bantul, Kabupaten Gunung Kidul dan Kota Yogyakarta. Data yang sudah diperoleh kemudian diolah menggunakan menggunakan linier data panel dan uji hipotesis dengan aplikasi SPSS 21.

1. Realisasi Penerimaaan Pendapatan Asli Daerah

Data realisasi penerimaan pendapatan asli daerah dalam jangka waktu 7 (tujuh) tahun, yaitu tahun 2008-2014 di Kabupaten/Kota di Provinsi D.I Yogyakarta.


(71)

Tabel 1. Realisasi Penerimaan PAD Tahun 2008-2014

Sumber: DPKAD Kabupaten/Kota di Provinsi D.I Yogyakarta 2. Realisasi Penerimaan Dana Bagi Hasil

Data realisasi penerimaan dana bagi hasil dalam jangka waktu 7 (tujuh) tahun, yaitu tahun 2008-2014 di Kabupaten/Kota di Provinsi D.I Yogyakarta.

Tabel 2. Realisasi Penerimaan Dana Bagi Hasil Tahun 2008-2014

Sumber: DPKAD Kabupaten/Kota di Provinsi D.I Yogyakarta

3. Realisasi Penerimaan Dana Alokasi Umum

Data realisasi penerimaan dana alokasi umum dalam jangka waktu 7 (tujuh) tahun, yaitu tahun 2008-2014 di Kabupaten/Kota di Provinsi D.I Yogyakarta.

Yogyakarta Sleman Kulon Progo Bantul Gunung Kidul

2008 132,431,571,514.72 157,231,267,811.84 42,289,208,476.81 69,800,761,508.85 32,906,592,912.97

2009 161,473,838,209.95 140,631,359,142.43 39,358,629,412.10 88,691,362,690.38 38,455,406,172.11

2010 179,423,640,057.51 163,056,459,137.93 48,280,640,675.16 81,637,099,293.07 42,542,031,388.61

2011 228,870,559,645.59 226,723,271,088.47 53,752,293,431.63 128,896,456,173.41 54,462,418,772.18

2012 338,283,728,285.01 301,069,539,284.13 74,028,663,155.07 166,597,778,028.56 67,050,781,893.09

2013 383,052,140,420.42 449,270,304,864.83 95,991,512,851.06 224,197,864,331.31 83,427,447,822.42

2014 470,641,528,444.03 573,337,599,560.11 158,623,927,339.19 357,411,062,723.21 159,304,338,220.22

Tahun Realisasi

Yogyakarta Sleman Kulon Progo Bantul Gunung Kidul

2008 61,245,922,863.00 86,195,950,722.00 22,789,972,956.63 38,632,739,167.00 26,158,078,474.77

2009 66,530,636,957.00 93,869,391,280.00 24,788,201,933.00 44,351,846,539.37 29,627,528,722.00 2010 75,585,120,720.00 107,029,836,398.00 32,186,407,372.00 54,598,729,702.00 34,824,463,326.00

2011 62,722,029,497.00 79,317,976,957.00 29,896,555,247.00 46,143,222,859.00 35,839,002,903.00

2012 59,358,107,032.00 98,874,892,150.00 35,936,014,384.00 54,036,377,354.00 41,403,139,514.00

2013 55,337,999,596.00 50,369,188,677.00 33,581,901,975.00 36,484,563,341.00 38,552,493,454.00

2014 42,720,014,941.00 45,797,112,916.00 21,784,145,952.00 26,466,340,871.00 30,413,649,292.00


(72)

Tabel 3. Realisasi Penerimaan Dana Alokasi Umum Tahun 2008-2014

Sumber: DPKAD Kabupaten/Kota di Provinsi D.I Yogyakarta

4. Realisasi Penerimaan Dana Alokasi Khusus

Data realisasi penerimaan dana alokasi khusus dalam jangka waktu 7 (tujuh) tahun, yaitu tahun 2008-2014 di Kabupaten/Kota di Provinsi D.I Yogyakarta.

Tabel 4. Realisasi Penerimaan Dana Alokasi Khusus Tahun 2008-2014

Sumber: DPKAD Kabupaten/Kota di Provinsi D.I Yogyakarta

5. Realisasi Belanja Daerah

Data realisasi belanja daerah dalam jangka waktu 7 (tujuh) tahun, yaitu tahun 2008-2014 di Kabupaten/Kota di Provinsi D.I Yogyakarta.

Tabel 5. Realisasi Belanja Daerah Tahun 2008-2014

Yogyakarta Sleman Kulon Progo Bantul Gunung Kidul

2008 411,257,232,000.00 592,594,528,000.00 403,656,783,000.00 583,169,351,000.00 504,395,748,000.00

2009 414,345,330,000.00 587,857,778,000.00 413,081,642,000.00 568,502,143,000.00 508,212,308,000.00

2010 395,444,062,000.00 563,320,892,000.00 411,293,618,000.00 573,512,337,000.00 521,293,704,000.00

2011 436,129,821,000.00 631,920,733,000.00 444,043,865,000.00 625,060,827,000.00 572,008,916,000.00

2012 536,466,614,000.00 795,708,767,000.00 531,104,016,000.00 768,034,584,000.00 687,944,489,000.00

2013 597,212,209,000.00 891,589,912,000.00 594,878,790,000.00 854,810,634,000.00 779,069,238,000.00

2014 618,742,352,000.00 952,102,502,000.00 639,409,211,000.00 949,252,188,000.00 847,388,294,000.00

Tahun

Realisasi

Yogyakarta Sleman Kulon Progo Bantul Gunung Kidul

2008 32,238,000,000.00 10,151,000,000.00 52,138,000,000.00 57,448,000,000.00 60,879,000,000.00

2009 36,491,000,000.00 35,976,000,000.00 56,399,000,000.00 55,635,000,000.00 71,523,000,000.00

2010 13,599,100,000.00 69,847,300,000.00 41,614,100,000.00 60,565,500,000.00 77,574,200,000.00

2011 1,761,900,000.00 42,650,300,000.00 48,336,500,000.00 45,919,200,000.00 59,156,800,000.00

2012 6,485,350,000.00 52,237,390,000.00 45,379,520,000.00 63,281,450,000.00 70,584,420,000.00

2013 6,220,630,000.00 50,823,330,000.00 52,894,140,000.00 47,196,880,000.00 59,793,058,000.00

2014 2,249,900,000.00 36,504,908,000.00 47,077,300,000.00 60,914,370,000.00 46,172,145,000.00

Tahun


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)