Pendapatan Asli Daerah LANDASAN TEORI

G. Pendapatan Asli Daerah

a. Pengertian Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan perundang-undangan UU No. 23 Tahun 2014. Pendapatan Asli Daerah bersumber dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah. Pendapatan Asli Daerah bertujuan memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi daerah sebagai perwujudan desentralisasi. Wujud dari desentralisasi fiskal adalah pemberian sumber-sumber penerimaan bagi daerah yang dapat digunakan sendiri sesuai dengan potensi daerah. Kewenangan daerah untuk memungut pajak dan retribusi diatur dalam Undang-undang No. 28 tahun 2009 ditindaklanjuti dengan peraturan pelaksanaan dalam PP No.65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah dan PP No.66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah. Pungutan pajak dan retribusi daerah yang berlebihan dalam jangka pendek dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah, namun dalam jangka panjang dapat menurunkan kegiatan perekonomian, yang pada akhirnya akan menyebabkan menurunnya Pendapatan Asli Daerah. b. Sumber Pendapatan Asli Daerah Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, Pendapatan Asli Daerah bersumber dari: 1 Pajak Daerah Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. 2 Retribusi Daerah Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan danatau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Dalam struktur APBD baru dengan pendekatan kinerja, jenis pendapatan yang berasal dari pajak daerah dan restribusi daerah berdasarkan UU No. 28 tahun 2009 tentang Perubahan Atas UU No.34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Rertibusi Daerah, dirinci menjadi: a Pajak Provinsi. Pajak ini terdiri atas: i Pajak kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air, ii Bea balik nama kendaraan bermotor BBNKB, iii Pajak bahan bakar kendaran bermotor, iv Pajak pengambilan air permukaan, dan v Pajak Rokok. b Jenis pajak KabupatenKota. Pajak ini terdiri atas: i Pajak Hotel, ii Pajak Restoran, iii Pajak Hiburan, iv Pajak Reklame, v Pajak Penerangan Jalan, vi Pajak Mineral Bukan Logam dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Batuan, vii Pajak Parkir, viii Pajak Air Tanah, ix Pajak Sarang Burung Walet, x Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, dan xi Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan. c Retribusi. Retribusi ini dirinci menjadi: i Retribusi Jasa Umum, ii Retribusi Jasa Usaha, iii Retribusi Perijinan Tertentu. 3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Kekayaan negara yang dipisahkan adalah komponen kekayaan negara yang pengelolaannya diserahkan kepada Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah. Pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan ini merupakan subbidang keuangan negara yang khusus ada pada negara-negaa nonpublik. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan merupakan bagian dari PAD daerah tersebut, yang antara lain bersumber dari bagian laba dari perusahaan daerah, bagian laba dari lembaga keuangan bank, bagian laba atas penyertaan modal kepada badan usaha lainnya. 4 Lain-Lain Pendaptan Asli Daerah yang Sah Pendapatan daerah yang sah meliputi: a Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan; b Jasa giro; c Pendapatan bunga; d Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing; dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI e Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan danatau pengadaan barang danatau jasa oleh daerah. Rumus untuk menghitung Pendapatan Asli Daerah PAD yaitu: H. Dana Perimbangan a. Pengertian Dana Perimbangan Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi UU No 23 Tahun 2014. Dana Perimbangan bertujuan untuk mengurangi kesenjangan fiskal antara pemerintah dan pemerintah daerah dan antar-pemerintah daerah. Dana Perimbangan terdiri dari dana bagi hasil, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus. b. Komponen Dana Perimbangan 1 Dana Bagi Hasil Dana Bagi Hasil adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka presentase untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana Bagi Hasil bersumber dari pajak dan sumber daya alam. Dana Bagi Hasil yang bersumber dari pajak terdiri atas : a Pajak Bumi dan Bangunan PBB; b Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan BPHTB; PAD = Pajak Daerah + Retribusi Daerah + Hasil Pengelolaan Daerah yang Dipisahkan + Lain-Lain PAD yang sah c Pajak Penghasilan PPh Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri dan PPh Pasal 21. Dana Bagi Hasil yang bersumber dari sumber daya alam berasal dari : a Kehutanan; b Pertambangan Umum; c Perikanan; d Pertambangan Minyak Bumi; e Pertambangan Gas Bumi; dan f Pertambangan Panas Bumi. Pemerintah menetapkan alokasi Dana Bagi Hasil yang berasal dari sumber daya alam sesuai dengan penetapan dasar perhitungan dan daerah penghasil. Penyaluran Dana Bagi Hasil berdasarkan realisasi penerimaan tahun anggaran berjalan. Rumus untuk menghitung DBH yaitu: 2 Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Umum DAU adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar-daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Jumlah keseluruhan DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 26 dua puluh enam persen dari Pendapatan Dalam Negeri Neto yang ditetapkan dalam APBN. DAU untuk suatu daerah dialokasikan atas dasar celah fiskal dan alokasi DBH = DBH Pajak + DBH Bukan Pajak dasar. Celah fiskal yang dimaksud adalah kebutuhan fiskal dikurangi dengan kapasitas fiskal daerah. Alokasi dasar dihitung berdasarkan jumlah gaji Pegawai Negeri Sipil Daerah. Rumus yang digunakan untuk menghitung DAU yaitu: 3 Dana Alokasi Khusus Dana Alokasi Khusus DAK adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Bersarnya DAK ditetapkan setiap tahun dalam APBN dan dialokasikan kepada daerah tertentu untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah. Kegiatan yang dimaksud sesuai dengan fungsi yang telah ditetapkan dalam APBN. Kriteria DAK meliputi : a Kriteria umum ditetapkan dengan mempertimbangkan kemampuan Keuangan Daerah dalam APBD. b Kriteria khusus ditetapkan dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan dan karakteristik daerah. c Kriteria teknis ditetapkan oleh kementrian negara atau departemen teknis. Rumus yang digunakan untuk menghitung DAK yaitu: DAU = Alokasi Dasar + Celah Fiskal DAK = PU APBD – Belanja Pegawai Daerah Keterangan : PU APBD = Penerimaan umum APBD PAD + DAU + DBH – DBHDR Dana Perimbangan yang terdiri atas 3 tiga jenis sumber dana, merupakan pendanaan pelaksanaan desentralisasi yang alokasinya tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain karena masing-masing jenis dana perimbangan tersebut saling mengisi dan melengkapi.

I. Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah

Lain-lain pendapatan daerah yang sah terdiri atas pendapatan hibah dan pendapatan dana darurat yang bertujuan memberi peluang kepada daerah untuk memperoleh pendapatan daerah selain pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan pinjaman daerah. Pendapatan Hibah yang dimaksud merupakan bantuan yang tidak mengikat dimana hibah dituangkan dalam suatu naskah perjanjian antara pemerintah daerah dan pemberi hibah. Hibah kepada Daerah bersumber dari luar negeri dilakukan melalui pemerintah UU No. 23 Tahun 2014. Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah, lain-lain pendapatan daerah yang sah dibagi menurut jenis pendapatan yang mencakup: a. Hibah berasal dari pemerintah, pemerintah daerah lainnya, badanlembagaorganisasi swasta dalam negeri, kelompok masyarakatperorangan, dan lembaga luar negeri yang tidak mengikat. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI b. Dana darurat dari pemerintah dalam rangka penanggulangan korbankerusakan akibat bencana alam. c. Dana bagi hasil dari provinsi kepada KabupatenKota. d. Dana penyesuaian dan dana otonomi khusus yang ditetapkan oleh pemerintah daerah. e. Bantuan keuangan dari provinsi atau dari pemerintah daerah lainnya. Rumus untuk menghitung Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah yaitu: Keterangan : Pendapatan Lainnya : Dana penyesuaian, dana otonomi khusus, dan bantuan keuangan dari Provinsi atau pemerintah daerah lainnya.

J. Penelitian Terdahulu