14
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Teori
Kajian teori akan membahas enam bagian yang berkaitan dengan penelitian yaitu pembelajaran, matematika penjumlahan dan pengurangan,
pembelajaran matematika, karakteristik siswa SD, pendekatan PMRI dan buku ajar buku guru dan buku siswa.
2.1.1 Pembelajaran
Pembelajaran adalah ringkasan dari kata belajar dan mengajar. Dengan kata lain, pembelajaran adalah penyederhanaan dari kata belajar dan mengajar
BM, proses belajar mengajar PMB, atau kegiatan belajar mengajar KBM. Menurut Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003,
pembelajaran diartikan sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar Susanto, 2013: 19.
Menurut Wingkel dalam Siregar Nara, 2011: 12 pembelajaran adalah seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar siswa,
dengan memperhitungkan kejadian – kejadian intern yang berlangsung dialami
siswa. Sedangkan menurut Dimyati dalam Susanto, 2013: 187 pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk
membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Dengan demikian pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan untuk
membantu dan mendukung proses pembelajaran peserta didik dalam kegiatan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
belajar mengajar. Dalam proses pembelajaran terdapat berbagai mata pelajaran salah satunya adalah matematika.
2.1.2 Matematika
Kata matematika berasal dari bahasa Latin, yaitu
manthanein
atau
mathema
yang berarti “belajar atau hal yang dipelajarai”, sedang dalam bahasa Belanda, matematika disebut
wiskunde
atau ilmu pasti Depdiknas dalam Susanto, 2013: 184. Matematika adalah bahasa numerik yang melambangkan
serangkaian hitungan dari pernyatan yang ingin kita sampaikan. Matematika mengembangakn bahasa numerik dengan menggunakan lambang angka yang
memungkinkan kita untuk melakukan pengukuran secara kuantitatif Wahana, 2016: 115-116. Ruseffendi dalam Heruman, 2013: 1 juga mengemukakan
bahwa matematika adalah bahasa simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan, struktur yang
terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil.
Mata pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang ada di sekolah dasar. Materi yang terdapat pada pelajaran matematika di
sekolah dasar berisi konsep-konsep dasar hitung. Jadi tujuan akhir pembelajaran matematika khususnya sekolah dasar yakni supaya siswa terampil dalam
menggunakan berbagai macam konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Soedjadi, 2000: 11 matematika adalah pengetahuan tentang bilangan
dan kalkulasi. Pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasinya memasuki semua cabang matematika, bahkan tidak jarang merupakan titik tolak suatu
16
pengembangan struktur dalam matematika. Penyajian matematika dalam buku sekolah khususnya sekolah dasar tidak selalu diawali dengan teorema ataupun
definisi, hal tersebut disesuaikan dengan perkembangan intelektual peserta didik. Matematika sekolah dasar di Indonesia ini adalah matematika baru atau
matematika modern yang sumbernya adalah matematika modern yang dipergunakan dibeberapa negara Afrika bagian timur yang berpengantar bahasa
Inggris. Sumber itu adalah “Entebbe Mathematics Series” Ruseffendi, 1990:10. Ciri-ciri dari pengajaran matematika di sekolah dasar antara lain memuat banyak
topik baru, menggunakan himpunan sebagai dasar untuk menerangkan bilangan, himpunan diajarlam sebagai pengetahuan, geometri, bahasanya cukup akurat dan
ketat, pendejatannya induktif, dan menggunakan metode spiral. Menurut Ruseffendi 1990: 9 Matematika diajarkan disekolah karena berguna untuk
kepentingan matematika itu sendiri dan memecahkan persoalan dalam masyarakat. Dengan diajarkannya matematika kepada siswa, matematika bisa
diawetkan dan dikembangkan. Itulah yang dimaksud dengan gunanya matematika diajarkan di sekolah dalam rangka mengembangkan dan mengawetkan
matematika itu sendiri, mengawetkan disini yang dimaksud adalah memelihara sehingga tidak punah. Dengan belajar matematika siswa dapat berhitung, seperti
menghitung luas, isi dan berat. Siswa juga dapat melakukan pengukuran, dapat mengumpulkan, mengolah dan menyajikan data. Siswa juga dapat menyelesaikan
persoalan-persoalan dalam bidang-bidang studi lain. Skemp dalam Runtukahu dan Kandaou, 2014: 32 mengungkapkan
bahwa matematika memiliki fungsi sebagai bahasa simbol yang memiliki arti PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
berbeda-beda. Fungsi dari simbol matematika ialah: a berkomunikasi, b merekam pengetahuan, c membuat klasifikasi ganda secara langsung, d fungsi
menjelaskan, e fungsi membuat kegiatan reflektif, f menunjukkan struktur, g membuat manipulasi secara rutin, h mengingat kembali informasi dan pengertian,
h membuat kegiatan mental lebih aktif. Selain itu menurut Ruseffendi 1990: 13 pelajar memerlukan matematika untuk memenuhi kebutuhan praktis dan
pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari, agar mampu mengikuti pelajaran matematika lebih lanjut, untuk membantu memahami bidang studi lain,
dan agar dapat berpikir logis, kritis, praktis, beserta sikap positif dan berjiwa kreatif. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah salah
satu disiplin ilmu yang mempelajari tentang hitungan dan bilangan. Manfaat dari mempelajari pelajaran matematika adalah untuk mecahkan masalah matematisasi
yang ada di kehidupan sehari- hari. Dalam materi matematika yang dipelajari adalah hitungan salah satunya adalah materi penjumlahan dan pengurangan.
