Kesimpulan Pemanah Berkuda Jepang (Yabusame)

25 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Negara Jepang merupakan negara yang memiliki kebudayaan yang sangat berbeda dan beraneka ragam. Masa lalu negara jepang yang tidak luput dari berbagai pertempuran dalam mempertahankan negaranya merupakan suatu sejarah yang tidak bisa dihilangkan begitu saja oleh masyarakat Jepang. Beberapa pejuang samurai rela mengabdikan diri di medan pertempuran. Salah satu pejuang samurai yang memiliki peranan dalam medan pertempuran pada abad ke 13 -14 adalah pemanah berkuda Jepang. Pemanah berkuda adalah tentara berkuda yang bersenjatakan busur. Karena untuk menggunakan busur penunggang harus melepaskan kedua belah tangan dari tali kekang, dia harus memiliki kemahiran menunggang yang tinggi. Pemanah berkuda juga dikaitkan dengan kaum nomad di padang rumput steppe. Mereka yang diketahui pernah menggunakan pemanah berkuda termasuk Scythia, Sarmatia, Parthia, Hun dan Mongol. Di Jepang, pemanah berkuda dikenal dengan nama Yabusame. Ada beberapa perlengkapan yang digunakan dalam mendukung keberhasilan seorang pejuang pemanah berkuda ketika bertempur yaitu kuda, mata panah, busur, kotak panah dan sarung tangan. Kuda yang merupakan hewan tunggangan para pejuang pemanah dalam pertempuran merupakan kuda-kuda Jepang yang berukuran pendek dan lambat. Namun hal ini justru memiliki Universitas Sumatera Utara 26 keuntungan tersendiri bagi para pejuang pemanah. Kuda-kuda tersebut dilengkapi oleh pelana dan sanggurdi. Hal lain yang tidak kalah penting adalah senjata yang digunakan oleh pejuang pemanah ialah busur dan mata panah. Busur Jepang panjang, sekalipun panjang, busur ini dapat ditembakkan dari punggung kuda karena tidak dipegang di bagian tengah, melainkan lebih ke bagian bawah. Alasannya tidak jelas, selain membuat busur itu tidak mudah patah. Kemungkinan lain bisa karena fleksibilitas sehingga harus ditahan di bagian tengah, atau mungkin karena menembak dengan cara ini memampukan seorang pemanah menggunakan sebuah busur besar. Namun menembak dengan cara ini mengurangi ketegangan tangan dan menyebabkan pantulan yang lebih besar, sehingga melepaskan anak panah dengan daya yang lebih kuat. Berbagai jenis mata panah yang menjadi populer seperti hikime, maku, togariya, tobi-naoshi, karimata dan soya. Selain itu ada juga kotak panah yang digunakan untuk tempat menyimpan busur serta anak panah agar tidak mudah rusak serta sarung tangan yang disebut yugake yang digunakan untuk melindungi tangan saat mengendalikan kuda dan ketika memanah. Kelompok-kelompok penunggang kuda yang bermusuhan bertempur dari jarak dekat, mungkin terpisah sejauh 20-30 m, ketika melepaskan anak panahnya. Karena busur Jepang sangat panjang, anak panahnya meluncur lebih lambat dibandingkan yang dilepaskan dari busur pendek. Karena itu, musuh harus sedekat mungkin didekati agar bisa memanah wajahnya, bagian tubuh yang paling rapuh dengan akurat. Untuk menyerang seorang musuh, seorang penunggang harus mendekatinya dari belakang, baik itu dengan mengikuti secara sejajar dan Universitas Sumatera Utara 27 menghabisinya, atau sebaliknya, mendekati dari suatu sudut dari belakang dan melepaskan panah ke bagian sisinya. Pejuang yang diburu kemudian memalingkan tunggangannya ke bagian sisi agar dapat balas menembak, dan bisa dibayangkan bagaimana kuda-kuda poni itu berderap membelok tiba-tiba kesana kemari. Pemanah berkuda memiliki peranan yang cukup berpengaruh dalam sebuah pertempuran yang terjadi. Kehadiran prajurit pemanah berkuda dapat memberikan keuntungan tersendiri dalam medan pertempuran. Beberapa pertempuran memperlihatkan bahwa pemanah berkuda memainkan peranan penting, seperti dalam Pertempuran Carrhae dan Leignitz. Dalam kasus ini, pemanah berkuda memenangi pertempuran karena musuh bergantung pada pertempuran berhadapan. Pemanah berkuda menjadi usang dengan berkembangnya senjata api modern.

4.2 Saran