B. Kerjasama Apotek di Propinsi DIY Menurut Persepsi APA Yang
Tergabung Dalam Apotek Jaringan
1. Apotek yang responden kelola tergabung dalam suatu Apotek Jaringan
Hasil 100 menunjukkan seluruh responden menyadari sepenuhnya bahwa apotek yang dikelola merupakan anggota jaringan. Berikut pada gambar 5,
diperlihatkan bentuk diagramnya:
Apotek Yang Responden Kelola Tergabung Dalam Suatu Apotek Jaringan
100 Ya
Tidak
Gambar 5. Apotek yang responden kelola tergabung dalam suatu apotek jaringan
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa seluruh responden sadar betul bahwa apotek yang dikelolanya merupakan bagian dari suatu jaringan. Hal ini
juga menunjukkan bahwa tidak ada responden yang tidak sesuai dengan definisi operasional penelitian, dimana pada definisi operasional penelitian disebutkan
bahwa APA yang menjadi responden mengelola apotek-apotek di propinsi DIY dan masih aktif sampai saat ini serta tergabung ke dalam apotek jaringan.
Pada gambar 6 di bawah ini ditunjukkan presentase kepemilikan apotek jaringan di DIY. 64 apotek jaringan yang ada di DIY dimiliki oleh APA,
sementara 36 sisanya dimiliki oleh non-APA. Pada jaringan JAPISFI, semua anggotanya yang bersedia menjadi responden merupakan pemilik sarana apotek
PSA sekaligus APA masing-masing apotek. Pada jaringan WIPA, memiliki PSA yang sama untuk semua anggotanya yang bersedia menjadi responden, dimana
PSA-nya juga merupakan APA. Pada jaringan K-24 dan Kimia Farma, memiliki PSA yang non – APA; jaringan K-24 yang ada di DIY dimiliki oleh seorang
dokter, sementara jaringan Kimia Farma merupakan milik negara.
Presentase Kepemilikan Apotek Jaringan di DIY
64 36
PSA = APA PSA = Non - APA
Gambar 6. Presentase kepemilikan apotek jaringan di DIY
2. Definisi dari Apotek Jaringan
Pada tabel II akan disajikan definisi dari apotek jaringan menurut para responden. Dapat dilihat bahwa 36 responden mendefinisikan apotek jaringan
sebagai apotek dimana segala sesuatunya terkoordinir dengan suatu sistem kinerja, visi, misi, tujuan yang sama serta mempunyai suatu ciri khas yang
menunjukkan identitas jaringannya. 24 responden mendefinisikannya sebagai: salah satu bentuk bisnis apotek yang dikelola secara otonom dengan mekanisme
kerja tertentu yang terikat, kolektif untuk mencapai tujuan profesionalisme apoteker, efisiensi apotek dan menambah keeratan hubungan antar apotek.
Tabel II. Definisi dari apotek jaringan Definisi
Presentase
1. Apotek di mana segala sesuatunya terikat dengan suatu sistem kinerja, visi, misi, tujuan yang sama serta mempunyai suatu ciri
khas yang menunjukkan identitas jaringannya. 36
2. Salah satu bentuk bisnis apotek yang dikelola secara otonom dengan mekanisme kerja tertentu yang terikat, kolektif untuk
mencapai tujuan profesionalisme apoteker, efisiensi apotek dan menambah keeratan hubungan antar apotek.
24 3. Suatu bentuk kebijakan manajemen dalam mengelola beberapa
apotek. 12
4. Apotek yang saling kerjasama satu sama lain. 12
5. Kumpulan beberapa apotek yang mempunyai sistem, dan tujuan sama dimana pada pengelolaannya terdapat salah satu apotek
yang dijadikan koordinator. 8
6. Suatu bentuk kerjasama antar apotek yang efektif dan saling menguntungkan.
8
Sebagian besar jawaban sudah mengacu ke standar kompetensi farmasis
Indonesia, kompetensi C: manajemen praktis farmasi poin b yang tertulis
merancang, membuat, melakukan pengelolaan apotek yang efektif dan efisien. Penjabaran kompetensi di atas adalah dengan mendefinisikan falsafah asuhan
kefarmasian, visi, misi, isu-isu pengembangan, penetapan strategi, kebijakan, program dan menerjemahkannya ke dalam rencana kerja Plan of Action. Apotek
jaringan yang didefinisikan oleh sebagian besar responden sudah sesuai dengan prinsip standar kompetensi farmasi Indonesia, dan apotek jaringan bukan bentuk
apotek baru melainkan merupakan suatu sistem kerjasama atau bisnis antar apotek yang terorganisir menjadi satu kesatuan.
Masyarakat sebagai konsumen dan pasien dari apotek jaringan hendaknya juga diberi pengetahuan dan pemahaman yang benar tentang definisi dari apotek
jaringan. Pada jangka pendek perlu juga diperhatikan harapan dari masyarakat terhadap adanya apotek jaringan, sehingga timbul suatu hubungan yang saling
menguntungkan dari apotek jaringan ke masyarakat.
3. Peraturan tersendiri dalam hukum untuk mengatur Apotek Jaringan
Apotek jaringan sampai saat ini belum ada peraturan tersendiri dalam hukum yang mengatur segala sesuatunya tentang apotek jaringan. Satu-satunya
peraturan khusus yang ada sampai saat ini hanya dapat diambil dari peraturan tentang waralaba. Gambar 7 menunjukkan sebanyak 76 responden menyatakan
tidak perlu adanya peraturan tersendiri dalam hukum untuk mengatur apotek jaringan, sementara sisanya 24 responden menyatakan perlu adanya peraturan
tersendiri dalam hukum untuk mengatur apotek jaringan. Pada gambar 7 akan dilihat pembagiannnya secara jelas, sementara untuk alasan-alasannya dapat
dilihat selengkapnya pada tabel III. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Peraturan Tersendiri Dalam Hukum Untuk Mengatur Apotek Jaringan
24
76 Perlu
Tidak Perlu
Gambar 7. Peraturan tersendiri dalam hukum untuk mengatur apotek jaringan
Tabel III. Alasan perlu dan tidak perlunya peraturan tersendiri dalam hukum untuk mengatur apotek jaringan
Jawaban Alasan
Presentase
1. Perlu batasan pasti yang membedakan antara apotek jaringan dengan apotek biasa pada
umumnya. 66,67
2. Untuk mengatasi masalah-masalah yang mungkin terjadi pada masa yang akan datang dan
memerlukan peraturan perundang-undangan sebagai acuan atau perlindungan
16,67 Perlu
3. Peraturan perundang-undangan tetap diperlukan sebagai acuan atau panduan untuk perkembangan
selanjutnya 16,67
1. Apotek jaringan pada umumnya tidak jauh berbeda dengan apotek pada umumnya.
47,37 2. Peraturan perundang-undangan dan kode etik yang
ada sudah banyak dan bagus, tidak perlu ditambah. 42,11
Tidak Perlu 3. Peraturan perundang-undangan yang ada dan kode
etik bila sudah dapat dilaksanakan dengan baik dan benar sudah cukup untuk memayungi dan
melindungi apotek jaringan 10,53
Mayoritas responden 76 merasa tidak diperlukan peraturan tersendiri dalam hukum untuk mengatur apotek jaringan. Jawaban ini berhubungan atau
dapat dikatakan sesuai dengan definisi apotek jaringan dimana apotek jaringan bukan merupakan bentuk apotek yang baru tetapi merupakan suatu sistem
kerjasama atau bisnis antar apotek yang terorganisir menjadi satu, sehingga peraturan perundang-undangan tentang Apotek, kode etik farmasis, dan standar
kompetensi farmasis Indonesia yang ada sudah dirasa cukup oleh para responden untuk diterapkan pada apotek jaringan, dan tidak diperlukan lagi suatu peraturan
tersendiri dalam hukum untuk mengatur apotek jaringan. Beberapa responden yang merasa tidak memerlukan peraturan tersendiri dalam hukum untuk mengatur
apotek jaringan juga mengemukakan bahwa peraturan perundang-undangan dan kode etik yang ada sudah banyak dan bagus, tidak perlu ditambah..
4. Persyaratan utama untuk dapat bergabung dalam jaringan
Persyaratan-persyaratan untuk dapat bergabung dalam jaringan yang disebutkan oleh responden pada tabel IV adalah persyaratan utama yang mutlak
dipenuhi oleh apotek-apotek yang ingin bergabung ke dalam salah satu dari apotek jaringan-jaringan tersebut. Jumlah tiap-tiap persyaratan tidak sama, karena
disesuaikan dengan jumlah jawaban responden dari tiap-tiap jaringan. Persyaratan-persyaratan tersebut dapat dilihat pada tabel IV, dan disajikan sesuai
dengan jaringannya masing-masing. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel IV. Persyaratan utama tiap-tiap jaringan Jaringan
Persyaratan Utama
1. Lokasi apotek tersebut strategis atau masuk dalam rencana pengembangan wilayah Kimia Farma.
2.Standar kerja apoteker dan karyawan sesuai dengan standar kerja Kimia Farma atau lebih baik.
Kimia Farma 3. Bersedia diambil alih secara manajemen dan dikelola oleh
pihak Kimia Farma, serta memakai nama Kimia Farma untuk apoteknya.
1. Lokasi apotek tidak terlalu dekat dengan apotek-apotek anggota WIPA yang sudah ada.
WIPA 2. Bersedia mengantar obat yang diminta oleh apotek lain dalam
satu jaringan dengan surat pesanan dan bersedia menuruti aturan lainnya dalam jaringan.
1. Membeli brand name dengan harga yang sudah disepakati untuk jangka waktu 5 tahun.
K-24 2. Mau bekerja keras dan wajib mengikuti pelatihan-pelatihan
yang diadakan oleh pihak pusat. 1. APA merupakan Pemilik Sarana Apotek P.S.A. atau paling
tidak memiliki hak untuk mengatur Apotek yang dijalankan secara penuh minimal untuk mengatur tersedianya obat yang
ada di apotek.
2. Mampu menjalankan praktek kefarmasian dengan benar. JAPISFI
3. Bersedia bekerjasama untuk menjunjung martabat profesi.
Dapat dilihat 3 dari 4 jaringan memiliki orientasi untuk kepentingan bisnis bila ada apotek yang hendak bergabung terhadap jaringan tersebut. Hal ini tidak
sesuai dengan tugas dan fungsi apotek yang tertera pada Peraturan Pemerintah No.25 tahun 1980 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No.26 tahun
1965; bahwa apotek bukan sekedar tempat penjualan obat atau tempat untuk menebus obat yang telah diresepkan oleh dokter, tapi juga merupakan tempat
dilakukannya pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi dan atau alat kesehatan termasuk penyerahan obat keras tanpa resep dokter oleh apoteker.
5. Sanksi-sanksi pada Apotek Jaringan
Responden jaringan Kimia Farma mengatakan bahwa pada jaringan mereka terdapat 3 tahap sanksi; tahap pertama sanksi berupa peringatan atau
teguran maksimal 3 kali, tahap kedua sanksi berupa admisnistratif atau skorsing, dan tahap ketiga atau terakhir dimana merupakan sanksi terberat yaitu dipecat dari
Kimia Farma. Responden jaringan WIPA mengatakan bahwa mereka tidak memiliki sanksi yang diberlakukan pada jaringan mereka, dikarenakan mereka
merasa hukum dan undang-undang yang sudah ada tentang apotek sudah cukup. Responden jaringan K-24 mengatakan sanksi yang ada pada jaringan mereka
berupa pencabutan hak penggunaan segala sesuatu yang berkaitan dengan nama PT. K-24. Responden jaringan JAPISFI mengatakan sanksi yang mereka
berlakukan ada 2 tahap; tahap pertama berupa peringatan atau teguran maksimal 3 kali, dan tahap kedua berupa dikeluarkan dari keanggotaan jaringan JAPISFI.
Bentuk-bentuk sanksi tiap jaringan tersebut dapat dilihat juga pada tabel V, dibawah ini.
Tabel V. Sanksi tiap-tiap jaringan Nama Jaringan
Sanksi
Kimia Farma 1.
Peringatan atau teguran maksimal 3 kali. 2.
Administratif atau skorsing. 3.
Dipecat. WIPA
Tidak ada K-24
Pencabutan hak penggunaan segala sesuatu yang berkaitan dengan nama PT. K-24
JAPISFI 1.
Peringatan atau teguran maksimal 3 kali. 2.
Dikeluarkan dari keanggotaan jaringan JAPISFI. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6. Alasan untuk bergabung atau bekerja pada suatu Apotek Jaringan
Berdasarkan pengamatan sebelum penelitian yang dilakukan peneliti terlihat ada beberapa kegelisahan dan persepsi tentang Apotek Jaringan yang
muncul dari beberapa APA yang tidak tergabung dengan Apotek Jaringan dengan adanya Apotek Jaringan. Kegelisahan tentang Apotek Jaringan juga sempat
dikatakan oleh beberapa mahasiswa profesi Apoteker, disamping kegelisahan- kegelisahan tersebut terdapat beberapa alasan responden untuk bergabung atau
bekerja pada suatu apotek jaringan. Tabel VI menunjukkan bahwa para responden pada umumnya 40
bergabung dengan apotek jaringan untuk meningkatkan efisiensi, profesionalisme, posisi tawar-menawar bargaining power, dan rasa sepenanggungan antar sesama
profesi.
Tabel VI. Alasan bergabung atau bekerja pada suatu apotek jaringan Alasan
Presentase
1. Untuk meningkatkan efisiensi, profesionalisme, posisi tawar- menawar, dan rasa sepenanggungan.
40 2. Minim pengalaman dan pengetahuan di bidang apotek.
24 3. Dimiliki oleh pemerintah.
16 4. Tidak memerlukan modal dan pemikiran terlalu banyak untuk
membuka apotek. 12
5. Untuk meningkatkan citra profesi apoteker yang tidak bisa dilakukan sendirian.
8
Alasan-alasan tersebut sesuai pada buku standar kompetensi farmasis
Indonesia, kompetensi D: komunikasi farmasi poin d yang tertulis memantapkan
hubungan dengan sesama farmasis berdasarkan saling menghormati dan mengakui kemampuan profesi demi tegaknya martabat profesi. Secara tidak langsung apotek
jaringan membuat komunikasi dan hubungan sesama farmasis menjadi lebih erat. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7. Terjadinya peningkatan pelayanan kefarmasian dengan Adanya Apotek
Jaringan
Sebanyak 88 responden menyatakan yakin dengan adanya apotek jaringan maka akan terjadi peningkatan pelayanan kefarmasian. Sementara
sisanya 12 responden menyatakan tidak yakin dengan adanya apotek jaringan maka akan terjadi peningkatan pelayanan kefarmasian. Hal ini dapat dilihat pada
gambar 8.
Terjadinya Peningkatan Pelayanan Kefarmasian Dengan Adanya Apotek
Jaringan
88 12
Yakin Tidak Yakin
Gambar 8. Terjadinya peningkatan pelayanan kefarmasian dengan adanya apotek jaringan
Dari responden yang yakin dengan adanya apotek jaringan maka akan terjadi peningkatan pelayanan kefarmasian, sebanyak 56 dari 88 responden
yang yakin menyatakan alasan keyakinan mereka dikarenakan jaringan mereka selalu mengadakan evaluasi minimal satu bulan satu kali untuk meningkatkan
pelayanan kefarmasian di tiap-tiap apotek anggota jaringan. Sementara sisanya 36 dari 88 responden yang yakin menyatakan yakin akan terjadinya
peningkatan pelayanan kefarmasian dengan adanya apotek jaringan, dikarenakan
adanya Standard Operating Procedur SOP, atau standar kerja jaringan di mana pelayanan kefarmasian merupakan salah satu hal yang diprioritaskan pada
jaringan mereka. Untuk alasan selengkapnya dari tiap-tiap responden yang yakin ataupun tidak yakin dengan adanya apotek jaringan maka akan terjadi peningkatan
pelayanan kefarmasian dapat dilihat pada tabel VII.
Tabel VII. Alasan terjadinya atau tidak terjadinya peningkatan pelayanan kefarmasian dengan adanya apotek jaringan
Jawaban Alasan
Presentase
1. Jaringan selalu mengadakan evaluasi minimal satu bulan satu kali untuk meningkatkan pelayanan
kefarmasian di tiap-tiap apotek anggota jaringan. 56
Yakin 2. Jaringan memiliki Standard Operating Procedur
SOP, atau standar kerja dimana pelayanan kefarmasian merupakan salah satu hal yang
diprioritaskan. 36
1. Pelayanan kefarmasian tidak tergantung langsung kepada apotek, melainkan kepada apoteker.
4 Tidak Yakin 2. Apotek jaringan yang ada dan berkembang selama
ini lebih untuk kepentingan apoteker-nya dari pada pengembangan pelayanan kefarmasian.
4
8. Kerjasama Apotek-Apotek dalam satu jaringan
Sebanyak 96 responden menyatakan bahwa mereka pernah melakukan kerjasama antar apotek dalam jaringan mereka. Sementara sisanya 4 belum
pernah sama sekali melakukan kerjasama antar apotek dalam jaringan mereka, dikarenakan apotek tersebut baru saja bergabung ke dalam jaringan tersebut. Hal
ini dapat dilihat pada gambar 9. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kerjasama Apotek-Apotek Dalam Satu Jaringan
96 4
Pernah Belum Pernah
Gambar 9. Kerjasama apotek-apotek dalam satu jaringan
Tabel VIII. Jenis kerjasama apotek-apotek dalam satu jaringan Jenis Kerjasama Apotek-Apotek Dalam Satu Jaringan
Presentase
1. Pengadaan obat bersama 36,36
2. Pertukaran pegawai 20,46
3. Pengalihan resep 15,90
4. Pembelian obat di apotek lain dalam satu jaringan 15,90
5. Penitipan obat yang hampir kadaluarsa ke anggota jaringan 11,38
Pada tabel VIII, dapat dilihat bahwa jenis kerjasama terbanyak 36,36 responden yang pernah dilakukan oleh apotek-apotek dalam satu jaringan adalah
pengadaan obat bersama. Elu 2005 dalam artikel pemikiran ulang pelayanan kesehatan mengemukakan besarnya variasi harga obat pada tiap-tiap apotek dapat
mempengaruhi pelayanan kesehatan. Dengan adanya pengadaan obat bersama dalam satu jaringan, maka variasi harga obat tiap-tiap apotek dapat dikurangi atau
dengan kata lain harga obat tiap-tiap apotek menjadi sama, dikarenakan harga beli suatu obat dalam apotek-apotek satu jaringan sama, sehingga tiap-tiap apotek
dapat lebih berkonsentrasi untuk meningkatkan pelayanan kefarmasian terhadap konsumen daripada bersaing dengan harga obat untuk menarik konsumen.
9. Kerjasama dalam jaringan yang dapat meningkatkan pelayanan
kefarmasian
Sebanyak 32,5 responden menyatakan bahwa kerjasama yang dapat meningkatkan pelayanan kefarmasian adalah pertukaran informasi. Knox dan
Makalan 1998 berpendapat bahwa kepuasan yang diperoleh oleh konsumen berasal dari informasi yang didapatnya tentang produk yang dibelinya bukan
berasal dari harga obat yang murah. Hal ini berarti sebagian besar responden 32,5 telah menyadari pentingnya informasi terbaru yang didapat dan diberikan
kepada konsumen dalam peningkatkan pelayanan kefarmasian. Kode etik Apoteker Farmasis Indonesia pada bab I pasal 7 juga mengemukakan bahwa
setiap Apoteker Farmasis harus menjadi sumber informasi sesuai dengan profesinya; ini berarti sebanyak 32,5 responden juga telah melaksanakan kode
etik tersebut. APA yang melakukan pertukaran informasi berarti juga telah menjadi sumber informasi sesuai dengan profesinya. Jenis kerjasama yang dapat
meningkatkan pelayanan kefarmasian selengkapnya dapat dilihat pada tabel IX dibawah ini.
Tabel IX. Kerjasama dalam jaringan yang dapat meningkatkan pelayanan kefarmasian
Jenis Kerjasama Presentase
1. Pertukaran informasi 32,5
2. Standarisasi harga, distribusi obat, pelayanan di apotek 25
3. Pelatihan dalam bidang “pharmaceutical care” 17,5
4. Pengalihan resep 17,5
5. Terhubung secara on line 7,5
Dua puluh lima persen responden menyatakan standarisasi harga, sistem distribusi obat, dan sistem pelayanan di apotek dapat meningkatkan kualitas
pelayanan kefarmasian. Sementara 17,5 responden menyatakan pelatihan dalam bidang “pharmaceutical care” dapat meningkatkan pelayanan kefarmasian.
Sebanyak 17,5 responden lainnya menyatakan pengalihan resep dapat meningkatkan pelayanan kefarmasian, hal ini mungkin terkait dengan jarak rumah
konsumen ke apotek yang lebih dekat dalam satu jaringan.
10. Kelebihan Apotek Jaringan
Pada tabel X, dapat dilihat kelebihan yang dimiliki oleh tiap-tiap jaringan yang bersedia menjadi responden. Responden jaringan Kimia Farma menyatakan
kelebihan mereka terutama terletak pada jaringan mereka yang sudah berskala nasional. Responden jaringan WIPA menyatakan kelebihan yang mereka miliki
adalah sistem pengantaran dan pembelian obat yang jelas dalam satu jaringan. Responden jaringan K-24 menyatakan kelebihan jaringan mereka yang paling
utama adalah adanya SOP yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kefarmasian. Responden jaringan JAPISFI menyatakan kelebihan jaringan mereka
adalah mengutamakan profesionalisme apoteker untuk setiap apotek yang dikelolanya; dalam artian tiap apoteker diberi kebebasan untuk mengembangkan
apotek yang mereka kelola sebebas-bebasnya selama tidak melanggar peraturan yang berlaku. Kelebihan-kelebihan lainnya dari tiap-tiap jaringan dapat dilihat
pada tabel X. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel X. Kelebihan tiap-tiap apotek jaringan Nama Jaringan
Kelebihan
Kimia Farma 1.
Memiliki bidang-bidang yang berbeda-beda untuk tiap-tiap kepengurusan yang berbeda.
2. Jangkauan pengembangan sudah sampai tahap nasional.
3. Selalu mengadakan pertemuan rutin wajib untuk tiap-tiap
APA seminggu sekali WIPA
1. Memiliki pengantaran dan pembelian obat yang jelas dalam
satu jaringan. 2.
Dapat saling membagikan obat yang mau kadaluarsa. K-24
1. Memiliki SOP yang bertujuan meningkatkan pelayanan
kefarmasian. 2.
Bisa melakukan pengadaan barang secara bersama-sama. JAPISFI
1. Memiliki 1 apotek sebagai koordinator.
2. Memiliki harga khusus untuk anggota jaringan.
3. Mengutamakan profesionalisme apoteker untuk setiap
apotek yang dikelolanya
11. Kekurangan Apotek Jaringan
Pada tabel XI dapat dilihat kekurangan yang dimiliki oleh tiap-tiap jaringan yang bersedia menjadi responden. Responden jaringan Kimia Farma
menyatakan ketergantungannya kepada pusat dalam berbagai hal sebagai kekurangan dari jaringan Kimia Farma. Responden jaringan WIPA menyatakan
kurangnya anggota jaringan dan daerah penyebaran anggotanya merupakan kekurangan utama dari jaringan tersebut. Responden jaringan K-24 menyatakan
kurang profesionalnya sistem manajemen dan admisnistrasi dalam jaringan tersebut merupakan kekurangan utama dari jaringan K-24. Responden jaringan
JAPISFI menyatakan bahwa anggapan atau tindakan sebagian anggotanya yang menganggap pekerjaan di apotek merupakan pekerjaan sampingan merupakan
suatu kekurangan dari jaringan ini, karena hal tersebut juga mencerminkan tidak samanya visi dan misi oleh sebagian anggota. Kekurangan-kekurangan tiap-tiap
jaringan yang selengkapnya dapat dilihat pada tabel XI. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel XI. Kekurangan apotek jaringan Nama Jaringan
Kekurangan
Kimia Farma 1.
Semua kegiatan tergantung dari keputusan pusat. 2.
Komunikasi antar bidang sangat kurang. WIPA
1. Anggota jaringan masih kurang, dilihat dari segi jumlah
dan daerah yang ada. 2.
Kekurangan tenaga untuk menjalankan sistem distribusi. K-24
1. Pengurusan manajemen dan administrasi kurang
profesional. 2.
Semua kegiatan tergantung dari keputusan pusat. 3.
Kesejahteraan karyawan kurang diperhatikan.
JAPISFI 1.
Apotek merupakan pekerjaan sampingan bagi sebagian besar anggota.
2. Visi dan misi yang tidak sama.
3. Modal yang dipunya tiap-tiap apotek sangat bervariasi.
4. AD-ART masih dalam penyusunan.
12. Keidealan jaringan tempat apotek responden bergabung
Sebanyak 56 responden menyatakan bahwa jaringan tempat mereka bergabung belumlah ideal, sementara 44 responden menyatakan bahwa
jaringan tempat mereka bergabung sudah ideal bagi mereka. Hal tersebut dapat di gambarkan seperti gambar 10.
Keidealan Jaringan Tempat Apotek Responden Bergabung
44 56
Sudah Ideal Belum Ideal
Gambar 10. Keidealan jaringan tempat apotek responden bergabung
Dari jawaban responden yang menyatakan bahwa jaringan tempat mereka bergabung sudah ideal; sebanyak 28 dari total responden menyatakan bahwa
mereka menganggap jaringan tersebut sudah ideal dikarenakan sudah terdapat pembagian tugas yang jelas untuk tiap-tiap bidangnya, termasuk di dalamnya
pelayanan kefarmasian terhadap konsumen, sedangkan 24 dari total responden menyatakan tidak adanya standarisasi dalam berbagai hal yang dapat digunakan
untuk menyamakan tingkatan tiap-tiap apotek membuat jaringan tersebut tidak ideal. Alasan yang lain dari tiap-tiap responden baik yang merasa jaringannya
sudah ideal maupun belum ideal dapat dilihat selengkapnya pada tabel XII di bawah ini.
Tabel XII. Alasan keidealan atau tidak idealnya jaringan Jawaban
Alasan Presentase
1. Jika dilihat secara umum, dari segi pembagian tugas dan pelayanan kepada konsumen.
28 Sudah Ideal
2. Dapat membimbing dan mengayomi anggota baru 16
1. Tidak ada standarisasi dalam berbagai hal yang dapat digunakan untuk menyamakan tingkatan
tiap-tiap apotek 24
2. Pharmaceutical Care yang diprioritaskan hanya sekedar prioritas, tanpa pelaksanaan yang pasti.
16 3. Masih kekurangan anggota
8 Belum Ideal
4. Banyak anggota yang tidak aktif. 8
13. Bentuk Apotek Jaringan yang paling ideal atau paling diharapkan oleh
para responden
Responden dari jaringan Kimia Farma menyatakan bahwa bentuk jaringan yang ideal adalah jaringan yang memiliki manajemen profesional, jelas dan
terbuka serta dapat memenuhi keinginan konsumen tiap-tiap daerah. Responden PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
jaringan WIPA menyatakan bahwa jaringan yang ideal adalah jaringan yang tersebar merata di DIY. Responden jaringan K-24 menyatakan bahwa jaringan
yang ideal adalah jaringan yang memiliki program atau perencanaan jangka panjang dan jangka pendek serta memiliki SOP yang jelas dan dilaksanakan
sepenuhnya. Responden jaringan JAPISFI menyatakan bahwa jaringan yang ideal adalah jaringan yang mampu membangun kesejahteraan anggota, di mana
diaharapkan APA juga merupakan PSA dan juga membantu kesejahteraan masyarakat serta memiliki aturan dan pengelolaan yang baik dan jelas.
Pada tabel XIII dapat dilihat selengkapnya bentuk jaringan ideal sesuai dengan jaringan masing-masing responden.
Tabel XIII. Bentuk apotek jaringan yang paling ideal Nama Jaringan
Bentuk Apotek Jaringan
Kimia Farma 1.
Memiliki manajemen yang profesional, jelas, dan terbuka. 2.
Tersebar lebih merata sampai tingkatan desa. 3.
Dapat memenuhi keinginan konsumen tiap-tiap daerah. WIPA
1. Tersebar merata di tiap-tiap kabupaten kota di DIY.
2. Dapat menguntungkan pihak apotek dan konsumen.
K-24 1.
Memiliki program atau perencanaan jangka panjang dan jangka pendek.
2. Memiliki SOP yang jelas dan dilaksanakan sepenuhnya.
3. Mampu meningkatkan SDM yang dimiliki.
JAPISFI 1.
APA juga merupakan PSA. 2.
Mampu membangun kesejahteraan anggota dan masyarakat 3.
Memiliki aturan dan pengelolaan yang baik dan jelas. 4.
APA dapat bekerja penuh di apotek.
Tabel XIII secara tidak langsung telah memberi gambaran tentang bentuk Apotek Jaringan yang paling ideal di DIY menurut persepsi para responden penelitian.
Apotek Jaringan saat ini tidak hanya ada di DIY, tetapi sudah ada di beberapa kota besar, bahkan akan terdapat banyak model dari Apotek Jaringan yang berbeda-
beda untuk masing-masing daerah atau kota dan pada tiap-tiap kota tersebut juga akan dijumpai bentuk-bentuk Apotek Jaringan yang ideal lainnya menurut
persepsi tiap-tiap anggotanya.
C. Masa Depan Apotek Jaringan