2.1.2.1 Penjumlahan dan Pengurangan Salah satu materi yang terdapat dalam mata pelajaran matematika di
sekolah dasar adalah penjumlahan dan pengurangan. Pencetus simbol “+” dan “-” pertama kali adalah Johann Widman Nugraha, 2015: 15. Penjumlahan adalah
menambahkan dua bilangan atau lebih, sedangkan pengurangan adalah mengambil sebagian atau seluruhnya Nugraha, 2015: 19. Materi penjumlahan
dan pengurangan untuk kelas I sekolah dasar masih dalam bentuk penjumlahan dan pengurangan sampai 20. Dengan demikian penjumlahan adalah proses
menjumlahakan dua bilangan atau lebih sehingga menemukan jumlah total dari PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
bilangan tersebut, sedangkan pengurangan adalah proses mengurangi atau mengurangkan bilangan yang ada dengan bilangan pengurangnya, sehingga
menemukan total dari pengurangan tersebut. Materi penjumlahan dan pengurangan dapat tersampaikan dengan baik apabila pembelajaran matematika
dapat berjalan dengan efektif.
2.1.3 Pembelajaran Matematika
Belajar matematika harus memiliki pemahaman yang benar dan lengkap sesuai dengan tahapan, melalui cara yang menyenangkan dengan menjalankan
prinsip pembelajaran matematika Fatimah, 2009: 8. Oleh karena itu, anak- anak dalam belajar matematika harus memiliki pemahaman yang benar dan lengkap
sesuai dengan tahapan, melalui cara yang menyenangkan dengan menjalankan prinsip pembelajaran matematika. Menurut Susanto, 2013: 186-187
pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa yang dapat
meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasa yang
baik terhadap materi matematika. Sedangkan menurut Fatimah 2009: 2 pembelajaran matematika adalah membentuk logika berpikir bukan sekedar
pandai berhitung. Menurut Ruseffendi 1990: 13 pelajar memerlukan matematika untuk memenuhi kebutuhan praktis dan pemecahan masalah dalam kehidupan
sehari-hari, agar mampu mengikuti pelajaran matematika lebih lanjut, untuk membantu memahami bidang studi lain, dan agar dapat berpikir logis, kritis,
praktis, beserta sikap positif dan berjiwa kreatif. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Tujuan pembelajaran matematika akan berhasil dan efektif apabila baik guru maupun siswa bersama- sama menjadi pelaku dari pembelajaran matematika.
Menurut Wragg dalam Susanto, 2013: 188 pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang memudahkan siswa untuk mempelajari sesuatu yang
bermanfaat, seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama, atau sesuatu hasil belajar yang diinginkan. Dengan demikian
pembelajaran matematika adalah proses yang dilakukan untuk membantu peserta didik dalam menyelesaikan suatu masalah yang berkaitan dengan matematisasi
yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran matematika dapat tersampaikan dengan optimal dan efektif, apabila guru menyesuaikan karakter
siswa sehingga cara yang digunakan tepat sasaran.
2.1.4 Karakteristik Siswa SD
Heruman 2008: 1 mengatakan Siswa Sekolah Dasar SD umurnya berkisar antara 6 atau 7 tahun, sampai 12 tahun atau 13 tahun. Menurut Piaget,
mereka berada pada fase operasional konkret. Siswa SD masih terikat dengan objek konkret yang dapat ditangkap oleh panca indra. Proses pembelajaran pada
fase konkret dapat melalui tahapan konkret, semi konkret, dan selanjutnya abstrak
Heruman, 2008: 1-2. Piaget dalam Susanto, 2013: 77 mengungkapkan bahwa
perkembangan kognitif dibagi ke dalam empat tahap, yaitu: tahap sensori motor, tahap pra operasional, tahap operasional konkret, dan tahap operasional formal.
Tahap sensori motor 0-2 tahun pada tahap ini belum memasuki usia sekolah dasar. Tahap pra operasional 2-7 tahun anak sudah mampu mengekspresikan
kalimat-kalimat pendek secara efektif. Tahap operasional konkret 7-11 tahun PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
anak sudah mampu memahami aspek-aspek kumulatif materi seperti volume dan jumlah; mempunyai kemampuan memahami cara mengkombinasikan beberapa
golongan benda yang bervariasi tingkatannya. Tahap operasional formal 11-15 tahun peserta didik sudah memiliki kemampuan mengoordinasikan dua ragam
kemampuan kognitif baik secara stimultan serentak maupun berurutan. Pendapat lain dikemukakan oleh Susanto 2013: 70 anak yang berada di sekolah dasar
masih tergolong anak usia dini. Masa usia dini ini merupakan masa yang pendek tetapi merupakan masa yang sangat penting bagi kehidupan seseorang. Siswa
sekolah dasar merupakan masa transisi dari sekolah taman kanak-kanak TK ke
sekolah dasar.
Dari pendapat beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa karateristik siswa SD pada usia 6 atau 7 tahun sampai 12 tahun atau 13 tahun berada pada tahap
operasional konkret, dimana anak masih terikat dengan objek konkret yang dapat ditangkap oleh panca indera. Salah satu pendekatan pembelajaran yang sesuai
dengan tahap operasional konkret adalah pendekatan PMRI.
2.1.5 Pendekatan PMRI
Pendekatan pembelajaran merupakan salah satu cara yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan suatu pembelajaran. Menurut Komalasri 2010: 54
pendekatan diartikan titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandanga tentang terjadinya suatu proses yang
sifatnya masih umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu. Pendekatan
pembelajaran yang dibahas dalam kajian teori ini adalah pendekatan Pendidikan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Matematika Realistik Indonesia PMRI. Uraian dari masing-masing kajian teori mengenai sejarah PMRI, Pengertian PMRI, dan karakteristik PMRI.
2.1.5.1 Sejarah PMRI
Pembaharuan dalam berbagai bidang pendidikan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sesuai selalu dilakukan oleh suatu institusi pendidikan. Salah
satu pembaharuan tersebut dilakukan oleh pendidikan matematika. Suryanto 2010: 37 mengemukakan bahwa pada tahun 1970-an, universitas Utrecht, yang
memiliki lembaga penelitian tentang pendidikan matematika, melakukan upaya pembaharuan pendidikan matematika yang dipelopori oleh Hans Freudental.
Lembaga tersebut diberi nama dengan Freudental Institute, dan karya pembaharuannya diberi nama dengan “Realistic Mathematics Education RME”
yang bertumpu pada realitas dalam kehidupan sehari-hari.
Ada beberapa tantangan yang harus dihadapi sebelum PMRI benar-benar diakui di Indonesia, seperti ketidakpercayaan guru terhadap perubahan hasil
belajar siswa apabila menggunakan pendekatan PMRI, orang tua yang mengeluhkan perubahan pembelajaran, atasan yang hanya beranggapan bahwa
yang penting siswa lulus dengan skor yang baik, dan sikap guru yang tidak mempercayai pemegang otoritas Marpaung, 2008: 7. Tantangan tersebut
sekarang telah terjawab. Kemajuan dan perubahan dalam bidang matematika sudah mulai terlihat, seperti siswa menjadi senang belajar matematika dengan
suasanya belajar yang tidak membuat tegang dan menakutkan, siswa memiliki rasa percaya diri yang lebih tinggi, kerjasama antar siswa dengan siswa atau siswa
dengan guru menjadi meningkat, serta guru juga merasa memiliki tantangan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
tersendiri pada saat melakukan Kegiatan Belajar Mengajar KBM untuk membuat pembelajaran lebih bermakna bagi siswa.
Freudhental Hariyati, Indaryanti, Zulkardi, 2008: 3 mengatakan bahwa, “Matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan
aktivitas manusia.” Pernyataan tersebut memiliki arti bahwa matematika harus dekat dengan kehidupan sehari-hari yang dialami oleh siswa, karena matematika
merupakan aktivitas yang dilakukan oleh manusia. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengadaptasi
Realistic Mathematics Education
RME
dengan nama “Pendidikan Matematika Realistik Indonesia PMRI”. Jadi, dapat dikatakan bahwa Pendidikan Matematika Realistik
Indonesia PMRI adalah pendidikan matematika sebagai hasil adaptasi dari
Realistic Mathematics Education RME
yang telah disesuaikan dengan kondisi
budaya, geografi, dan kehidupan masyarakat Indonesia. Suryanto 2010: 13
mengatakan bahwa “PMRI terbentuk dari usaha sekelompok kecil kelompok awal pendidik matematika di Indonesia yang peduli terhadap masalah-masalah
dalam pendidikan di Indonesia.” Sekelompok kecil pendidik tersebut berasal dari berbagai perguruan tinggi, yaitu ITB, UPI, Unesa, UNY, dan USD. Berbagai
persiapan dilakukan oleh sekelompok kecil tersebut untuk melakukan perpindahan ke arah PMRI. PMRI mulai dikenalkan dan diuji cobakan di Indonesia pada tahun
2000 pada akhirnya tahun 2011 PMRI lahir sebagai suatu gerakan peduli matematika yang mengusahakan peningkatan kualitas pendidikan matematika di
Indonesia. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
2.1.5.2 Pengertian PMRI
Suryanto, dkk 2010: 37 mengungkapakan Pendidikan matematika realalistik Indonesia PMRI adalah pendidikan matematika sebagai hasil adaptasi
dari
realistic mathematics education
yang telah diselaraskan dengan kondisi budaya, geografi, dan kehidupan masyarakat Indonesia. Suryanto 2010: 14 juga
menambahkan pengertian realistik dalam Pendidikan Matematika Realistik bukan hanya karena bahan pelajaran terkait dengan dunia realnyata tetapi karena
tekanannya pada permasalaah yang bagi siswa terasa realnyata. Hal ini berarti bahwa permasalahan tidak hanya dari dunia real siswa tetapi dapat berasal dari
bayangan siswa, sehingga dapat memikirkan masalah tersebut. Seperti halnya yang diungkapan oleh Wijaya 2012: 20 bahwa suatu masalah realistik tidak
harus selalu berupa masalah yang ada di dunia nyata
real world
dan bisa ditemukan dalam kehidupan sehari-hari siswa. Suatu masalah disebut realistik jika
masalah tersebut dapat dibayangkan
imagineable
atau nyata
real
dalam pikiran siswa.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan PMRI adalah pendekatan pembelajaran yang menggunakan benda nyata dan konkret yang ada disekitar
siswa sehingga dapat memecahkan masalah baik itu secara nyata
real
atau dapat dibayangkan
imagineable
2.1.5.3 Karakteristik PMRI
Pendidikan Matematika Realistik mempunyai lima dasar aplikatif, yang sekaligus merupakan karakteristik Pendidikan Matematika Realistik. Kelima
karakteristik itu adalah: penggunaan konteks, penggunaan model untuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
matematisasi progresif, pemanfaatan hasil kontruksi siswa, interaktivitas, dan keterkaitan. Treffers dalam Wijaya, 2012 merumuskan lima karakteristik
pendidikan matematika realistik, yaitu:
1. Penggunaan Konteks
Konteks atau permasalahan realistik digunakan sebagai titik awal pembelajaran matematika. Konteks tidak harus berupa permasalahan di
dunia nyata namun bias dalam bentuk permainan, penggunaan alat peraga, atau situasi lain selama hal tersebut bermakna dan bias dibayangkan dalam
pikiran siswa. Melalui penggunaan konteks siswa dapat dilibatkan secara aktif untuk melakukan kegiatan eksplorasi permasalahan. hasil eksplorasi
ini tidak menemukan hasil akhir dari permasalahn, tetapi untuk mengembangkan berbagai strategi penyelesaian masalah yang bias
digunakan. Manfaat lainnya adalah untuk meningkatkan motivasi dan ketertarikan siswa dalam belajar matematika Kaiser dalam De Lange,
1987. 2.
Penggunaan model untuk matematisasi progresif. Penggunaan model berfungsi sebagai jembatan
bridge
dari pengetahuan dan matematika tingkat konkrit menuju pengetahuan matematika tingkat
formal. Model tidak merujuk pada alat peraga, tetapi merupakan alat “vertikal” dalam matematika yang tidak bias dilepaskan dari proses
matematisasi yaitu matematisasi horizontal dan vertikal. Model tersebuut ada dua yaitu
model of
dan
model for
. 3.
Pemanfaatan hasil konstruksi siswa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Mengacu pada pendapat Freudenthal bahwa matematika tidak diberikan kepada siswa sebagai suatu produk yang siap pakai tetapi sebagai suatu
konsep yang dibangun oleh siswa maka dalam Pendidikan Matematika Realistik siwa ditempatkan sebagai subjek. Siswa memiliki kebebasan
untuk mengembangkan strategi pemecahan masalah sehingga diharapkan akan diperoleh strategi yang bervariasi dan digunakan sebagai landasan
pengembangan konsep matematika. Pemanfaatan hasil kontruksi siswa juga dapat membantu siswa memahami konsep matematika saja tetapi
sekaligus mengembangkan aktivitas dan kreativitas siswa. 4.
Interaktivitas Proses belajar seseorang bukan hanya suatu proses individu melainkan
juga secara bersamaan merupakan suatu proses sosial. Jika siswa saling mengkomunikasikan hasil kerja dan gagasan mereka, maka belajar akan
menjadi lebih singkat dan bermakna. Selain itu, kemampuan afektif dan kognitif siswa akan lebih berkembang secara simultan.
5. Keterkaitan
Konsep-konsep dalam matematika tidak bersifat parsial, namun banyak konsep matematika yang memiliki keterkaitan. Maka konsep matematika
tersebut tidak dikenalkan secara terpisah atau terisolasi satu sama lain. Pendidikan matematika realistik menempatkan keterkaitan dalam proses
matematika. Melalui keterkaitan ini, satu pembelajaran matematika diharapkan bisa mengenalkan dan membangun lebih dari satu konsep
matematika. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Dari pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa karakteristik Pendidikan Matematika Realistik PMRI adalah penggunaan konteks,
penggunaan model untuk matematisasi progresif, pemanfaatan hasil kontruksi siswa, interaktivitas, dan keterkaitan antar topik. Untuk memaksimalkan
pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan PMRI maka peneliti membuat buku ajar yang terdiri dari buku guru dan buku siswa.
2.1.6 Buku Ajar
Buku ajar adalah buku teks yang digunakan sebagai rujukan standar pada mata pelajaran tertentu Akbar, 2013:33. Menurut Kurniasih dan Sani 2014 :60
mengungkapkan bahwa buku ajar yang ditulis oleh seorang penulis atau guru tentulah harus berisikan buah pikirannya. Akan tetapi buku tersebut haruslah
diturunkan dari KD yang tertuang dalam kurikulum, sehingga buku akan memberi
makna sebagai bahan ajar bagi peserta didik yang mempelajarinya.
Berbeda dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional no. 2 tahun 2008 dalam Kurniasih dan Sani, 2014: 66 mengungkapkan bahwa buku teks adalah
buku acuan wajib untuk digunakan dalam satuan pendidikan dasar dan menengah atau perguruan tinggi yang memuat ketakwaan, akhlak mulia, dan kepribadian,
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, peningkatan kepekaan dan kemampuas estetis, peningkatan kemampuan kinestetis dan kesehatan yang
disusun berdasarkan standar nasional pendidikan. Menurut akbar 2013:33 ciri-
ciri buku ajar adalah:
1. Sumber materi ajar
2. Menjadi referensi buku untuk mata pelajaran tertentu
3. Disusun sistematis dan sederhahana
27
4. Disertai petunjuk pembelajaran
Dari pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa buku ajar adalah buku teks yang digunakan untuk pembelajaran dalam suatu mata pelajaran
tertentu. Buku ajar memiliki empat cirri-ciri yaitu, sebagai sumber mata pelajaran lain, dapat menjadi referensi buku untuk mata pelajaran tertentu, disususn secara
sistematis dan sederhana, dan disertai petunjuk pembelajaran. Dalam penelitian ini peneliti mengembangkan buku guru dan buku siswa. Buku guru adalah buku
yang digunakan guru sebagai petunjuk penggunaan buku siswa dan sebagai acuan. Sedangkan buku siswa adalah buku yang digunakan siswa sebagai acuan dalam
pembelajaran.
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan