Strategi Bertempur Pemanah Berkuda Jepang (Yabusame)

22 pemanah berkuda dapat memberikan keuntungan tersendiri dalam medan pertempuran.

3.2 Strategi Bertempur

Prajurit penunggang kuda memilih tempat terbuka untuk bertempur. Mereka terutama menyukai tempat yang relatif datar dan kering, sekalipun palung sungai tetap merupakan tempat populer bagi kuda-kuda untuk menjelajah, terutama di daerah padat penduduk. Sekali kedua pasukan berhadapan menjelang pertempuran, mereka seringkali memekikkan “pekik perang”, dimana seorang panglima atau komandan akan berteriak pertama kali dengan suara lantang “Ei Ei” dan pasukannya menjawab dengan meneriakkan kata “Oh” yang lambat laun menjadi semakin keras. Setiap pasukan akan memekik, di mana pihak yang paling keras pekikannya menunjukkan jumlah pasukan yang lebih besar, sehingga akan memiliki suatu keuntungan psikologis. Setelah itu, satu atau dua anak panah akan dilesatkan dan pasukan yang berhadapan itu akan bergerak maju. Pasukan kecil ini terdiri atas para penunggang kuda yang terampil dan kuda-kuda tangkas yang lamban. Mereka berderap saling mendekati dan akan mengincar musuh yang telah bergerak terlalu jauh, atau yang rapuh. Bentrokan itu menurut mobilitas yang tinggi dan pada suatu momen kunci, serangan mendadak. Namun serangan itu beresiko karena para pemanah terampil, yang melihat kedatangan musuh akan memalingkan kuda-kudanya untuk menjauhi lawan yang menyerang. “Penarikan diri” ini akan memperlama waktu musuh untuk mendekat, sehingga membuat kudanya kelelahan. Lebih dari itu, seorang pejuang memilih memanah dari belakang kudanya, atau dari bagian sisi agar tidak mengejutkan Universitas Sumatera Utara 23 tunggangannya. Jika seorang pejuang dapat menyergap musuh yang kuda tunggangannya telah kelelahan, dan yang telah kehabisan anak panah, dia dapat menusuknya dari belakang dengan sebilah pedang pendek. Beberapa pejuang mengandalkan kaitan panjang, yang disebut cakar beruang kumade, yang bisa digunakan untuk menjatuhkan seorang pejuang dari jarak yang lebih jauh. Kelompok-kelompok penunggang kuda yang bermusuhan bertempur dari jarak dekat, mungkin terpisah sejauh 20-30 m, ketika melepaskan anak panahnya. Karena busur Jepang sangat panjang, anak panahnya meluncur lebih lambat dibandingkan yang dilepaskan dari busur pendek, karena energi kinetik yang ada di dalamnya dikeluarkan saat melepaskan busur yang lebih panjang itu sendiri. Sekalipun demikian, anak panah itu dapat meluncur jauh. Beberapa laporan menceritakan anak panah yang dapat meluncur lebih dari 436 meter, sekalipun rekor yang diperoleh dari eksperimen penembakan anak panah dari busur Jepang terakhir menunjukkan angka 385 meter. Bentrokan jarak jauh seperti ini disebut “panah panjang” toya dan memiliki keakuratan dan daya bunuh yang minim. Sekalipun demikian, energi yang ada dari busur panjang seperti itu memampukan anak panah seberat 50-70 gram ditembakkan, yang terbukti lebih efektif dalam membunuh atau melukai lawan dari jarak pendek. Hanya pada jarak yang relatif pendek, 13-14 meter, anak panah dapat melukai seorang musuh atau menembus baju zirah. Pada jarak seperti itu, anak panah Jepang dapat menembus bahkan panic Teflon, yang berarti bahwa plat dada dari besi yang diperkuat sangat rapuh. Karena itu, musuh harus sedekat mungkin didekati agar bisa memanah wajahnya, bagian tubuh yang paling rapuh dengan akurat. Universitas Sumatera Utara 24 Untuk menyerang seorang musuh, seorang penunggang harus mendekatinya dari belakang, baik itu dengan mengikuti secara sejajar dan menghabisinya, atau sebaliknya, mendekati dari suatu sudut dari belakang dan melepaskan panah ke bagian sisinya. Pejuang yang diburu kemudian memalingkan tunggangannya ke bagian sisi agar dapat balas menembak, dan bisa dibayangkan bagaimana kuda-kuda poni itu berderap membelok tiba-tiba kesana kemari. Sebuah kelompok yang relatif bersatu memiliki suatu keuntungan, karena para penunggangnya dapat menembak ke banyak arah. Namun untuk menyerang dan membunuh seorang musuh, seorang penunggang yang terampil harus mengubah haluan untuk memburu musuh yang tumbang atau yang kudanya kelelahan. Karena itu, penunggang kuda yang terluka atau tidak berkuda lagi sangat rentan. Seorang penunggang yang jatuh dari kudanya akan menemukan dirinya terancam bahaya mematikan, karena dia bisa dikepung dan dihujani panah oleh musuhnya yang masih berkuda. Orang yang cukup beruntung dapat menjatuhkan dirinya ke sebuah jurang atau tempat yang sulit dicapai, kemungkinan bisa selamat. Demikian pula dengan orang yang segera dibantu kawan-kawannya. Para pejuang bersedia membantu rekannya sepanjang hal itu tidak membahayakan diri mereka sendiri maupun kudanya. Universitas Sumatera Utara 25 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan