Tujuan Penyusunan Panduan Refleksi Materi Pokok Panduan Refleksi

masih belum terjadi secara penuh, salah satu faktor adalah kurangnya kesadaran siswa dalam mengikuti pelaksanaan pengembangan religiositas di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta. Sejalan dengan itu semua, siswa juga dirasa masih kurang mendalam dalam melakukan refleksi, maka diperlukan alat bantu yang dapat memicu munculnya keinginan siswa yang sunguh datang dari dalam diri, supaya mendukung pengembangan religiositas secara utuh. Panduan refleksi juga dapat dikatakan sebagai latihan-latihan atau sarana bagi siswa agar mampu berefleksi untuk meningkatkan pengembangan religiositas secara utuh. Refleksi merupakan tindakan yang menentukan untuk bergerak dari pengalaman ke perubahan IKAPI, 2012: 36. Maka dapat dikatakan refleksi adalah salah satu cara yang dapat membantu proses pengembangan religiositas siswa, dan sekaligus mendorong untuk bergerak dalam pengalaman sampai menuju pada aksi dalam hidup sehari-hari. Oleh karena itu, dalam upaya meningkatkan pelaksanaan pengembangan religiositas, maka diusulkan membuat panduan refleksi, dengan adanya panduan refleksi, siswa dapat memperoleh pemahaman diri dan sekaligus bisa melakukan intropeksi diri serta mampu belajar untuk meningkatkan keterlibatan pelaksanaan pengembangan religiositas siswa secara utuh. Disamping itu meski guru tidak memiliki latar belakang pendidikan Kateketik, guru tersebut tetap dapat melaksanakan atau ikut ambil bagian dalam membimbing pengembangan religiositas siswa.

B. Tujuan Penyusunan Panduan Refleksi

Tujuan penyusunan panduan refleksi adalah sebagai upaya pengembangan religiositas di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta Untuk siswa: 1. Panduan refleksi untuk memfasilitasi siswa supaya mengetahui perannya dalam mendukung pelaksanaan pengembangan religiositas di sekolah. 2. Supaya siswa memperoleh pemahaman diri dan melakukan instrospeksi diri serta mampu belajar untuk kembali meningkatkan keterlibatan pelaksanaan pengembangan religiositas secara utuh. Untuk guru: 1. Melalui panduan refleksi guru mempunyai pemikiran yang sama, sehingga ada kesamaan untuk guru dalam pengembangan religiositas siswa. 2. Melalui panduan refleksi guru yang tidak memiliki latar belakang pendidikan Kateketik tetap bisa mendampingi pengembangan religiositas siswa.

C. Materi Pokok Panduan Refleksi

Panduan refleksi siswa disusun untuk memfasilitasi kegiatan refleksi sekaligus memperoleh feedback pengalaman religiositas siswa dan sekaligus membangun kesadaran akan keterlibatan secara aktif pengembangan religiositas secara utuh. Maka panduan refleksi siswa di dalamnya terdiri dari 5 materi pokok, yang meliputi; aspek religiositas belief, aspek religiositas practice, aspek religiositas feeling, aspek religiositas knowledge, dan aspek religiositas effect. Materi pertama adalah tentang religiositas belief, mengacu pada apa yang diyakini sebagai bagian dari agama, seberapa kuat keyakinan diadakan, dasar untuk persetujuan intelektual, dan bagaimana menonjol bahwa kepercayaan dalam kehidupan seseorang Paloutzian, 1996: 15. Misalnya: percaya bahwa Allah itu esa, Ia agung melibihi dunia dan sejarah KGK, 2014: 61. Salah satu contoh PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI pengembangan religiositas belief, yaitu dengan model bagan yang menunjukkan sebuah jurang pemisah antara Allah dengan manusia. Siswa diminta untuk dapat menyebutkan upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk melewati jurang pemisah tersebut sehingga antara manusia dan Allah tidak ada lagi penghalang, dengan harapan membantu siswa untuk menumbuhkan kepercayaan kepada Tuhan Allah sesuai dengan agamanya. Materi kedua adalah tentang religiositas practice, mengacu pada serangkaian perilaku yang diharapkan dari seseorang yang menyatakan keyakinan agama tertentu. Penekanannya bukan pada efek agama mungkin memiliki pada nonreligiositas aspek kehidupan sehari-hari seseorang, tapi pada tindakan spesifik yang merupakan bagian dari dirinya religiositas. Maka aspek practice dapat disebut sebagai dimensi ritual, yakni sejauh mana seseorang mengerjakan kewajiban- kewajiban ritual agamanya Paloutzian, 1996: 16. Salah satu contoh pengembangan religiositas practice adalah dengan menampilkan tempat ibadah agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Kong Hu Cu, berkeinginan untuk mengetahui sejauh mana siswa mengerjakan kewajiban-kewajibannya dalam mengikuti ibadah. Melalui dua pernyataan, yaitu tentang apa yang membuat siswa tidak rajin beribadah dan apa yang membuat siswa rajin beribadah, siswa diminta untuk menuliskan apa adanya sesuai dengan yang dialami oleh siswa, dengan harapan dapat membantu siswa untuk mengenali diri agar terlibat aktif dalam ritual keagamaannya. Materi ketiga adalah tentang religiositas feeling, berkaitan dengan jiwa dan dunia emosional individu. Selain pengalaman peristiwa yang orang mungkin memberi label pengalaman religiositas, dimensi perasaan meliputi hal seperti PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI keinginan untuk percaya pada suatu agama, rasa takut tentang tidak religiositas, rasa kesejahteraan yang berasal dari keyakinan dan sejenisnya, merupakan dimensi perasaan, memberikan gambaran tentang perasaan-perasaan keagamaan yang dialami individu Paloutzian, 1996: 17-18. Misalnya: merasa dicintai Allah, merasa bahwa Allah mewahyukan bahwa Ia “murah hati” Ef 2:4, merasa dosanya diampuni, merasa doanya dikabulkan Tuhan. Salah satu contoh pengembangan religiositas feeling adalah dengan meggunakan ilustrasi pohon, siswa menuliskan perasaan dalam buah-buah yang diperoleh ketika menyadari Tuhan Allah selalu ada. Melalui ilustrasi pohon dan buah-buah diharapkan dapat membantu siswa untuk mengenali kehadiran Tuhan Allah dalam hidup sehari-hari dan mensyukuri karunia Allah. Materi keempat adalah tentang rligiousitas knowledge, berkaitan erat dengan dimensi intelektual, yaitu seberapa jauh pengetahuan seseorang terhadap ajaran agama yang dianutnya, terutama yang terdapat dalam Kitab Suci ataupun karya tulis lain yang berpedoman pada Kitab Suci. Misalnya: orang mengetahui maksud dari hari raya agamanya, hukum atau dogma ajarannya, memahami isi Kitab Suci dan lain sebagainya Paloutzian, 1996: 19. Salah satu contoh pengembangan adalah dengan panduan pertannyaan, untuk mengungkap pengetahuan yang diperoleh siswa tentang religiositas. Meliputi pernyataan menolong sesama, terbuka, dan bermoral. Dengan harapan dapat membantu siswa dalam mengembangkan religiositas knowledge salah satunya, yaitu mengenali agama-agama di Indonesia dan munculnya sikap toleransi antar umat beragama. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Materi kelima adalah tentang religiositas effect mengacu pada perilaku, tetapi tidak perilaku yang merupakan bagian resmi dari praktik keagamaan itu sendiri. Sebaliknya, referensi di sini adalah untuk efek agama seseorang memiliki aktivitas atau tindakan di sisi lain nonreligiositas dari segi kehidupan seseorang. Yakni untuk mengungkapkan sejauh mana perilaku seseorang dimotivasi oleh ajaran agamanya dalam berperilaku baik di tengah-tengah masyarakat Misalnya: Mau mengampuni kesalahan sesama manusia yang telah menyakitinya dengan sengaja atau tidak sengaja, mendoakan dan mencintai musuhnya, menolong sesama yang sedang mengalami kesulitan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki dan lain-lain Paloutzian, 1996: 19. Salah satu contoh pengembangan religiositas effect, melalui pernyataan yang digali melalui dua pertanyaan. Diawali untuk menuliskan karunia apa saja yang sudah diterima dari Allah selama ini, dengan karunia dari Allah yang sudah diterima, ternyata karunia yang diterima dapat juga dirasakan oleh orang lain, maka menerima karunia dari Allah dapat dibagikan kepada sesama. Dengan begitu dapat membantu siswa menggali kemurahan hati yang mendasari sikap keterbukaan dan kepedulian.

D. Petunjuk Penggunaan Panduan Refleksi