15
dengan : m
m
= massa matrik m
r
= massa renforce b
Volume komposit V
c
V
c
= V
m
+V
r
+V
v
2.2 Dengan : V
m
= volume matrik V
r
= volume reinforce V
v
= volume voids rongga,cacat c
Kerapatan komposit ρ
c
ρ
c
= ρ
c
= f
m
x ρ
m
+f
r
x ρ
r
2.3 dengan : ρ
m
= kerapatan matrik ρ
r
= kerapatan reinforce f
m
= fraksi volume matrik
2.10 kerusakan pada komposit
pada umumnya ada tiga macam pembebanan yang menyebabkan rusaknya suatu bahan komposit, yaitu pembebanan Tarik tekan baik dalam arah longitudinal
maupun transversal, serta geser.
2.11 Kerusakan Internal Mikroskopik
Kerusakan Mikroskopik yang terjadi pada komposit dapat berupa : e
Patah pada serat fiber breaking f
Retak mikro pada matrik matric micro crack g
Terkelupasnya serat dari matrik debounding h
Terlepasnya lamina satu dengan yang lain nya delamination PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
2.11.1  Fraksi Volume Minimum Reinforcing
Gambar 2.3 a Model komposit berpenguat serat, b   Kurva tegangan Vs regangan
Modulus elastis komposit kearah longitudinal E
c
E
c
= f
m
E
m
+ f
r
E
r
2.4 Dengan : E
m
= modulus elastis matrik E
r
= modulus elastis reinforced Jika suatu bahan komposit mendapat beban tarik maka, dalam kondisi ini
pase  reinforcing  dan  matriknya  mempunyai  perpanjangan  yang  sama  sehingga dapat ditulis :
Ɛ
r
= Ɛ
m
= Ɛ
c
2.5 Kekuatan tarik bahan komposit σ
u c
σ
u c
= V
r
σ
u r
+1-V
r
σ
m
2.6 dengan σ
m
= tegangan tarik matrik saat reinforcing putus karena tarikan. Pada saat tegangan σ
m
dan matrik yang digunakan getas ɛ
c
= ɛ
m
maka berlaku : PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
σ
m =
u r
x E
m
= A
r
E
m
2.7 dengan A
r
= perpanjangan saat reinforcing putus. Maka untuk bahan komposit berlaku :
E
c
= V
r
E
r
+ 1-V
r
u m
2.8 dengan
u m
= tangent dari kurfa tarik. Apabila  pembebanan  berada  dalam  daerah  elastis  bahan  sama  dengan
modulus  elastis  dari  matriknya,  maka  daerah  pembebanan  yang  elastik  maka berlaku :
E
c
= V
r
E
r
+ V
m
E
m
2.9 Agar  suatu  bahan  komposit  memiliki  sifat  mekanis  yang  baik,  fraksi
volume  V
r
lebih  besar  dari  harga  kritis.  Tetapi  pada  kenyataanya,  apabila  fraksi volume  relatif  kecil  tidak  akan  efektif.  Ini  disebabkan  karena  tegangan  yang
terjadi  akan  ditahan  oleh  bahan  matrik  tersebut.  Dalam  kondisi  ini  σ
u c
sama dengan tegangan tarik matriknya σ
u m
. maka akan dipakai rumus : σ
u c
= 1-V
t
σ
u m
2.10 Fraksi volume minimum rainforcing adalah
V
r min
=
u m u
u r u m
m
2.11 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
2.11.2   Susunan serat
Berdasarkan  susunan  seratnya  dapat  dibedakan  menjadi  dua  jenis serat  yaitu  serat  kontinu  dan  serat  tidak  kontinu.  Berdasarkan  teori  serat  yang
panjang akan lebih efektif dalam menyalurkan beban jika dibandingkan dengan serat  yang  pendek.  Tetapi  teori  tersebut  sulit  untuk  diwujudkan  dalam  praktek
pembuatannya. Hal ini disebabkan karena pada serat  yang panjang akan terjadi ketimpangan pada saat menerima beban antar serat, dimana sebagian serat akan
mengalami  tegangan  dan  serat  yang  lain  bebas  dari  tegangan.  Jika  komposit tersebut  dibebani  hingga  mendekati  kekuatan  patahnya,  sebagian  serat  akan
patah  sebelum  serat  yang  lain  menjadi  patah.  Komposit  dengan  bahan  serat pendek  dapat  menghasilkan  kekuatan  yang  lebih  besar  dibandingkan  dengan
serat  yang  panjang,  yaitu  dengan  cara  memasang  orientasi  serat  pada  arah optimum yang dapat ditahan oleh serat.
