Setelah data selesai diolah maka langkah selanjutnya ialah data dianalistis. Data mentah yang sudah dikumpulkan dari responden dianalisis untuk mengetahui
jawaban dari penelitian tersebut. Analisis data merupakan kegiatan yang penting dalam suatu penelitian, karena dengan manganalisis data, peneliti dapat mengetahui
jawaban yang benar dari masalah yang telah diteliti. Analisis data bertujuan untuk memperoleh gambaran dari variabel, menguji teori atau konsep dengan informasi
yang ditentukan, menemukan adanya konsep baru dari data yang dikumpulkan dan mencari penjelasan apakah konsep baru yang diuji berlaku umum atau hanya pada
kondisi tertentu.
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Penulis akan memaparkan fokus dari penelitian ini yaitu mengenai pelaksanaan pengembangan religiositas siswa di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta.
Dengan melakukan penelitian melalui pendekatan deskriptif, maka penulis memaparkan, menjelaskan, menggambarkan data yang telah diperoleh penulis
melalui penyebaran angket dan wawancara yang dilakukan dengan para responden. Bagian ini membahas tentang laporan pelaksanaan penelitian yang meliputi laporan
penelitian melalui penyebaran angket, laporan hasil penelitian wawancara dengan para guru, pembahasan hasil penelitian.
1. Laporan Pelaksanaan Penelitian
Pada bagian ini penulis akan menyampaikan hasil penelitian mengenai pelaksanaan pengembangan religiositas siswa di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta.
Penelitian dilaksanakan pada Hari Senin, 15 Agustus 2016 sampai Hari Jumat, 27 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Agustus 2016 menggunakan angket dan wawancara. Angket ditujukan kepada siswa- siswi kelas IX-B dan kelas IX-C. Wawancara dilaksanakan dengan responden 1
selaku wali kelas IX-A dan guru IPS di SMP Kanisius Kalasan, dengan responden 2 selaku wali kelas IX-C dan guru pendidikan bahasa Indonesia di SMP Kanisius
Kalasan, dengan responden 3 selaku wali kelas IX-B dan guru bahasa Jawa di SMP Kanisius Kalasan dan dengan responden 4 selaku guru matematika yang diberi
tanggung jawab untuk mengajar pendidikan religiositas agama Katolik. Penulis membahas hasil wawancara dengan metode deskripsi. Kemudian penulis menghitung
persentase angket dengan cara membagi jumlah siswa yang memilih alternative jawaban tertentu dengan jumlah total responden, lalu dikali 100.
Keterangan : P = JT x 100 P = Persentase
J = Jumlah siswa yang memilih alternatif jawaban tertentu T = Jumlah total seluruh responden
2. Laporan Penelitian Melalui Penyebaran Angket
Penulis menyebarkan angket dengan pokok pembahasan yang dilaporkan dalam bentuk tabel lih Tabel 1, yang berkaitan dengan pelaksanaan pengembangan
religiositas di SMP Kanisius Kalasan. Angket terdiri dari 28 item pernyataan yang harus dijawab oleh siswa sebagai responden penelitian dengan mengkategorikan
pernyataan seperti sangat setuju, setuju, ragu-ragu, dan tidak setuju. Contoh soal no 1: sekolah Katolik merupkan tanda dan sarana kehadiran Gereja dalam dunia
pendidikan. Siswa memberikan pernyataan apakah sangat setujusetujuragu- ragutidak setuju. Terlihat 18 siswa mengatakan sangat setuju dengan pernyataan
tersebut dan 42 siswa mengatakan setuju dengan pernyataan tersebut. Setelah itu penulis mendapatkan persentase pada masing-masing item dengan rumus yang telah
dijelaskan sebelumnya.
a. Identitas Responden
Tabel 3 memuat jawaban mengenai identitas reponden di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta yang meliputi kelas, agama dan jenis kelamin.
Tabel 3. Identitas Responden N=60 No Jawaban Responden
Jumlah
1. Kelas
Kelas IX B Kelas IX C
30 30
50 50
2 Agama
Katolik Kristen
Islam Budha
37 19
3 1
61 32
5 2
3. Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan
35 25
58 42
Jumlah keseluruhan dalam penelitian ada 60 siswa yang terdiri dari kelas IX- B berjumlah 30 siswa 50 dan kelas IX-C berjumlah 30 siswa50. Sedangkan
menurut agama yang dianutnya ada 37 siswa 61 beragama Katolik, 19 siswa 32 beragama Kristen, 3 siswa 5 beragama Islam dan 1 siswa 2 beragama
Budha. Menurut jenis kelamin ada 35 siswa 58 laki-laki, dan 25 siswa 42 perempuan.
b. Pemahaman Pengembangan Religiositas di SMP Kanisius Kalasan
Yogyakarta
Tabel 4 telah memuat jawaban responden tentang pemahaman pengembangan religiositas siswa di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta, yang terdiri dari lima aspek
yang diungkap, yang meliputi aspek religiositas belief, aspek religiositas practice, aspek religiositas feeling, aspek religiositas knowledge, aspek religiositas effect.
Pemahaman pengembangan religiositas yang diungkap oleh responden dibagi dalam lima item meliputi tujuan keberadaan sekolah Katolik, ciri-ciri sekolah Katolik,
pengertian religiositas, alasan pengembangan religiositas di sekolah Katolik, dan tujuan pengembangan religiositas di sekolah Katolik.
Tabel 4. Pemahaman Pengembangan Religiositas di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta N=60
No Jawaban Responden Jumlah
1. Sekolah Katolik merupakan tanda dan sarana kehadiran
Gereja dalam dunia Pendidikan. a.
Sangat setuju b.
Setuju c.
Ragu-ragu d.
Tidak setuju 18
42 30
70
2. Semangat saling mengasihi dan peduli sesama manusia,
merupakan ciri khas sekolah Katolik. a.
Sangat setuju b.
Setuju c.
Ragu-ragu d.
Tidak setuju 30
28 2
50 47
3
3. Religiositas meningkatkan kualitas diri dalam hubungan
dengan Allah dan sesama demi kesejahteraan manusia. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
38 20
2 64
33 3
4. Sekolah Katolik meningkatkan kesadaran siswa akan
tatanan nilai kehidupan, saling toleransi terhadap sesama, bermoral dan religiositas.
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
19 35
5 1
32 58
8 2
5. Religiositas menumbuhkan sikap saling menolong,
berbagi, jujur, terbuka dan bermoral. a.
Sangat setuju b.
Setuju c.
Ragu-ragu d.
Tidak setuju 33
23 4
55 38
7
Responden paham dengan baik bahwa sekolah Katolik merupakan tanda dan
sarana kehadiran Gereja dalam dunia pendidikan, terlihat 42 responden 70 mengatakan sangat sangat setuju dan 18 responden 30 mengatakan setuju, dan
tidak ada responden yang mengatakan ragu-ragu atau tidak setuju. Responden juga paham dengan cukup baik mengenai pemahaman tentang
semangat saling mengasihi dan peduli sesama manusia, merupakan ciri khas sekolah Katolik ada 30 responden 50 sangat setuju, 28 responden 47 setuju, 2
responden 3 ragu-ragu, dan tidak ada responden yang mengatakan tidak setuju. Tapi yang perlu mendapat perhatian ada 3 responden yang mengatakan ragu-ragu.
Responden juga paham dengan baik tentang religiositas dapat meningkatkan kualitas diri dalam hubungan dengan Allah dan sesama demi kesejahteraan manusia.
Pada pertanyaan ini, responden paham dengan baik terlihat ada 38 responden 64 mengatakan sangat setuju, 20 responden 33 mengatakan setuju. Namun juga yang
perlu mendapat perhatian ternyata ada 2 responden 3 yang mengatakan ragu- ragu, meski begitu tidak ada responden yang mengatakan tidak setuju.
Responden juga paham dengan cukup baik bahwa sekolah Katolik meningkatkan kesadaran siswa akan tatanan nilai kehidupan, saling toleransi terhadap
sesama, bermoral dan religiositas ada 35 responden 58 mengatakan setuju, 19 responden 32 mengatakan sangat setuju. Namun juga yang perlu diperhatikan ada
5 responden 8 mengatakan ragu-ragu, dan 1 responden 2 yang mengatakan tidak setuju.
Responden juga paham dengan cukup baik tentang religiositas menumbuhkan sikap saling menolong, berbagi, jujur, terbuka dan bermoral. Terlihat dengan adanya
33 responden 55 mengatakan sangat setuju, 23 responden 38 mengatakan setuju, tapi yang masih perlu diperhatikan bahwa ada 4 responden 7 mengatakan
ragu-ragu, namun meski begitu tidak ada responden yang mengatakan tidak setuju religiositas menumbuhkan sikap saling menolong, berbagi, jujur, terbuka dan
bermoral.
c. Pelaksanaan Pengembangan Religiositas di SMP Kanisius Kalasan
Yogyakarta
Tabel 5 memuat hasil jawaban responden mengenai pelaksanaan pengembangan religiositas siswa di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta, yang
meliputi 5 aspek pengembangan religiositas, yang meliputi aspek religiositas belief, aspek religiositas practice, aspek religiositas feeling, aspek religiositas knowledge,
dan aspek religiositas effect.
Tabel 5. Pelaksanaan Pengembangan Religiositas di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta N=60
No Jawaban Responden Jumlah
6. SMP Kanisius Kalasan rutin mengadakan Misa pelajar.
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
23 30
7 38
50 12
7. Sejauh yang saya alami, mengikuti Misa pelajar di sekolah
menumbuhkan keinginan untuk semakin percaya kepada Tuhan.
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
16 37
5 2
27 62
8 3
8. Saya melibatkan diri untuk aktif dalam pelaksanakan Misa
pelajar di sekolah. a.
Sangat setuju b.
Setuju c.
Ragu-ragu d.
Tidak setuju 11
27 19
3 18
45 32
5 9.
Ada beberapa kegiatan ekstrakurikuler seperti koor, musik dan pelatihan misdinar rutin dilakukan di SMP Kanisius
Kalasan. a.
Sangat setuju b.
Setuju 10
38 17
63 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
9 3
15 5
10. Sejauh yang saya alami, beberapa kegiatan ekstrakurikuler seperti koor, musik dan pelatihan misdinar di sekolah
memotivasi saya untuk aktif beribadah, mengikuti perayaan Ekaristi dan Ibadat.
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
14 29
13 4
23 48
22 7
11. Saya berperan untuk melibatkan diri dalam kegiatan ekstrakurikuler seperti koor, musik dan pelatihan misdinar
di sekolah. a.
Sangat setuju b.
Setuju c.
Ragu-ragu d.
Tidak setuju 5
25 20
10 8
42 33
17 12. Berdoa sebelum dan sesudah pelajaran telah dilaksanakan
secara rutin di SMP Kanisius Kalasan. a.
Sangat setuju b.
Setuju c.
Ragu-ragu d.
Tidak setuju 42
17 1
70 28
2
13. Sejauh yang saya alami, kebiasaan berdoa sebelum dan sesudah pelajaran membuat saya semakin merasakan
keberadaan Tuhan. a.
Sangat setuju b.
Setuju c.
Ragu-ragu d.
Tidak setuju 26
30 4
43 50
7
14. Sejauh yang saya alami, melalui pendidikan religiositas PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
secara terjadwal telah mendorong saya memahami cinta kasih Allah pada manusia.
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
28 29
2 1
47 48
3 2
15. Sejauh yang anda alami, apakah selama pelaksanaan pendidikan religiositas anda aktif mengikuti pembelajaran.
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
13 35
12 22
58 20
16. Rekoleksi telah dilaksanakan secara rutin oleh SMP Kanisius Kalasan.
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
13 36
11 22
60 18
17. Sejauh yang saya alami, rekoleksi yang diadakan oleh sekolah mengembangkan relasi dengan Tuhan serta
memotivasi saya untuk mengasihi sesama. a.
Sangat setuju b.
Setuju c.
Ragu-ragu d.
Tidak setuju 13
39 8
22 65
13
18. Saya selalu melibatkan diri secara aktif dalam rekoleksi yang diadakan oleh sekolah.
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
7 33
19 1
12 55
31 2
Dari tabel 5 terungkap pelaksanaan pengembangan religiositas dalam lima
aspek, yang meliputi pelaksanaan pengembangan religiositas belief, bahwa menurut responden setuju SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta rutin mengadakan Misa pelajar
terlihat ada 30 responden 50 mengatakan setuju, 23 responden 38 mengatakan sangat setuju, namun yang juga menjadi perhatian ada 7 responden 12
mengatakan ragu-ragu, tapi tidak ada responden yang mengatakan tidak setuju. Responden juga menyatakan sangat setuju Misa pelajar di sekolah menumbuhkan
keinginan untuk semakin percaya kepada Tuhan, ada 37 responden 62 mengatakan setuju, 16 responden 27 mengatakan sangat setuju, namun yang perlu
diperhatikan ada 5 responden 8 mengatakan ragu-ragu, dan ada 2 responden 3 yang mengatakan tidak setuju mengikuti Misa pelajar di sekolah menumbuhkan
keinginan untuk semakin percaya kepada Tuhan. Responden juga menyatakan setuju melibatkan diri untuk aktif dalam pelaksanakan Misa pelajar di sekolah, ada 27
responden 45 mengatakan setuju, 11 responden 18 mengatakan sangat setuju, tapi yang juga menjadi perhatian bahwa ada 19 responden 32 mengatakan ragu-
ragu, dan 3 responden 5 mengatakan tidak setuju melibatkan diri untuk aktif dalam pelaksanaan Misa pelajar di sekolah.
Pelaksanaan pengembangan religiositas practice, bahwa menurut responden menyatakan setuju beberapa kegiatan ekstrakurikuler seperti koor, musik dan
pelatihan misdinar rutin dilakukan di SMP Kanisius Kalasan. Terlihat ada 38 responden 63 mengatakan setuju, 10 responden 17 mengatakan sangat setuju,
namun yang juga perlu diperhatikan ada 9 responden 15 mengatakan ragu-ragu, dan 3 responden 5 mengatakan tidak setuju. Responden juga menyatakan setuju
beberapa kegiatan ekstrakurikuler seperti koor, musik dan pelatihan misdinar di sekolah memotivasi saya untuk aktif beribadah, mengikuti perayaan Ekaristi dan
Ibadat, terlihat ada 29 responden 48 mengatakan setuju, 14 responden 23 mengatakan sangat setuju, namun yang perlu diperhatikan juga ada 13 responden
22 mengatakan ragu-ragu, dan 4 responden 7 mengatakan tidak setuju kegiatan ekstrakurikuler seperti koor, musik dan pelatihan misdinar di sekolah
memotivasi saya untuk aktif beribadah, mengikuti perayaan Ekaristi dan Ibadat. Responden menyatakan ragu melibatkan diri dalam kegiatan ekstrakurikuler seperti
koor, musik dan pelatihan misdinar di sekolah terlihat ada 25 responden 42 mengatakan setuju, 20 responden 33 mengatakan ragu-ragu, 10 responden 17
mengatakan tidak setuju untuk melibatkan diri dalam kegiatan ekstrakurikuler seperti koor, musik dan pelatihan misdinar di sekolah, dan hanya 5 responden 8
mengatakan sangat setuju untuk melibatkan diri dalam kegiatan ekstrakurikuler seperti koor, musik dan pelatihan misdinar di sekolah.
Pelaksanaan pengembangan religiositas feeling, bahwa menurut responden menyatakan sangat setuju berdoa sebelum dan sesudah pelajaran telah dilaksanakan
secara rutin di SMP Kanisius Kalasan, terlihat ada 42 responden 70 mengatakan sangat setuju, 17 responden 28 mengatakan setuju, namun yang juga perlu
diperhatikan ada 1 responden 2 mengatakan ragu-ragu, tapi meski begitu tidak ada responden yang mengatakan tidak setuju. Responden juga menyatakan setuju
kebiasaan berdoa sebelum dan sesudah pelajaran membuat responden semakin merasakan keberadaan Tuhan, terlihat ada 30 responden 50 mengatakan setuju,
26 responden 43 mengatakan sangat setuju, namun yang juga menjadi perhatian PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ada 4 responden 7 mengatakan ragu-ragu, tapi tidak ada responden yang mengatakan tidak setuju.
Pelaksanaan pengembangan religiositas knowledge, bahwa menurut responden menyatakan setuju pendidikan religiositas secara terjadwal telah
mendorong memahami cinta kasih Allah pada manusia, terlihat ada 29 responden 48 mengatakan setuju, 28 responden 47 mengatakan sangat setuju, namun
yang perlu diperhatikan masih ada 2 responden 3 mengatakan ragu-ragu, dan 1 responden 2 tidak setuju pendidikan religiositas secara terjadwal mendorong
memahami cinta kasih Allah pada manusia. Responden juga menyatakan selama pelaksanaan pendidikan religiositas responden cukup aktif mengikuti pembelajaran,
terlihat ada 35 responden 58 mengatakan setuju, 13 responden 22 mengatakan sangat setuju, namun yang juga perlu diperhatikan ada 12 responden 20
mengatakan ragu-ragu, tapi tidak ada responden yang menjawab tidak setuju. Pelaksanaan pengembangan religiositas effect, bahwa menurut responden
menyatakan setuju rekoleksi telah dilaksanakan secara rutin oleh SMP Kanisius Kalasan, terlihat ada 36 responden 60 mengatakan setuju, 13 responden 22
mengatakan sangat setuju, namun pelu diperhatikan ada 11 responden 18 mengatakan ragu-ragu dan tidak ada responden yang mengatakan tidak setuju bila
rekoleksi tidak pernah dilaksanakan di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta. Responden juga menyatakan setuju rekoleksi yang diadakan oleh sekolah
mengembangkan relasi dengan Tuhan serta memotivasi untuk mengasihi sesama, terlihat ada 39 responden 65 mengatakan setuju, 13 responden 22 mengatakan
sangat setuju, namun perlu diperhatikan ada 8 responden 13 mengatakan ragu- PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ragu dan tidak ada responden yang mengatakan tidak setuju bila rekoleksi tidak sama sekali mengembangka relasi dengan Tuhan. Responden juga menyatakan setuju
selalu melibatkan diri secara aktif dalam rekoleksi yang diadakan oleh sekolah, terlihat ada 33 responden 55 mengatakan setuju, namun perlu juga diperhatikan
ada 19 responden 31 mengatakan ragu-ragu, 7 responden 12 mengatakan sangat setuju, dan 1 responden 2 tidak setuju selalu melibatkan diri secara aktif
dalam rekoleksi yang diadakan oleh sekolah.
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Pengembangan Religiositas
di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta
Tabel 6 memuat hasil jawaban responden mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pengembangan religiositas di SMP Kanisius Kalasan
Yogyakarta, yang meliputi keluarga, masyarakat, Gereja, dan siswa.
Tabel 6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Pengembangan Religiositas di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta N=60
No Jawaban Responden Jumlah
19. Keluarga sebagai pendidik pertama dan utama memotivasi saya untuk mengenal dan mengalami cinta
kasih Allah kepada sesama. a.
Sangat setuju b.
Setuju c.
Ragu-ragu d.
Tidak setuju 29
30
1 48
50
2 20. Masyarakat mendukung saya berperilaku baik, seperti
mengasihi sesama, toleransi dan peduli terhadap sesama manusia.
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
24 28
8 40
47 13
21. Gereja memotivasi saya untuk memiliki semangat hidup doa.
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
28 29
3 47
48 5
22. Para siswa di SMP Kanisius Kalasan saling membantu mengembangkan hidup rohani.
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
13 32
13 2
22 53
22 3
Dari tabel 6 terungkap faktor-faktor yang mempegaruhi pelaksanaan pengembangan religiositas di sekolah, bahwa menurut responden setuju keluarga
sebagai pendidik pertama dan utama memotivasi untuk mengenal dan mengalami cinta kasih Allah kepada sesama, terlihat ada 30 responden 50 mengatakan setuju,
29 responden 48 mengatakan sangat setuju, namun yang perlu diperhatikan dan menjadi masukan bagi sekolah ada 1 responden 2 mengatakan tidak setuju
keluarga sebagai pendidik pertama dan utama memotivasi untuk mengenal dan mengalami cinta kasih Allah kepada sesama.
Responden juga menyatakan setuju masyarakat mendukung berperilaku baik, seperti mengasihi sesama, toleransi dan peduli terhadap sesama manusia, terlihat ada
28 responden 47 mengatakan setuju, 24 responden 40 mengatakan sangat setuju, namun yang perlu diperhatikan ada 8 responden 13 mengatakan ragu-ragu.
Akan tetapi tidak ada responden yang mengatakan tidak setuju. Responden juga menyatakan setuju Gereja memotivasi untuk memiliki
semangat hidup doa, terlihat ada 29 responden 48 mengatakan setuju, 28 responden 47 mengatakan sangat setuju, namun yang perlu diperhatikan ada 3
responden 5 mengatakan ragu-ragu. Akan tetapi tidak ada responden yang mengatakan tidak setuju.
Responden juga setuju siswa di SMP Kanisius Kalasan saling membantu mengembangkan hidup rohani, terlihat ada 32 responden 53 mengatakan setuju,
13 responden 22 mengatakan sangat setuju, namun yang perlu diperhatikan dan menjadi masukan bagi sekolah ada 13 responden 22 mengatakan ragu-ragu, dan 2
responden 3 mengatakan tidak setuju siswa di SMP Kanisius Kalasan saling membantu mengembangkan hidup rohani.
e. Upaya untuk Meningkatkan Pengembangan Religiositas Siswa di SMP
Kanisius Kalasan Yogyakarta
Tabel 7 memuat hasil jawaban responden mengenai upaya untuk meningkatkan pelaksanaan pengembangan religiositas siswa di SMP Kanisius
Kalasan Yogyakarta, yang meliputi usaha pelaksanaan pengembangan religiositas siswa dalam aspek religiositas belief, aspek religiositas practice, aspek religiositas
feeling, aspek religiositas knowledge, aspek religiositas effect. Dalam tabel 7 responden diberi kesempatan untuk memilih upaya apa yang mungkin dapat
digunakan untuk meningkatkan pengembangan religiositas siswa di sekolah Katolik Khususnya di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta.
Tabel 7. Upaya untuk Meningkatkan Pengembangan Religiositas Siswa di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta N=60
No Jawaban Responden Jumlah
23. Menulis refleksi di buku khusus perlu dilaksanakan di sekolah
untuk meningkatkan
kepercayaan akan
keberadaan Tuhan. a.
Sangat setuju b.
Setuju c.
Ragu-ragu d.
Tidak setuju 16
34 9
1 27
57 15
2 24. Ziarah rohani perlu dilaksanakan di sekolah untuk
meningkatkan semangat keterlibatan dalam perayaan keagamaan.
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
30 25
5 50
42 8
25. Lingkungan sekolah yang dijiwai oleh semangat Injil perlu dikembangkan untuk menumbuhkan sikap saling
mengasihi dan mencintai sesama manusia. a.
Sangat setuju b.
Setuju c.
Ragu-ragu d.
Tidak setuju 23
34 2
1 38
57 3
2 26. Pendidikan agama Katolik perlu diupayakan secara
khusus untuk semakin memahami hukum dan dogma- dogma ajaran agama Katolik.
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
19 40
1 32
67
2 27. Pendidikan religiositas perlu dipertahankan supaya saya
dapat berkembang sebagai pibadi yang utuh cerdas, religiositas, bermoral dan terbuka.
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
31 29
52 48
28. Pendidikan karakter di sekolah perlu dilaksanakan secara khusus untuk menciptakan budaya saling
mengasihi, menghormati, cinta kasih dan tanggung jawab.
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
35 24
1 58
40 2
Dari tabel 7 terungkap usaha untuk meningkatkan pengembangan religiositas siswa di SMP Kanisius Kalasan sebagai sekolah Katolik, yang meliputi usaha
pengembangan religiositas siswa dalam aspek belief, menurut responden setuju menulis refleksi di buku khusus perlu dilaksanakan di sekolah untuk meningkatkan
kepercayaan akan keberadaan Tuhan, terlihat ada 34 responden 57 mengatakan setuju, 16 responden 27 mengatakan sangat setuju, namun yang juga perlu
diperhatikan ada 9 responden 15 mengatakan ragu-ragu, dan 1 responden 2 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mengatakan tidak setuju menulis refleksi di buku khusus perlu dilaksanakan di sekolah untuk meningkatkan kepercayaan akan keberadaan Tuhan.
Usaha pengembangan religiositas siswa dalam aspek practice, bahwa menurut responden menyatakan sangat setuju ziarah rohani perlu dilaksanakan di sekolah
untuk meningkatkan semangat keterlibatan dalam perayaan keagamaan, terlihat ada 30 responden 50 mengatakan sangat setuju, 25 responden 42 mengatakan
setuju, namun yang juga perlu diperhatikan ada 5 responden 8 mengatakan ragu- ragu ziarah rohani perlu dilaksanakan di sekolah untuk meningkatkan semangat
keterlibatan dalam perayaan keagamaan. Usaha pengembangan religiositas siswa dalam aspek feeling, bahwa menurut
responden menyatakan setuju lingkungan sekolah yang dijiwai oleh semangat Injil perlu dikembangkan untuk menumbuhkan sikap saling mengasihi dan mencintai
sesama manusia, terlihat ada 34 responden 57 mengatakan setuju, 23 responden 38 mengatakan sangat setuju, tapi yang perlu diperhatikan ada 2 responden 3
mengatakan ragu-ragu, dan 1 responden 2 mengatakan tidak setuju lingkungan sekolah yang dijiwai oleh semangat Injil perlu dikembangkan untuk menumbuhkan
sikap saling mengasihi dan mencintai sesama manusia. Usaha pengembangan religiositas siswa dalam aspek knowledge, bahwa
menurut responden menyatakan setuju pendidikan agama Katolik perlu diupayakan secara khusus untuk semakin memahami hukum dan dogma-dogma ajaran agama
Katolik, terlihat ada 40 responden 67 mengatakan setuju, 19 responden 32 mengatakan sangat setuju, tapi yang perlu diperhatikan ada 1 responden 2
mengatakan tidak setuju. Responden juga menyatakan sangat setuju bahwa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pendidikan religiositas perlu dipertahankan supaya dapat berkembang sebagai pribadi yang utuh cerdas, religiositas, bermoral dan terbuka, terlihat ada 31 responden
52 mengatakan sangat setuju, 29 responden 48 mengatakan setuju pendidikan religiositas perlu dipertahankan supaya dapat berkembang sebagai pribadi yang utuh
cerdas, religiositas, bermoral dan terbuka, dan tidak ada responden yang menjawab ragu-ragu atau tidak setuju .
Usaha pengembangan religiositas siswa dalam aspek effect, bahwa menurut responden menyatakan setuju pendidikan karakter di sekolah perlu dilaksanakan
secara khusus untuk menciptakan budaya saling mengasihi, menghormati, cinta kasih dan tanggung jawab, terlihat ada 35 responden 58 mengatakan sangat setuju, 24
responden 40 mengatakan setuju, namun perlu juga diperhatikan ada 1 responden 2 mengatakan ragu-ragu pendidikan karakter di sekolah perlu dilaksanakan secara
khusus untuk menciptakan budaya saling mengasihi, menghormati, cinta kasih dan tanggung jawab, akan tetapi tidak ada responden yang mengatakan tidak setuju.
3. Laporan Hasil Penelitian Wawancara dengan Para Guru di SMP Kanisius
Kalasan Yogyakarta
Pada bagian ini penulis akan melaporkan hasil penelitian wawancara dengan para guru di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta. Responden dalam penelitian
wawancara ini adalah, R1 guru dan sekaligus wali kelas IX-A, R2 guru dan sekaligus wali kelas IX-C, R3 guru dan sekaligus wali kelas IX-B, R4 guru yang bertanggung
jawab mengajar mata pelajaran pendidikan agama pendidikan religiositas. Hasil wawancara dilaporkan untuk melengkapi data tentang sejauh mana SMP Kanisius
Kalasan Yogyakarta sebagai sekolah Katolik dalam mengupayakan pelaksanaan pengembangan religiositas siswa di sekolah.
Tabel 8. Hasil Penelitian Wawancara dengan Para Guru di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta
No Pertanyaan
Jawaban Responden
1. Sudah berapa lama
bapakibu bekerja
di SMP Kanisius Kalasan
Yogyakarta? 11 tahun 6 bulan
7 tahun 10 tahun
6 tahun R1
R2 R3
R4
2. Apa yang menjadi
kekhasan di SMP Kanisius
Kalasan dengan
sekolah pada umumnya?
Aspek Religiositas Belief Pada asa remaja, sebagian besar dari
mereka mengalami
keragu-raguan dalam kepercayaan kepada Tuhan,
remaja merasa bosan dengan ajaran agama yang mereka anggap kuno.
Dalam hal
seperti ini
remaja memerlukan pertolongan untuk mampu
mengolah masa transisi yang dialami oleh para remaja salah satunya adalah
dengan adanya
PPR paradigma
pendagogik reflektif dengan harapan siswa dapat menjadi pribadi yang
unggul dalam
iman sekaligus
berkarakter. Aspek Religiositas Knowledge
Untuk menggali kemampuan siswa dalam hal dogma dan ajaran agama
supaya siswa mengetahui maksud dari R4
R2 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
hari raya keagamaan, hukum dan dogma-dogma agama salah satunya
adalah dengan adanya pendidikan religiositas yang belum tentu ada di
sekolah pada umumnya. Aspek Religiositas Effect
Semangat religiositas effect guru di SMP Kanisius Kalasan dikembangkan
dengan baik, mengacu pada tindakan konkret yang dilakukan meningkatkan
pelayanan terhadap para siswa, seperti mengadakan
pendampingan pada
masalah yang sedang dihadapi siswa baik dalam keluarga atau di sekolah,
salah satunya
yaitu mengadakan
kunjungan ke rumah siswa untuk mengetahui latar belakang situasi
keluarga siswa. R1, R3
3. Sejauh
mana pelaksanaan
pengembangan religiositas siswa di
SMP Kanisius
Kalasan Yogyakarta?
Aspek Religiositas Belief Aspek religiositas belief, mengacu pada
keyakinan akan keberadaan Tuhan, di sekolah
sudah diupayakan,
yaitu dengan mengadakan Misa pelajar,
memberikan kesempatan siswa untuk menjalankan ibadah Sholat bagi yang
beragama Muslim,
agar semakin
menumbuhkan keyakinan yang kuat akan keberadaan Tuhan.
Aspek Religiositas practice Aspek religiositas practice, mengacu
pada serangkaian
perilaku yang
R2, R4
R1, R2, R3, R4
diharapkan dari
seseorang yang
menyatakan keyakinan
agama. Penekanannya pada tindakan spesifik
mengerjakan kewajiban
ritual keagamaannya, misal mengikuti Misa
kudus pada hari minggu, untuk mengembangkan religiositas practice
siswa, SMP
Kanisius Kalasan
mengadakan koor
Gereja, lomba
BKSN, paduan suara, ikut serta dalam tugas Gereja seperti PA, dan supaya
dapat menciptakan hidup doa maka adanya doa malaikat Tuhan dengan
melibatkan siswa,
novena, ziarah
rohani. Aspek Religiositas Feeling
Aspek religiositas feeling juga sudah dilaksanakan
di sekolah,
karena menyangkut
aspek perasaan
atau religiositas feeling. religiositas feeling
tentu tidak datang secara tiba-tiba perlu ada faktor yang mendukung untuk
mengembangkan religiositas feeling agar siswa semakin dapat merasakan
kehadiran Tuhan, salah satunya yaitu dengan menumbuhkan semangat hidup
doa, maka adanya doa malaikat Tuhan dengan melibatkan siswa dan novena.
Aspek Religiositas Knowledge Aspek religiositas knowledge juga
sudah dilaksanakan di SMP Kanisius R1, R2,
R4
R1, R3, R4
Kalasan salah satunya dengan adanya pendidikan
religiositas untuk
memperkenalkan siswa pada maksud dari hari raya agamanya, hukum atau
dogma ajaran agama. Aspek Religiositas effect
Aspek religiositas effect juga sudah dilaksanakan di SMP Kanisius Kalasan,
salah satunya yaitu melalui pelajaran bahasa jawa, siswa diajarkan tentang
menghargai sesama. Misal seperti tata krama,
unggah-unggoh. Aspek
religiositas effect
mengacu pada
peilaku yang sifatnya memiliki peilaku baik juga diupayakan melalui retret
supaya dapat membantu siswa untuk mengembangkan relasi dengan Tuhan
serta memotivasi untuk mengasihi sesama dalam hidup sehari-hari.
R1, R2, R4
4. Mengapa
religiositas perlu
dilaksanakan di
SMP Kanisius
Kalasan Yogyakarta?
Aspek Religiositas Feeling Religiositas perlu dilaksanakan di
sekolah untuk mengembangkan aspek religiositas feeling yang berkaitan suara
hati, karena yang menjadi salah satu kekhasan
sekolah Katolik
adalah religiositas feeling, sehingga dapat
meningkatkan kepribadian yang baik dalam diri anak.
Aspek Religiositas Knowladge Tentu religiositas perlu dilaksanakan,
salah satunya
adalah religiositas
R1
R2, R3, R4
knowledge, karena perlu mengantur prinsip-prinsip dasar pendidikan iman,
sebab sekolah Katolik di satu pihak sebagai
lembaga masyarakat
dan s
ekaligus adalah “komunitas Kristen” yang tujuan pendidikannya berakar
dalam Kristus dan Injil-Nya, sehingga diperlukan sinkronasi antara keduanya
yang akan
berdampak pada
perkembangan siswa secara utuh. Maka sampai sekarang pendidikan religiositas
tetap ada sebagai mapel dan religiositas juga menjadi identitas sekolah
5. Faktor-faktor
apa saja
yang mendukung
dan menghambat
pelaksanaan pengembangan
religiositas di SMP Kanisius
Kalasan Yogyakarta?
Menghambat: Petugas
atau pelatih
sulit disinkronasikan dan mengganggu
jam pelajaran, karena guru juga mengajar mapel yang lain.
Banyak program tapi sulit terlaksana karena berbenturan jam.
Mendukung: Relasi dan kerjasama yang baik
dengan siswa dan guru. Siswa antusias setiap ada kegiatan
peduli lingkungan.
Menghambat: Untuk mengembangkan religiositas
tidak ada guru pendidikan agama Mendukung:
Kerjasama sekolah, guru dan siswa R1
R2 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang baik, sehingga misal guru A gak bisa ya diganti dengan guru B.
Menghambat: Siswa yang sulit dibenahi atau latar
belakang siswa yang sulit untuk memiliki kesadaran, misal dalam
pembelajaran religiositas
diberi tugas, tapi ada saja yang tidak
mengerjakan. Mendukung:
Keterlibatan semua pihak baik itu orang tua siswa, guru dan sekolah.
Menghambat: Kekurangan guru pendidik dan tidak
adanya guru agama. Mendukung:
Saling peduli dan bahu-membahu antara para guru.
R3
R4
6. Menurut Bapakibu
hal-hal apa yang dapat
dilakukan untuk pelaksanaan
pengembangan religiositas siswa?
Usaha Pengembangan dalam Aspek Feeling
Usaha perlu dalam pengembangan religiositas feeling, sehingga tercipta
dimensi religiositas dalam kesediaan untuk melayani, maka Perlu adanya
kemauan dari dalam diri guru yang kuat untuk meningkatkan religiositas
siswa. Usaha Pengembangan dalam Aspek
R3
R1, R2, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Knowledge Upaya
pengembangan religiositas
knowledge perlu diupayakan, agar guru sebagai pendidik dapat mensinkronasi
antara sekolah
sebagai lembaga
pendidikan dan sekaligus mampu menjadi komunitas Kristen, maka nilai-
nilai Kristiani dapat tumbuh dengan baik dan diwujudkan dalam kehidupan
sehari-hari, oleh sebab itu guru perlu mengetahu apa saja pengembangan
religiositas secara professional, dengan begitu guru tidak kehilangan arah
dalam mencerdaskan siswa sekaligus mengembangkan religiositas siswa,
agar siswa dapat berkembang secara utuh.
Usaha Pengembangan dalam Aspek Effect
Usaha pengembangan religiositas effect juga perlu, salah satunya adalah dengan
mengadakan kegiatan berfariasi, bisa melalui kegiatan yang dilaksanakan
diluar sekolah, misal kunjungan panti jompo, bakti sosial dll sehingga siswa
memiliki kepribadian yang baik kepada sesama.
R4
R1
Dari hasil wawancara dengan responden sudah berapa lama Bapakibu bekerja di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta. Responden 1, bekerja menjadi guru di SMP
Kanisius Kalasan Yogyakarta selama 11 tahun 6 bulan. Responden 2 menjadi guru selama 11 tahun 4 tahun menjadi guru di Kanisius Gayam dan 7 tahun di SMP
Kanisius Kalasan Yogyakarta. Responden 3 menjadi guru di SMP Kanisius Kalasan selama 10 tahun. Responden 4 bekerja menjadi guru selama 8 tahun 2 tahun di
Kanisius Gayam, 6 tahun di SMP Kanisius Kalasan. Menurut responden apa yang menjadi kekhasan SMP Kanisius Kalasan
dengan sekolah pada umumnya. Responden 1 mengatakan bahwa yang menjadi kekhasan di SMP Kanisius Kalasan adalah pelayanan terhadap anak dan mengadakan
pendampingan yang lebih mendalam terhadap masalah yang dihadapi anak baik dalam keluarga dan di sekolah. Dari sisi lain responden 2 mengatakan ada pendidikan
religiositas di SMP Kanisius Kalasan yang belum tentu ada di sekolah pada umumnya, memperhatikan keberagaman agama siswa. Responden 3 mengatakan
bahwa kekhasan di SMP Kanisius Kalasan yaitu memiliki kepedulian kepada siswa, adanya solidaritas dalam pelayanan kepada anak atau memperhatikan siswa dan
peduli kepada siswa dengan melakukan kunjungan ke rumah siswa. Responden 4 mengatakan bahwa di SMP Kanisius Kalasan ada PPR Paradigma Pendagogik
Reflektif dan guru merupakan pendidik sekaligus orang tua dan sahabat bagi siswa. Dari hasil wawancara dengan responden sejauh mana pelaksanaan
pengembangan religiositas siswa di SMP Kanisius Kalasan. Responden 1 mengatakan pelaksanaan yang sudah dilakukan di SMP Kanisius Kalasan untuk
mengembangkan religiositas siswa adalah dengan mengadakan koor Gereja, lomba BKSN, paduan suara, ikut serta dalam tugas Gereja seperti PA dll, rutin mengadakan
doa malaikat Tuhan dengan melibatkan siswa, pendidikan religiositas dan rekoleksi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Responden 2 mengatakan bahwa pelaksannaan pengembangan religiositas siswa sudah baik menciptakan nilai-nilai Katolik di sekolah, seperti misa, rekoleksi, ziarah,
novena, dan mengembangkan hidup doa siswa. Responden 3 juga mengungkapkan adanya pendidikan religiositas, melibatkan siswa dalam tugas Gereja seperti koor
atau putra altar, dan melalui pelajaran bahasa jawa, siswa diajarkan tentang menghargai sesama misal seperti tata krama, unggah-unggoh. Responden 4 juga
menambahkan bahwa di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta telah memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjalankan ibadah Sholat bagi yang beragama
Muslim, ada pendidikan religiositas, ada pentas seni seperti teater, Misa pelajar dan paduan suara.
Pernyataan tersebut dipertegas dengan mengapa religiositas perlu dilaksanakan di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta. Responden 1 mengatakan
religiositas perlu dilaksanakan di sekolah ini, karena ini menjadi salah satu kekhasan dan sekaligus dapat meningkatkan kepribadian yang baik dalam diri anak. Responden
2 mengatakan tentu religiositas perlu dilaksanakan, terlihat sampai sekarang pendidikan religiositas tetap ada sebagai mapel dan pendidikan religiositas juga
menjadi identitas sekolah. Responden 3 mengatakan religiositas menjadi identitas khas sekolah, maka menjadi sangat penting untuk tetap dilaksanakan. Responden 4
mempertegas kembali dengan mengatakan bahwa SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta mempunyai ciri khas yang salah satunya itu, ada pengembangan religiositas seperti
pendidikan religiositas, maka pendidikan religiositas masih sangat perlu dilaksanakan, kalau tidak ada pendidikan religiositas identitas sekolah bisa hilang.
Menurut responden faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat pelaksanaan pengembangan religiositas di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta. Faktor
yang mendukung pelaksanaan pengembangan religiositas di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta. Responden 1 mengatakan relasi dan kerjasama yang baik dengan siswa
dan guru, serta siswa pun antusias setiap ada kegiatan peduli lingkungan. Responden 2 menambahkan bahwa kerjasama sekolah, guru dan siswa yang baik, sehingga misal
guru A gak bisa ya diganti dengan guru B. Responden 3 kembali mempertegas kedua responden 1 dan responden 2, bahwa keterlibatan semua pihak baik itu orang tua
siswa, guru dan sekolah menjadi faktor yang mendukung. Responden 4 kembali mempertegas yaitu faktor yang mendukung pelaksanaan pengembangan religiositas
adalah saling peduli dan bahu-membahu antara para guru. Faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan pengembangan religiositas di
SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta. Responden 1 mengatakan faktor yang dapat menghambat adalah petugas atau pelatih sulit disinkronasikan dan mengganggu jam
pelajaran, karena guru juga mengajar mapel yang lain dan banyak program tapi sulit terlaksana karena berbenturan jam. Responden 2 mengatakan untuk mengembangkan
religiositas tidak ada guru pendidikan agama. Responden 3 mengatakan siswa yang sulit dibenahi atau latar belakang siswa yang sulit untuk memiliki kesadaran, misal
dalam pelajaran religiositas diberi tugas, tapi ada saja yang tidak mengerjakan. Responden 4 menegaskan kembali apa yang sudah dikatan oleh responden 2, yaitu
kekurangan guru pendidik dan tidak adanya guru agama. Dari hasil wawancara dengan responden, menurut bapakibu hal-hal apa yang
dapat dilakukan untuk meningkatkan pelaksanaan pengembangan religiositas siswa. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Responden 1 mengatakan guru yang menguasai bidang pengembangan religiositas secara professional, karena selama ini hanya sampiran, dan kegiatan dilaksanakan
dengan lebih berfariasi. Responden 2 mengatakan bagaimanapun guru di sini tidak ada yang memiliki latar belakang pendidikan agama Kateketik, maka perlu
mendatangkan guru agama supaya guru-guru yang lain juga mengetahui usaha yang harus dilakukan. Responden 3 mengatakan perlu adanya kemauan dari dalam diri
guru yang kuat untuk meningkatkan religiositas siswa. Responden 4 mengatakan pendidikan religiositas dan pengembangannya perlu dilakukan oleh guru yang
mengetahui religiositas. Dari jawaban melalui wawancara yang dilakukan oleh para guru terlihat bahwa sebagian besar guru belum menyadari akan peran mereka untuk
ikut mengembangkan religiositas siswa, meski responden sebenarnya sudah melakukan untuk ikut melaksanakan perkembangan religiositas siswa tetapi ternyata
mereka belum menyadari peran tersebut, tapi responden 2 mengatakan dengan jujur memang benar perlu adanya kemauan dari dalam diri guru yang kuat untuk
meningkatkan religiositas siswa
4. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasar hasil jawaban responden melalui angket yang telah di bagikan, telah diperoleh 60 responden yakni siswa kelas IX-B yang berjumlah 30 siswa dan kelas
IX-C yang berjumlah 30 siswa. Pembahasan hasil penelitian ini berdasarkan data dari laporan hasil penelitian melalui angket yang diisi oleh para siswa, yang kemudian
dilengkapi dengan wawancara bersama guru di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta. Pada bagian ini penulis akan menuliskan atau menguraikan hasil penelitian yang telah
di laksanakan di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta. Tujuan penelitian dalam skripsi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ini adalah memperoleh sejauh mana pelaksanaan pengembangan religiositas di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta sebagai sekolah Katolik telah mendukung sikap
religiositas siswa, mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan perkembangan religiositas siswa di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta, mengetahui
upaya apa yang dapat dilakukan untuk pengembangan religiositas di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta.
a. Pemahaman Pengembangan Religiositas di SMP Kanisius Kalasan
Yogyakarta
Sekolah Katolik memiliki kekhasan yang berbeda dengan sekolah pada umumnya, yaitu pengembangan religiositas, sekolah Katolik berusaha membimbing
siswa menjadi pribadi religiositas atau yang utuh. Sekolah Katolik dipahami oleh murid dan guru yang sudah sejalan dengan Gravvisimum Educationis. Dari 42 70
siswa menyatakan bahwa kehadiran Gereja dalam dunia pendidikan itu melalui sekolah Katolik, seperti yang telah diungkapkan oleh guru melalui wawancara
pelayanan juga menjadi ciri khas sekolah Katolik, 30 50 siswa juga menyatakan pelayanan dengan penuh kasih dan peduli sesama sebagai kekhasan sekolah Katolik,
tapi perlu diperhatikan pula ada 2 3 siswa ragu-ragu untuk mengatakan semangat saling mengasihi dan peduli sesama manusia, merupakan ciri khas sekolah Katolik.
Religiositas juga dipahami suatu karya nyata yang tidak tebatas pada agama, suku dan budaya tertentu, 38 63 menyatakan sangat setuju bahwa religiositas
dapat meningkatkan kualitas diri dalam hubungan dengan Allah dan sesama demi kesejahteraan manusia dan juga menjadi pendorong untuk meningkatkan kualitas diri
dalam hubungan dengan Allah dan sesama demi kesejahteraan manusia, tapi perlu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
juga diperhatikan dan bisa menjadi masukan bahwa ternyata ada 2 3 siswa yang mengatakan ragu-ragu. Dengan pengembangan religiositas 35 58 menyatakan
dapat meningkatkan tatanan nilai kehidupan, sehingga tercipta sikap saling toleransi kepada sesama, bermoral dan terbuka, namun perlu diperhatikan juga ada 1 2
siswa mengatakan tidak setuju. Tapi dengan pengembangan religiositas siswa setuju mampu memotivasi untuk semakin mempunyai sikap yang baik seperti, sikap saling
menolong, berbagi, jujur, terbuka dan bermoral.
b. Pelaksanaan Pengembangan Religiositas di SMP Kanisius Kalasan
Yogyakarta
Poluotzian mengatakan bahwa ada 5 aspek religiositas yang sudah di paparkan di BAB II, 5 aspek relgiousitas itu sebagai berikut, aspek religiositas belief
mengacu pada keyakinan akan keberadaan Tuhan adalah ideologi agama, dengan kata lain aspek belief merupakan dimensi ideology, memberikan gambaran sejauh mana
seseorang menerima hal-hal yang dogmatik dalam ajaran agamanya. Misalnya: percaya adanya surga, Neraka, malaikat, kiamat, dan lain-lain. Aspek religiositas
practice dapat disebut sebagai dimensi ritual, yakni sejauh mana seseorang mengerjakan kewajiban-kewajiban ritual agamanya. Misalnya: mengikuti Misa
Kudus pada hari minggu. Aspek religiositas feeling meliputi hal seperti keinginan untuk percaya pada suatu agama, rasa takut tentang tidak religiositas, rasa
kesejahteraan yang berasal dari keyakinan, dan sejenisnya merupakan dimensi perasaan, memberikan gambaran tentang perasaan-perasaan keagamaan yang dialami
individu. Aspek religiositas knowledge merupakan dimensi intelektual, yaitu seberapa jauh pengetahuan seseorang terhadap ajaran agama yang dianutnya, terutama yang
terdapat dalam Kitab Suci ataupun karya tulis lain yang berpedoman pada Kitab Suci. Aspek religiositas effect, mengacu pada perilaku, tetapi tidak perilaku yang
merupakan bagian resmi dari praktik keagamaan itu sendiri. Sebaliknya, referensi di sini adalah untuk efek agama seseorang memiliki di sisi lain non religiositas segi
kehidupan seseorang. Yakni mengungkapkan sejauh mana perilaku seseorang dimotivasi oleh ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-hari. Melalui hasil
wawancara dengan para guru pelaksanaan pengambangan religiositas siswa yang diupayakan oleh sekolah, yaitu aspek religiositas belief dengan Misa pelajar,
memberi kesempatan untuk ibadah Sholat bagi yang Muslim. Aspek religiositas practice dengan mengadakan koor Gereja, paduan suara, ikut serta dalam tugas
Gereja seperti PA, ziarah rohani, aspek religiositas feeling dengan mengadakan semangat hidup doa yang diwujudkan melalui doa malaikat Tuhan dengan
melibatkan siswa dan novena, aspek religiositas knowledge dengan mengadakan pendidikan religiositas, dan aspek religiositas effect dengan mengadakan tatakrama
dan retret untuk membantu siswa untuk mengembangkan relasi dengan Tuhan serta memotivasi untuk mengasihi sesama dalam hidup sehari-hari.
Sejalan dengan penyataan tersebut Misa pelajar selain telah rutin dilaksanakan di sekolah, tapi dengan mengikuti Misa pelajar 37 62 siswa juga menyatakan
dapat meningkatkan aspek religiositas belief, bahwa ternyata dengan mengikuti Misa pelajar dengan aktif dapat menumbuhkan keinginan siswa untuk semakin percaya
kepada Tuhan, namun perlu diperhatiakn dan bisa menjadi masukan, bahwa ada 5 siswa 8 menyatakan ragu-ragu, dan ada 2 siswa yang menyatakan tidak setuju
mengikuti Misa pelajar di sekolah menumbuhkan keinginan untuk semakin percaya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kepada Tuhan. Sesuai dengan tujuan keberadaan sekolah Katolik, maka SMP Kanisius Kalasan sudah mengupayakan unuk mengembangkan kepercayaan siswa,
agar siswa mampu berkembang tidak hanya pada kemampuan intelektual tapi juga kepercayaan pada Tuhan.
Sekolah juga mengupayakan dalam pengembangan religiositas practice, seperti yang telah dinyatakan oleh para guru melalui wawancara, 38 63 siswa juga
mengatakan setuju bahwa religiositas yang diungkap melalui kegiatan keagamaan atau religousitas practice dapat ditingkatkan melalui beberapa kegiatan
ekstrakurikuler di sekolah seperti koor, musik dan pelatihan misdinar dengan kegiatan seperti itu membuat siswa tidak lagi merasa asing ketika berada di tempat
ibadah, misal bagi siswa yang beragama Katolik tidak lagi merasa asing ketika berada di dalam Gereja dan siswapun semakin mengenal praktek keagamaan. Dengan begitu
maka siswa semakin termotivasi untuk terlibat aktif dalam praktek keagamaan, seperti perayaan Ekaristi dan ibadat.
Mengacu pada 5 aspek religiositas yang perlu dikembangkan di sekolah Katolik, maka peneliti ingin mengetahui sejauh mana pelaksanaan pengembangan
religiositas di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta, sebagai sekolah Katolik telah mendukung sikap religiositas siswa. Berdasarkan penyebaran angket kepada siswa
untuk mengetahui pelaksanaan pengembangan religiositas di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta. Dalam aspek religiositas belief SMP Kanisius Kalasan secara rutin
mengadakan Misa pelajar dari hasil penelitian menunjukkan 30 siswa 50 mengatakan setuju, 23 siswa 38. Religiositas belief merujuk pada sikap percaya
kepada Allah yang dapat diungkapkan melalui Misa pelajar. Melalui Misa pelajar 37 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
siswa 62 mengatakan setuju, 16 siswa 27 bahwa dengan mengikuti Misa pelajar dapat menumbuhkan keinginan siswa untuk semakin percaya kepada Tuhan,
namun perlu diperhatikan ada 5 siswa 8 mengatakan ragu-ragu, dan ada 2 siswa 3 yang mengatakan tidak setuju mengikuti Misa pelajar di sekolah menumbuhkan
keinginan untuk semakin percaya kepada Tuhan. Hal yang perlu diperhatikan ada 19 siswa 32 yang mengatakan ragu-ragu dalam melibatkan diri untuk aktif dalam
pelaksanaan Misa pelajar. Hal ini bisa menjadi perhatian dan masukan bagi sekolah, dikarenakan tidak semua siswa beragama Katolik dan selama Misa mereka yang non
Katolik tidak mempunyai koordinasi yang jelas selama Misa, sehingga mereka cenderung berkeliaran di sekitar sekolah dan Gereja selama Misa pelajar. Terlepas
dari itu, pada masa remaja memerlukan yang sesuai dengan kehidupan sehari-hari dan dapat menolongnya dalam mengatasi konflik dan keragu-raguan yang dialami
oleh remaja. Dalam kesadaran mengenai masalah yang dialami oleh remaja, ada yang masih kurang bersikap toleran terhadap dogma-dogma yang mereka anggap kuno.
Dalam hal seperti ini remaja memerlukan agama yang dapat menolongnya untuk mengolah masa transisi yang dialami oleh para remaja
Religiositas dapat juga diungkapkan melalu ritus agama atau juga disebut sebagai kegiatan yang berciri agama, ini juga dapat disebut sebagai religiositas dalam
aspek practice. SMP Kanisius Kalasan juga sudah mengupayakan beberapa kegiatan pelaksanaan pengambangan religiositas dalam aspek practice, melalui kegiatan
ekstrakurikuler seperti koor, musik dan pelatihan misdinar yang dilaksanakan secara rutin di SMP Kanisius Kalasan, terlihat pada pertanyaan 9 ada 38 siswa 63
mengatakan setuju, 10 siswa 17 mengatakan sangat setuju bahwa religiositas yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
diungkap melalui kegiatan keagamaan atau religiositas practice dapat ditingkatkan melalui beberapa kegiatan ekstrakurikuler di sekolah seperti koor, musik dan
pelatihan misdinar dengan kegiatan seperti itu membuat siswa tidak lagi merasa asing ketika berada di tempat ibadah, misal bagi siswa yang beragama Katolik tidak lagi
merasa asing ketika berada di dalam Gereja dan siswapun semakin mengenal praktek keagamaan, namun yang perlu diperhatikan ada 9 siswa 15 mengatakan ragu-
ragu, dan 3 siswa 5 mengatakan tidak setuju. Dengan adanya beberapa kegiatan ekstrakurikuler tersebut dapat memberikan motivasi bagi siswa untuk terlibat aktif
beribadah, mengikuti perayaan Ekaristi dan ibadat, ada 29 siswa 48 mengatakan setuju, 14 siswa 23 mengatakan sangat setuju dengan mengenal dan akrab dengan
situasi praktek keagamaan melalui beberapa kegiatan ekstrakurikuler tersebut siswa menjadi memiliki keinginan untuk aktif dalam praktek keagamaan, namun 13 siswa
22 mengatakan ragu-ragu, dan 4 siswa 7 mengatakan tidak setuju. Beberapa kegiatan ekstrakurikuler seperti koor, musik dan pelatihan misdinar secara rutin
dilaksanakan di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta, tapi memang kegiatan esktrakurikuler tidak hanya koor, musik dan pelatihan misdinar, tapi yang perlu
diperhatikan juga bahwa masih ada banyak kegiatan ekstrakurikuler lainnya. Maka secara otomatis siswa yang terlibat secara aktif dalam beberapa kegiatan
ekstrakurikuler seperti koor, musik dan pelatihan misdinar tidak begitu banyak, ada 25 siswa 42 yang setuju terlibat aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler seperti koor,
musik dan pelatihan misdinar. Selaras dengan itu pada masa-masa remaja kadang- kadang malas berdoa, misal siswa yang beragama Katolik malas ke Gereja atau malas
berdoa secara teratur. Siswa sering merasa bosan dengan perayaan-perayaan rutin PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dalam upacara-upacara Gerejani. Remaja akan senang apabila dapat melibatkan diri dalam gerekan Gerejani bersama-sama remaja yang lain.
Aspek religiositas Knowledge, merupakan dimensi intelektual, misalnya siswa mengetahui maksud dari hari raya keagamaan, hukum dan dogma keagamaan, SMP
Kanisius Kalasan sudah mengupayakan adanya pengembangan religiositas knowledge bagi siswa, sejalan dengan pernyataan para guru melalui hasil wawancara, yaitu
melalui pendidikan religiositas yang dilaksanakan secara terjadwal dapat mendorong siswa memahami cinta kasih Allah pada manusia, 29 48 siswa memahami berkat
kasih yang sudah diterima dari Allah bukan menjadi miliknya sendiri melainkan perlu dibagikan kepada orang lain tanpa harus menyinggung atau menyakiti perasaan orang
lain. Aspek religiositas effect juga dapat dikatakan sebagai aspek religiositas yang
mengacu pada perilaku, tapi perilaku yang dimaksud bukan merupakan bagian resmi dari praktek keagamaan, melainkan dari segi non-religiositas, misal mau
mengampuni kesalahan sesama yang telah menyakitinya dengan sengaja atau tidak sengaja, mendoakan dan mencintai musuhnya. Dalam hasil wawancara dan
penyebaran angket pengembangan religiositas effect sudah dilaksanakan, salah satunya dengan rekoleksi yang telah dilakukan secara rutin di sekolah. Dengan
mengadakan rekoleksi di SMP Kanisius Kalasan terdapat 39 siswa 65 menyatakan dengan adanaya rekoleksi dapat mengembangkan relasi dengan Tuhan
serta memotivasi untuk mengasihi sesama dalam hidup sehari-hari. Tapi ada yang perlu diparhatikan dan mungkin menjadi masukan bagi sekolah bahwa ada 8 siswa
13 mengatakan ragu-ragu, dan tidak ada responden yang menjawab tidak setuju. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Maka rekoleksi dapat membantu siswa untuk mengembangkan relasi dengan Tuhan serta memotivasi untuk mengasihi sesama dalam hidup sehari-hari.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Pengembangan Religiositas
di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta
Faktor yang mendukung dalam perkembangan religiositas siswa melalui hasil wawancara adalah adanya kerjasama yang baik antara semua pihak. Responden 3
mengatakan keterlibatan orang tua siswa, guru dan sekolah menjadi faktor yang mendukung perkembangan religiositas siswa. Sejalan dengan hal itu keluarga
mempunyai tempat yang khas, sebagai pendidik pertama dan utama. Keluarga mempunyai peran yang penting bagi perkembangan religiositas remaja khususnya
menyangkut aspek religiositas belief dan aspek religiositas feeling. Keluarga sebagai pendidik pertama dan utama dapat memotivasi siswa untuk mengenal dan mengalami
cinta kasih Allah kepada sesama, yang ditunjukkan dengan 30 siswa 50 mengaatakan setuju, 29 siswa 48 sangat setuju. Hal ini menunjukkan bahwa
kepercayaan akan Tuhan yang tumbuh pada siswa, keluarga juga mempunyai peran yang sangat strategis. Dalam aspek feeling keluarga sebagai pendidik pertama dan
utama mempunyai tempat yang khas dalam pengembangan religiositas siswa. Karena orang tua juga mempunai tanggung jawab yang sangat besar dan berkewajiban untuk
memberikan pengalaman religiositas kepada anaknya agar dapat selalu melatih suara hati mereka, sehingga nantinya anak dapat memiliki religiositas dalam bertingkah
laku di tengah masyarakat. Tapi yang menjadi perhatian ada 1 siswa 2 mengatakan tidak setuju bahwa keluarga sebagai pendidik pertama dan utama
memotivasi saya untuk mengenal dan mengalami cinta kasih Allah kepada sesama, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ini dapat menjadi masukan bagi sekolah, masih ada siswa yang menganggap keluarga tidak memiliki kontribusi terhadap perkembangannya, khususnya dalam religiositas
belief dan religiositas feeling. Siswa juga merupakan manusia yang mempunyai tempat dan peran dalam
kehidupan masyarakat, sehingga sebagai keseluruhan masyarakat dituntut untuk memperlihatkan contoh-contoh sikap religiositas yang baik bagi siswa, secara khas
dalam aspek religiositas effect yang mengacu pada perilaku. Masyarakat dengan baik mendukung siswa berperilaku baik, seperti mengasihi sesama, toleransi dan peduli
terhadap sesama manusia yang ditunjukan dengan persentase 28 siswa 46 mengatakan setuju, dan 24 siswa 40 mengatakan sangat setuju. Hal ini
menunjukkan bahwa masyarakat mendukung siswa berkembang menjadi pribadi yang toleransi dan peduli terhadap sesama manusia. Namun ada juga yang perlu
mendapat perhatian bahwa ada 8 siswa 13 yang mengatakan ragu-ragu masyarakat mendukung siswa dalam berperilaku baik kepada sesama, seperti
mengasihi sesama, toleransi dan peduli terhadap sesama manusia. Gereja juga ikut terlibat dalam pengembangan religiositas siswa melalui
kehadiranya dalam dunia pendidikan dengan munculnya sekolah Katolik, hal senada juga disebutkan dalam wawancara dengan para guru bahwa dukungannya salah
satunya berbentuk sarana dan prasarana yang disediakan. Sejalan dengan itu Gereja mempengaruhi pelaksanaan pengembangan religiositas khususnya dalam aspek
religiositas practice. Seperti yang bisa dilihat dalam hasil penelitian, siswa mengatakan Gereja mempunyai peran dalam memotivasi untuk memiliki semangat
hidup doa dengan baik, ditunjukan dengan 29 siswa 48 mengatakan setuju dan 28 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
siswa 47 mengatakan sangat setuju. Hal ini menunjukkan bahwa Gereja mempunyai peran dalam perkembangan religiositas siswa, terutama dalam aspek
religiositas practice. Tapi yang perlu diperhatikan bahwa ada 3 siswa 5 mengatakan ragu-ragu Gereja dapat memotivasi untuk memiliki semangat hidup doa,
tentu ini menjadi salah satu keberagaman, karena tidak semua siswa beragama Katolik.
