21
2.13 Modus kegagalan lamina
Pada umumnya ada tiga macam pembebanan yang menyebabkan suatu bahan komposit menjadi rusak, antara lain pembebanan tarik, tekan dalam arah
longitudinal maupun transversal dan geser.
2.13.1 Modus kegagalan akibat beban tarik longitudinal
Pada bahan komposit lamina yang diberi beban searah dengan serat. Kegagalan berawal dari serat-serat yang patah pada penampang yang paling
lemah. Apabila beban yang diberikan semakin besar, maka semakin banyak serat yang akan patah. Kebanyakan komposit serat tidak sekaligus patah pada waktu
yang bersamaan. Variasi kerusakan serat yang patah relatif kecil kurang dari 50 beban maksimum.
Apabila serat yang patah semakin banyak, ada tiga kemungkinan : a.
Bila matrik mampu menahan gaya geser dan meneruskan serat disekitarnya, maka serat yang patah akan semakin banyak sehingga akan
menimbulkan retak. Bahan komposit akan patah getas seperti gambar 2.7 a
b. Apabila matrik tidak mampu menahan konsentrasi tegangan geser yang
timbul diujung serat dapat terlepas dari matrik dan komposit rusak searah dengan serat seperti pada gambar 2.7 b
c. Kombinasi dari kedua tipe patahan pada kasus ini adalah patah serat yang
terjadi di sebarang tempat bersamaan dengan rusaknya matrik. Modus kerusakan berbentuk seperti sikat, seperti pada gambar 2.7 c
22
Gambar 2.7 Modus kerusakan pada bahan komposit akibat beban Tarik longitudinal
2.13.2 Modus kegagalan akibat beban tarik transversal
Bahan yang memiliki susunan serat tegak lurus dengan arah pembebanan, menyebabkan konsentrasi tegangan pada interface antara serat dan matrik itu
sendiri. Karena bahan komposit yang mendapat beban transversal akan gagal pada intervase antar serat dan matrik, meskipun terjadi juga kegagalan tarnsversal pada
serat bila arah serat acak dan lemah dalam arah transversal. Dengan demikian modus kegagalan akibat beban tarik transversal terjadi
karena: 1
Kegagalan matrik 2
Debonding pada interface antara serat dan matrik
Gambar 2.8 Kegagalan pada komposit akibat beban tarik transversal PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
2.14 Tinjauan Pustaka