Jenis komposit serat antara lain : a
Serat kontinu : 1
Serat satu arah 2
Serat dua arah b
Serat tidak kontinu : 1
Serat arah acak Gambar 2.4 Fraksi volume serat.
19
2 Serat arah teratur
c Serat multilapis :
1 Laminat
2 Hybrid
2.12 Mekanika komposit
Sifat mekanik bahan komposit berbeda dengan bahan yang lainnya. Tidak
seperti bahan teknik yang lain yang memiliki sifat homogen dan isontropik, bahan
komposit  memiliki  sifat  heterogen  dan  anisontropik.  Sifat  heterogen  bahan komposit terjadi karena bahan komposit tersusun  dari dua atau lebih bahan  yang
memiliki  sifat  mekanik  yang  berbeda,  sehingga  analisis  mekanik  pada  komposit berbeda dengan bahan konvensional yang lain. Sifat mekanikpada bahan komposit
merupakan fungsi dari : a.
Sifat mekanik komponen penyusunnya b.
Geometri susunan masing-masingkomponen c.
Interface antara komponen Mekanika komposit dapat dianalisis dari dua sudut pandang, yaitu dengan
analisis  mikromekanik  dengan  memperlihatkan  sifat-sifat  mekanik  bahan penyusunnya. Analisis makromekanik memperlihatkan sifat-sifat bahan komposit
secara  umum  tanpa  memperlihatkan  sifat  ataupun  hubungan  antara  komponen penyusunnya.
2.12.1    Kondisi isostrain
Kondisi  isostrain  merupakan  komposit  dengan  kondisi  regangan  yang sama. Dalam hal ini tegangan pada material mengakibatkan regangan  yang sama
pada  semua  lapisan  komposit.  Kita  asumsikan  bahwa  ikatan  antar  lapisan  tetap utuh  selama  dikenai  tegangan.  Pada  contoh  komposit  ini  disebut  dengan  kondisi
regangan yang sama. Kita mendapatkan penjumlahan rata-rata modulus elastisitas dari komposit
dengan  hubungan  antara  modulus  elastis  dari  serat,  matrik,  dan  presentase  dari volume masing-masing seperti pada gambar 2.5
20
2.12.2    Isostres
Maksud dari isostres condision adalah komposit dengan kondisi tegangan yang sama. Misalnya struktur komposit berlapis yang ideal dan terdiri dari lapisan
serat  dan  matrik  dengan  masing-masing  susunan  lapisan  tegak  lurus  terhadap tegangan  yang  ditarik.  Dalam  kasus  ini  tegangan  pada  struktur  komposit
menghasilkan kondisi tegangan yang sama, seperti pada gambar 2.5 Gambar 2.5 Komposit dengan kondisi
regangan sama
Gambar 2.6 Komposit dengan kondisi tegangan sama.
21
2.13 Modus kegagalan lamina
Pada  umumnya  ada  tiga  macam  pembebanan  yang  menyebabkan  suatu bahan  komposit  menjadi  rusak,  antara  lain  pembebanan  tarik,  tekan  dalam  arah
longitudinal maupun transversal dan geser.
2.13.1    Modus kegagalan akibat beban tarik longitudinal
Pada  bahan  komposit  lamina  yang  diberi  beban  searah  dengan  serat. Kegagalan  berawal  dari  serat-serat  yang  patah  pada  penampang  yang  paling
lemah. Apabila beban yang diberikan semakin besar, maka semakin banyak serat yang  akan  patah.  Kebanyakan  komposit  serat  tidak  sekaligus  patah  pada  waktu
yang bersamaan. Variasi kerusakan serat yang patah relatif kecil kurang dari 50 beban maksimum.
Apabila serat yang patah semakin banyak, ada tiga kemungkinan : a.
Bila  matrik  mampu  menahan  gaya  geser  dan  meneruskan  serat disekitarnya,  maka  serat  yang  patah  akan  semakin  banyak  sehingga  akan
menimbulkan retak. Bahan komposit akan patah getas  seperti  gambar 2.7 a
b. Apabila  matrik  tidak  mampu  menahan  konsentrasi  tegangan  geser  yang
timbul diujung serat dapat terlepas dari matrik dan komposit rusak searah dengan serat seperti pada gambar 2.7 b
c. Kombinasi dari kedua tipe patahan pada kasus ini adalah patah serat yang
terjadi  di  sebarang  tempat  bersamaan  dengan  rusaknya  matrik.  Modus kerusakan berbentuk seperti sikat, seperti pada gambar 2.7 c
22
Gambar 2.7 Modus kerusakan pada bahan komposit akibat beban Tarik longitudinal
2.13.2    Modus kegagalan akibat beban tarik transversal
Bahan yang memiliki susunan serat tegak lurus dengan arah pembebanan, menyebabkan  konsentrasi  tegangan  pada  interface  antara  serat  dan  matrik  itu
sendiri. Karena bahan komposit yang mendapat beban transversal akan gagal pada intervase antar serat dan matrik, meskipun terjadi juga kegagalan tarnsversal pada
serat bila arah serat acak dan lemah dalam arah transversal. Dengan  demikian  modus  kegagalan  akibat  beban  tarik  transversal  terjadi
karena: 1
Kegagalan matrik 2
Debonding pada interface antara serat dan matrik
Gambar 2.8 Kegagalan pada komposit akibat beban tarik transversal PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
2.14   Tinjauan Pustaka
Aris  Suprianto  2005,  peneliti  membahas  tentang  ketebalan  komposit serat terhadap kekutan tarik, cetakan yang dipergunakan 26 x 15 x 2,5. Benda uji
yang  dibuat  dengan  komposisi  serat  dengan  komposisi  berat  serat  1,  2,  3, 4, 5 dari berat matrik. Benda uji komposit fraksi berat 2 dibuat dengan tebal
3mm, 5mm, 7mm, 9mm. benda uji dibuat dengan ukuran panjang 180mm dengan diameter 3mnm. Komposit diuji dengan standar ASTM. Dari hasil pengujian dan
analisis  dari  pengujian  tersebut  dapat  disimpulkan  bahwa,  fraksi  berat  serat menaikan  kekuatan  tarik  bahan  komposit.  Ketebalan  komposit  mempengaruhi
turunnya  kekuatan  tarik  komposit.  Kekuatan  tarik  tertinggi  ada  pada  komposit dengan ketebalan 3mm, sekitar 7,5kgmm
2
. Kerusakan yang terjadi pada komposit tergolong patah getas.
Franswell  Saragih  2005,  penelitian  ini  membahas  tentang  pengaruh fraksi  beratserat  terhadap  komposit  yang  berpengaruh  terhadap  kekuatan  tarik
setelah dilakukan pengujian tarik. Cetakan utama terbuatdari kaca dengan ukuran 26 x 15 x 0,5cm. Pembuatan benda uji serat  dengan panjang 12cm  dan diameter
3mm,  kemudian  dilakukan  uji  tarik  sebanyak  dua  kali.  Membuat  benda  uji komposit  dengan  fraksi  berat  1,  2,  3,  4,  5.  Bahan  komposit  kemudian
dipotong dan diuji tarik dengan mengacu pada standar pengujian ASTM D 3039- 76.  Pengujian  dilakukan  sebanyak  4  kali  pada  setiap  fraksi  masa  serat.  Setelah
proses  pengujian  dilakukan  didapatkan  nilai  uji  tarik  kemudian  didapatkan  nilai kekuatan  tarik  pada  komposit.  Berdasarkan  hasil  penelitian  maka  didapatkan
kesimpulan  sebagai  berikut:  pertama,  fraksi  berat  serat  menaikan  kekuatan  tarik bahan  komposit  dibandingkan  dengan  kekuatan  tarik  matrik  pengikat,  kekuatan
yang paling besar sekitar 6,9kgmm
2
. Kedua, semakin besar presentase serat maka regangan  akan  semakin  kecil.  Ketiga,  kerusakan  yang  terjadi  pada  komposit
tergolong kerusakan getas. Kesimpulan  dari  kedua  tinjauan  pustaka  diatas  adalah  komposisi  antara
serat,  resin,  dan  katalis  sangat  berpengaruh  terhadap  kekuatan  tarik,  selain  itu jumlah lapisan serat yang digunakan juga mempengaruhi hasil uji tarik yang akan
dilakukan. Perhitungan banyak nya resin, katalis, dan serat harus dihitung dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
teliti,  karena  semua  bahan  saling  melengkapi  dan  sangat  mempengaruhi  hasil akhir pada penelitian komposit.
25
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Skema Penelitian
Skema yang dilakukan pada penelitian ini dapat dilihat dalam gambar 3.1
Gambar 3.1 Alur skema penelitian. Pembelian bahan
Analisis Serat Alam  Serat Kulit Pohon Terap
Hasil penelitian Resin Yukalac
235
Kesimpulan Pembuatan Benda Uji :
1. Resin tanpa serat 2. Komposit dengan variasi lapisan serat
1 lapis 2 lapis, dan 3 lapis
Pengujian : 1. Pengujian tarik
Katalis Mepoxe
Mencari bahan Mulai
a. Perendaman dengan NaOH
5 b. Tanpa
perendaman NaOH 5