Dalam wawancara menunjukkan adanya peran siswa dalam pengembangan religiositas, yaitu dalam bentuk kerjasama yang baik. Sejalan dengan hal itu siswa di
SMP Kanisius Kalasan saling membantu mengembangkan hidup rohani. Seperti yang dilihat dalam hasil penelitian, 32 53 siswa menyatakan bahwa, siswa mempunyai
peran yang khas dalam memperkembangkan hidup rohani. Tapi perlu diperhatikan dan dapat menjadi masukan bagi sekolah, bahwasanya ada 13 siswa 21 siswa
mengatakan ragu-ragu dan 2 siswa3 mengatakan tidak setuju bahwa siswa di SMP Kanisius Kalasan dapat membantu mengembangkan hidup rohani.
Dalam wawancara yang dilakukan juga mengamati tentang faktor yang menghambat pengembangan religiositas di sekolah, dari hasil wawancara yang
dilakukan, penulis melihat bahwa guru masih terbatas tentang perlunya guru agama untuk mengembangkan religiositas di sekolah. Padahal semua guru ikut terlibat
dalam pelaksanaan pengembangan religiositas siswa di sekolah. Dari hasil pengamatan penulis, guru sudah ikut dalam pelaksanaan pengembangan religiositas,
tapi belum menyadari peran tersebut, karena para guru menganggap diri mereka tidak memiliki latar belakang pendidikan Kateketik, sehingga para guru berpendapat perlu
adanya guru yang memiliki latar belakang pendidikan Kateketik. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
d. Upaya Untuk Meningkatkan Pengembangan Religiositas Siswa di SMP
Kanisius Kalasan Yogyakarta
Kegiatan dalam pelaksanaan pengembangan religiositas mempunyai peran yang penting. Bila kegiatan menggunakan metode dengan sangat baik dan tepat,
maka perkembangan religiositas siswa akan maksimal. Dari hasil penelitian di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta menyatakan kegiatan-kegiatan apa yang dapat
dilakukan supaya mampu memperkembangkan 5 aspek religiositas siswa, yaitu aspek religiositas belief, aspek religiositas practice, aspek religiositas feeling, aspek
religiositas knowledge, dan aspek religiositas effect. Guru dan siswa diberi kesempatan untuk menilai upaya apa yang dapat
meningkatkan pelaksanaan pengambangan religiositas di SMP Kanisius Kalasan. Bila upaya yang dapat dilakukan, mendapat respon yang baik maka, upaya tersebut dapat
meningkatkan pelaksanaan pengembangan religousitas siswa secara utuh. Selaras dengan pendapat tersebut, para guru dalam wawancara menyatakan
bahwa upaya dapat dilakukan dalam berbagai cara, yaitu usaha pengembangan dalam religiositas feeling, sehingga tercipta dimensi religiositas dalam kesediaan untuk
melayani, maka Perlu adanya kemauan dari dalam diri guru yang kuat untuk meningkatkan religiositas siswa. Usaha pengembangan dalam religiositas knowledge
perlu diupayakan, agar guru sebagai pendidik dapat mensinkronasi antara sekolah sebagai lembaga pendidikan dan sekaligus mampu menjadi komunitas Kristen, maka
nilai-nilai Kristiani dapat tumbuh dengan baik dan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, oleh sebab itu guru perlu semacam panduan religiositas siswa, dengan
begitu guru tidak kehilangan arah dalam mencerdaskan siswa sekaligus PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mengembangkan religiositas siswa, agar siswa dapat berkembang secara utuh. Usaha pengembangan dalam religiositas effect perlu, salah satunya adalah dengan
mengadakan kegiatan bervariasi, bisa melalui kegiatan yang dilaksanakan di luar sekolah, misal kunjungan panti jompo, bakti sosial dll, sehingga siswa memiliki
kepribadian yang baik kepada sesama. Upaya pengembangan aspek religiositas belief salah satunya adalah dengan
menulis refleksi di buku khusus. Seperti yang dilihat dari hasil penelitian, 16 27 siswa mengatakan sangat setuju dan 34 57 siswa menyatakan setuju menulis
refleksi di buku khusus perlu dilaksanakan di sekolah. Pokok-pokok pengalaman hidup yang dialami siswa perlu diarahkan atau pokok-pokok pengalaman hidup siswa
ke dalam tahap pengelolaan, salah satunya yaitu dengan menulis releksi di buku khusus dengan harapan bahwa melalui refleksi yang ditulis di buku khusus
pengalaman dapat meneguhkan kepercayaan siswa akan keberadaan Tuhan. Selanjutnya, pokok-pokok pengalaman hidup yang dialami siswa diarahkan ke dalam
tahap pengelolaan, salah satunya yaitu dengan menulis releksi di buku khusus dengan harapan bahwa melalui refleksi yang ditulis di buku khusus pengalaman dapat
dikelola dengan baik dan meneguhkan kepercayaan siswa akan keberadaan Tuhan. Namun ada yang perlu menjadi perhatian, bahwa ada 9 siswa 15 yang
mengatakan ragu-ragu dan ada 1 siswa 2 mengatakan tidak setuju adanya kegiatan menulis refleksi di buku khusus.
Usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pengembangan dalam aspek religiositas practice salah satunya adalah dengan ziarah rohani. 30 50 siswa
menyatakan ziarah rohani perlu dilaksanakan di sekolah untuk meningkatkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
semangat keterlibatan dalam perayaan keagamaan agar mampu meningkatkan pengembangan religiositas practice. Selanjutnya dengan ziarah rohani dapat
membawa pada perilaku siswa untuk menyatakan keyakinan agama dengan lebih bervariasi, dengan suasana baru dapat menumbuhkan kembali dimensi ritual yang ada
dan menjadi semangat untuk terlibat di dalam ritual keagamaan. Namun yang perlu diperhatikan ada 5 siswa 8 menyatakan ragu-ragu apakah ziarah rohani perlu
dilakukan di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta. Dari hasil penelitian, 34 57 menyatakan lingkungan sekolah yang dijiwai
oleh semangat Injil perlu dikembangkan untuk menumbuhkan sikap saling mengasihi dan mencintai sesama manusia. Dengan suasana sekolah yang dijiwai oleh semangat
cinta kasih kepada sesama warga sekolah, ketika siswa berada di lingkungan sekolah mendapatkan kesan memasuki suatu lingkungan yang sungguh diterangi oleh cahaya
iman dan mempunyai ciri khusus yang dijiwai oleh cinta kasih dan kebebasan Injil. Dengan begitu maka tercipta dimensi religiositas bahwa para siswa semakin merasa
mencintai dan dicintai Tuhan, maka berdampak pada perilaku siswa, dalam hubungan antar pribadi yang akrab dan serasi dan dalam kesediaan untuk melayani. Namun
perlu diperhatikan pula bahwa ada 2 3 siswa yang mengatakan ragu-ragu dan 1 2 siswa mengatakan tidak setuju.
Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pelaksanaan pengembangan dalam aspek religiositas knowledge, ada 2 upaya yang dapat dilakukan yang pertama
apakah pendidikan agama Katolik perlu diupayakan secara khusus di SMP Kanisius Kalasan, siswa yang diberi kesempatan untuk menilai. Hasil dari penelitian
menunjukkan 40 siswa 67 mengatakan setuju dan 19 siswa 32 mengatakan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sangat setuju bahwa pendidikan agama Katolik perlu diupayakan secara khusus di SMP Kanisius Kalasan Yogakarta. Siswa menilai bahwa untuk memahami hukum
dan dogma-dogma ajaran agama Katolik, maka perlu diupayakan adanya pendidikan agama Katolik, namun ada 1 siswa 2 mengatakan tidak setuju ini juga dapat
menjadi masukan bagi pihak sekolah. Upaya kedua yaitu pendidikan religiositas perlu dipertahankan ada 31 siswa 52 mengatakan sangat setuju, 29 siswa 48
mengatakan setuju bahwa pendidikan religiositas perlu dipertahankan supaya dapat berkembang sebagai pibadi yang utuh.
Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pelaksanaan pengembangan dalam aspek religiositas effect, salah satunya adalah dengan adanya pendidikan
karakter. 35 58 siswa menyatakan pendidikan karakter di sekolah perlu dilaksanakan secara khusus di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta untuk menciptakan
budaya saling mengasihi, menghormati, cinta kasih dan tanggung jawab. Selanjutnya pendidikan karakter di sekolah sendiri ternyata membantu menciptakan kultur
sekolah menjadi lebih baik, pendidikan karakter sendiri memusatkan pada pola perilaku, seperti rasa hormat, cinta kasih, pemeliharaan, tanggung jawab dll.
Pendidikan karakter membantu siswa memahami, menumbuhkan, melaksanakan inti nilai-nilai moral. Dengan idealisme ini, sekolah Katolik harus memiliki komitmen
utama mengajarkan nilai-nilai dasar pendidikan karakter dalam diri para siswa yang tidak hanya terbatas pada pendidikan religiositas, tetapi juga melalui kebiasaan doa
sebelum dan sesudah belajar, mengikuti Ekaristi, dll. Dengan demikian diharapkan para siswa di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta tidak hanya berkembang dalam hal
akademik saja, melainkan juga berkembang dalam hal karakter yang lebih baik. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
D. Kesimpulan Penelitian