Pengembangan buku guru dan buku siswa mata pelajaran matematika kelas II Sekolah Dasar dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)

(1)

i

PENGEMBANGAN BUKU GURU DAN BUKU SISWA MATA

PELAJARAN MATEMATIKA KELAS II SEKOLAH DASAR

DENGAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

REALISTIK INDONESIA (PMRI)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh: Nurhayati NIM: 131134164

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(2)

i

PENGEMBANGAN BUKU GURU DAN BUKU SISWA MATA

PELAJARAN MATEMATIKA KELAS II SEKOLAH DASAR

DENGAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

REALISTIK INDONESIA (PMRI)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh: Nurhayati NIM: 131134164

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(3)

(4)

(5)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Allah SWT, Tuhan Yang Mahas Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya selama menyusun skripsi.

2. Kepada Ibu saya Komariyah yang selalu menyayangi, mengasihi dan menasehati ketika saya merasa lelah dan putus asa

3. Kedua kakak saya Paryati dan Ekwanto yang sangat besar bantuannya khususnya penyediaan materi yang lancar sampai saya lulus dan membantu dalam penyusunan produk.

4. Keluarga besar, om, tante, pakdhe, budhe, simbah yang sudah memotivasi agar selalu bersemangat dan segera lulus, serta kakak-kakak dan adik-adik yang selalu menganggu ketika menyusun skripsi.

5. Sahabat Angel dan Desti yang selalu ada untuk saya, membantu dan mensuport saya ketika saya malas.

6. Sahabat terkasih Dwi Wibowo yang selalu memberikan semangat agar cepat menyelesaikan skripsi.

7. Teman-teman terdekat yang selalu berbagi kegembiraan suka dan duka selama kuliah.

8. Teman sepayung PMRI yang selalu memberi arahan dan masukan dalam penyusunan skripsi

9. SD N Plaosan 1 yang memberi ruang dan waktu, terlebih untuk izin, serta bimbingan baik dari kepala sekolah maupun para guru yang telah memberikan segala kebutuhan selama penyusunan skripsi.

10.Almamater, para dosen dan karyawan PGSD USD yang banyak memberi pembelajaran berharga serta pengalaman yang luar biasa.


(6)

v MOTTO

“Hidup itu tantangan jangan pernah menyerah hanya karena

tantangan, justru dengan tantangan itulah kita akan menjadi pribadi

yang lebih baik.”

“Belajar, berdoa dan berusaha”

“Mencintai kegagalan, mengubah ketakutan menjadi kesenangan,

karena orang yang berhasil adalah orang yang paling banyak

mengalami kegagalan”

-Darren Hardy-


(7)

(8)

(9)

viii ABSTRAK

PENGEMBANGAN BUKU GURU DAN BUKU SISWA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS II SEKOLAH DASAR DENGAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA

(PMRI)

NURHAYATI

Universitas Sanata Dharma 2017

Latar belakang masalah penelitian ini adalah adanya keterbatasan buku yang sesuai dengan perkembangan anak sekolah dasar kelas II pada mata pelajaran matematika khususnya materi pengukuran satuan tidak baku dan satuan baku. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses pengembangan buku guru dan buku siswa mata pelajaran matematika kelas II sekolah dasar dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia. serta Mendeskripsikan kualitas produk buku guru dan buku siswa mata pelajaran kelas II sekolah dasar dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia menurut pakar matematika.

Jenis penelitian yang digunakan adalah Research and Development (R & D). Penelitian pengembangan ini dimodifikasi dari tahap –tahap model Sugiyono dan Borg and Gall terdiri dari 5 tahapan yaitu, (1) potensi masalah, (2) desain produk, (3) validasi produk (4) ) instrumen ujicoba (5) uji coba terbatas. Hasil dari penelitian ini adalah berupa buku guru dan buku siswa kelas II sekolah dasar dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). Pengembangan buku guru dan buku siswa menggunakan pendekatan PMRI yang memuat lima karakterisik PMRI yaitu penggunaan konteks, penggunaan model konkrit, konstruksi siswa, interaktivitas, dan keterkaitan.

Kualitas produk yang dikembangkan berdasarkan hasil validasi memperoleh nilai 4.06 untuk buku guru, dan nilai 4.19 untuk buku siswa dari rentangan 1-5. Kedua nilai tersebut masuk dalam kategori “baik”. Selanjutnya produk diujicobakan. Uji coba dilakukan di SDN Plaosan 1. Hal itu ditunjukkan dari hasil prestest dengan rata-rata nilai lima siswa 52 meningkat pada hasil posttest dengan rata-ratanya 77. Sehingga hasil yang diperoleh meningkat sebesar 25 dengan presentase 48% dari hasil pretest dan posttest.

Kata kunci : penelitian dan pengembangan, Pendekatan PMRI, Buku guru, Buku siswa, matematika


(10)

ix ABSTRACT

DEVELOPMENT OF TEACHER’S BOOK AND STUDENT’S BOOK MATHEMATICS SUBJECT FOR SECOND GRADE ELEMENTARY

SCHOOL BASED ON PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) APPROACH

NURHAYATI Sanata Dharma University

2017

The background of this research was from the limited of the teacher’s book and student's book that suitable to the developmental level of second grade elementary school children in mathematics, especially about measuring tool length non standart unit and standart unit. The aim of this research was to describe

the process of development a Third Grade Elementary School’s Teacher’s book and Student’s Book and to describe the qualities of teacher’s book and student’s

book based on PMRI approach.

This research used research and development method. Research and development was modified from 10 stages (by Sugiyono and Borg and Gall) into five stages: 1) the potential for problems, 2) design for product, 3) validation product by experts, 4) test instrument and 5) limited test. Development of

teacher’s book and student’s book used PMRI approach includes five

characteristics: the use of context, the use of models, construction students, interactivity and linkage.

The result of validation of the teacher’s book was “good” with 4.06 average score, while for student's was “good” too with 4.19 average score with a score range 1 – 5, and then the product was to be tried out. The result of the try out pointed, that the product had possitive influence for learning process . It was proved the student's had increased learning result from the grade of 5 student's got 52 in pretest to 77 in posttest average. It had increased 25 or 48 percent before and after to used the productions.

Keywords: research and development, PMRI approach, teacher’s book, student’s book, mathematics.


(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala curahan rahmat, kecerdasan, ketelitian, kesabaran dan kesehatan selama penyusunan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul:

“PENGEMBANGAN BUKU GURU DAN BUKU SISWA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS II SEKOLAH DASAR DENGAN

PENDEKATAN PMRI ”

Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana di Universitas Sanata Dharma, Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang telah terlibat dalam penyusunan skripsi ini, baik melalui bantuan secara langsung, arahan, dukungan, serta motivasi, untuk itu dengan segenap ketulusan dan kerendahan hati peneliti mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rohandi, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Christiyanti Aprinastuti S.Si., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 3. Apri Damai Sagita Krissandi S.S., M.Pd., selaku Wakil Ketua Program

Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Drs. Paulus Wahana M.Hum., selaku dosen pembimbing I dan Andri Anugrahana, S.Pd., M.Pd., selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, petunjuk, dan arahan selama proses penelitian dan penulisan skripsi dari awal hingga selesai.

5. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan berbagai pengalaman, pelajaran dan pendidikannya.

6. Sekertariat PGSD Sanata Dharma yang telah memberikan bantuan kepada peneliti selama kuliah.


(12)

(13)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR BAGAN ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2Identifikasi Masalah ... 5

1.3Batasan Masalah ... 6

1.4Rumusan Masalah ... 6

1.5Tujuan Penelitian ... 6

1.6Manfaat Penelitian ... 7

1.7Definisi Operasional ... 8

1.8Spesifikasi Produk ... 9

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka ... 10


(14)

xiii

2.1.1Matematika ... 10

2.1.1.2 Pengukuran Panjang Satuan Tidak Baku dan Satuan Baku ... 13

2.1.2 Tahap Perkembangan Anak ... 14

2.1.3PMRI ... 13

2.1.3.1 Sejarah PMRI ... 17

2.1.3.2 Karakteristik PMRI ... 18

2.1.3.3 Prinsip PMRI ... 21

2.1.4 Buku Ajar ... 23

2.2 Penelitian Relevan ... 24

2.3 Kerangka Berpikir ... 29

2.4 Pertanyaan Penelitian ... 30

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 31

3.2 Setting Penelitian ... 32

3.2.1 Tempat Penelitian ... 32

3.2.2 Subyek Penelitian ... 32

3.2.3 Obyek Penelitian ... 33

3.2.4 Waktu Penelitian ... 33

3.3 Prosedur Pengembangan ... 33

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 43

3.4.1 Tes ... 43

3.4.2 Non Tes ... 44

3.4.2.1 Wawancara ... 44

3.4.2.2 Kuesioner ... 45

3.5 Instrumen Penelitian ... 46

3.5.1 Soal Tes ... 46

3.5.2 Pedoman Wawancara ... 47

3.6 Teknik Analisis Data ... 50

3.6.1 Tes ... 50

3.6.1.1 Validitas Dan Reliabilitas ... 50


(15)

xiv

3.6.2 Non Tes ... 54

3.6.2.1 Kuesioner ... 54

3.7 Jadwal Penelitian ... 59

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 60

4.1.1. Proses Pengembangan buku guru dan buku siswa dengan pendekatan PMRI 60 a. Situasi Pembelajaran Matematika di Kelas ... 60

b. Pengembangan Produk ... 64

4.1.2 Kualitas buku guru dan buku siswa dengan pendekatan PMRI ... 71

a. Kualitas Produk ... 71

b. Dampak Produk ... 80

4.2 Pembahasan ... 84

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 89

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 90

5.3 Saran ... 91

DAFTAR REFERENSI ... 92

CURICULLUM VITAE ... 95

LAMPIRAN ... 96


(16)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1Kisi-Kisi Soal Pretest Dan Posttest ... 46

Tabel 3.2 Kisi-kisi Wawancara Guru ... 47

Tabel 3.3 Kisi-kisi Wawancara Siswa ... 48

Tabel 3.4 Kisi-kisi Kuesioner Validasi Buku Guru ... 48

Tabel 3.5 Kisi-kisi Kuesioner Validasi Buku Siswa ... 49

Tabel 3.6 Kualifikasi Reliabilitas ... 53

Tabel 3.7 Konversi Data Kuantitatif Ke Data Kualitatif ... 56

Tabel 3.8 Tabel Kriteria Skal a Lima (Sukardjo, 2008: 101) ... 58

Tabel 3.9 Jadwal Penelitian ... 59

Tabel 4.1 Rekapitulasi Hasil Wawancara ... 61

Tabel 4.2 Hasil Validasi Buku Guru ... 72

Tabel 4.3 Kriteria Skala Lima (Sukardjo, 2008: 101) ... 73

Tabel 4.4 Hasil Validasi Buku Siswa ... 74

Tabel 4.5 Rekapitulsi Validitas Soal ... 81

Tabel 4.6 Rekapitulasi Reliabiltas Soal ... 82


(17)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Buku Guru ... 10

Gambar 1.2 Buku Siswa ... 10

Gambar 3.1 Rumus Korelasi Product Moment ... 51

Gambar 3.2 Rumus Alpha Cronbach ... 52

Gambar 3.3 Rumus Penilaian Soal Tes ... 53

Gambar 3.4 Rumus Penilaian Soal Tes ... 54

Gambar 3.5 Rumus Presentase Kenaikan Nilai ... 54

Gambar 3.6 Rumus Perhitungan Nilai Setiap Aspek ... 55

Gambar 3.7 Rumus Nilai Dari Setiap Ahli ... 55

Gambar 3.8 Rumus Nilai Rata-Rata Produk ... 55

Gambar 4.1 Sampul Buku Guru dan Buku Siswa ... 65

Gambar 4.2 (A) Halaman Judul, (B) Kata Pengantar, ... 66

Gambar 4.3 Petunjuk Penggunaan Buku dan Daftar Isi ... 67

Gambar 4.4 Kegiatan Konkrit Buku Siswa ... 67

Gambar 4.5 Kegiatan Konkrit Buku Guru ... 68

Gambar 4.6 Contoh Latihan (Semi Konkrit Menggunakan Gambar) ... 69

Gambar 4.7 Kegiatan Abstrak (A) Buku Guru Dan (B) Buku Siswa ... 70

Gambar 4.8 Revisi 1 ... 75

Gambar 4.9 Rrevisi 2 ... 76

Gambar 4.10 Revisi 3 ... 76

Gambar 4.11 Revisi 4 ... 77

Gambar 4.12 Revisi 5 ... 78

Gambar 4.13 Revisi 6 ... 79


(18)

xvii

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Literature Map dari Penelitian Relevan ... 28 Bagan 3.1 Langkah-Langkah R & D Menurut Sugiyono (2010:408) ... 34 Bagan 3.2 Langkah-langkah R & D Menurut Borg and Gall ... 37 Bagan 3.3 Tahap Penelitian dan Pengembangan Terkait Lima Langkah yang


(19)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Validasi Buku Guru... 96

Lampiran 2. Kuesioner validasi buku siswa ... 98

Lampiran 3. Hasil Valisasi Buku Guru Oleh Ahli 1 ... 100

Lampiran 4. Hasil Validasi Buku Guru Oleh Ahli 2 ... 104

Lampiran 5. Hasil Validasi Buku Siswa Oleh Ahli 1 ... 108

Lampiran 6. Hasil Validasi Buku Siswa Oleh Ahli 2 ... 112

Lampiran 7. Soal dan Kunci Jawaban Soal Pretest dan Posttest ... 116

Lampiran 8. Tabel Validitas Soal Uji Empiris Menggunakan SPSS 22 For Windows ... 122

Lampiran 9. Tabel Reliabilitas Soal Uji Empiris Menggunakan SPSS 22 For Windows ... 126

Lampiran 10. Surat Ijin Penelitian ... 127

Lampiran 11. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 128

Lampiran 12. Surat untuk Validator... 129

Lampiran 13. Dokumentasi ... 130

Lampiran 14. Rencana pelaksanaan pembelajaran ... 132

Lampiran 15. Pedoman Wawancara Guru ... 139


(20)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

Bab pendahuluan memuat delapan hal yang dibahas. Delapan hal tersebut adalah latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan masalah, manfaat penelitian, spesifikasi produk, dan definisi operasional.

1.1Latar Belakang

Matematika adalah bahasa numerik yang melambangkan serangkaian hitungan dari pertanyaan yang ingin disampaikan (Wahana, 2010: 115). Matematika menurut Kline (dalam Runtukahu, 2014: 50) adalah pengetahuan yang tidak berdiri sendiri, tetapi dapat membantu manusia untuk memahami dan memecahkan permasalahan sosial, ekonomi dan alam. Sedangkan menurut Reys dkk (dalam Runtukahu, 2014: 50) mengatakan bahwa matematika adalah studi tentang pola dan hubungan cara berpikir dengan strategi organisasi, analisis dan sintesis, seni, bahasa, dan alat untuk memecahkan masalah abstrak dan praktis. Tujuan dari pembelajaran matematika di sekolah dasar adalah 1)menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung (menggunakan bilangan) sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari, 2)menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan matematika, 3)membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin (Soedjadi, 2000: 44).


(21)

2 Dalam mempelajari matematika dibutuhkan proses belajar yang baik. Menurut Cronbach (dalam Yamin, 2015: 11) belajar ditunjukkan dengan adanya perubahan-perubahan sikap sebagai hasil pengalaman. Spears (dalam Yamin, 2015: 11) belajar dimulai dari kegiatan mengamati, membaca, meniru, mencoba sendiri, mendengarkan, dan mengikuti perintah. Anak usia SD yaitu umur 7-12 tahun, masuk dalam tahap perkembangan anak tahap operasional konkret. Objek-objek matematika perlu diwujudkan secara lebih konkret, sehingga memudahkan siswa dalam memahaminya (Soedjadi, 2000: 7). Proses belajar ini dapat dilakukan untuk memahami berbagai materi dalam matematika di SD.

Faktor yang mempengaruhi dalam proses belajar ialah faktor intern dan faktor ekstern (Slameto, 2010: 55). Faktor intern adalah faktor yang muncul dari dalam diri seseorang. Sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang muncul dari luar diri seseorang. Faktor ekrtern yaitu ada keluarga, sekolah, dan masyarakat. Lingkungan keluarga berupa cara mendidik, relasi anatara anggota keluarga, suasana rumah tangga, dan keadaan ekonomi. Faktor ekstern yang kedua adalah faktor sekolah. Di dalam sekolah terdapat cara mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran, gedung, metode belajar, dan tugas rumah. Sedangkan faktor yang ketiga adalah faktor masyarakat yaitu kegiatan siswa di masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat. Seorang anak akan dapat belajar dengan baik ketika semua aspek itu berada dalam keadaan yang baik. Jika salah satu faktor tidak terpenuhi maka akan mengganggu proses belajar


(22)

3 siswa. Selanjutnya dihadapkan pada realitas kehidupan untuk menemukan masalah hitungan dan penyelesaiannya.

Berdasarkan hasil analisis kebutuhan yang telah dilakukan oleh peneliti, proses belajar matematika di 4 SD wilayah Sleman Barat yang meliputi SDN Plaosan 1, SDN Plaosan 2, SDN Susukan, dan SDK Jetis Depok terdapat faktor-faktor belajar yang memiliki kekurangan. Peneliti melakukan wawancara pada bulan September 2016 pada kelas II SD. Hasil wawancara yang peneliti lakukan pada guru dan siswa di 4 SD, peneliti mendapatkan data bahwa guru menggunakan alat peraga pembelajaran hanya pada satu atau dua materi saja, sehingga belum terpenuhi jika harus semua materi diajarkan dengan alat peraga. Hal ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam memahami sebuah materi. Guru jarang menggunakan alat peraga dalam pembelajaran karena mengalami kesulitan dalam mencari referensi alat peraga yang ada di sekitar anak. Buku yang digunakan saat ini tidak memberikan referensi alat-alat peraga yang mungkin bisa digunakan oleh guru. Oleh karena itu, proses belajar dapat dikatakan terganggu karena ada faktor alat pelajaran yang kurang memadai.

Wawancara tidak berhenti pada alat pelajaran yang digunakan saja. Guru mengatakan bahwa materi yang diajarkan pada siswa tidak semuanya dapat diajarkan atau diterima oleh siswa dengan mudah. Saat peneliti melakukan wawancara ternyata guru mengatakan bahwa materi pengukuran panjang satuan baku dan tidak baku sudah diajarkan menggunakan media tetapi guru merasa kesulitan dalam memberikan pemahaman pada siswa mengenai perbedaan satuan


(23)

4 baku dan satuan tidak baku secara mendalam kepada siswa. Setelah saya melakukan wawancara pada siswa mengenai materi tersebut, siswa juga mengatakan bahwa dia belum memahami perbedaan satuan baku dan satuan tidak baku. Hal ini dapat terlihat juga saat peneliti mencoba memberikan pertanyaan pancingan kepada mereka mengenai pemahaman satuan baku dan tidak baku. Siswa ternyata belum bisa menjawab dengan tepat.

Salah satu pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan buku di sekolah dasar wilayah Sleman Barat ini adalah pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) adalah Pendidikan Matematika sebagai hasil adaptasi dari Realistic Mathematics Education yang telah diselaraskan dengan kondisi budaya,

geografi, dan kehidupan masyarakat Indonesia (Suryanto, 2010: 37). Pendekatan PMRI ini menumbuhkan suatu kebermaknaan pada pembelajaran melalui pengalaman nyata yang terdapat pada kehidupan sehari-hari (Wijaya, 2012:20). Pendapat mengenai pendekatan PMRI tersebut dapat memberikan gambaran bahwa pendekatan tersebut dapat membantu memecahkan masalah tentang buku yang belum memberikan referensi alat-alat peraga yang dapat digunakan di sekolah yang mudah ditemui oleh guru maupun siswa. Selain alat peraga, kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan pendekatan PMRI ini selalu memperhatikan lima karakteristik PMRI, sehingga siswa akan lebih mudah dalam memahami sebuah materi.

Berdasarkan paparan di atas peneliti akan melaksanakan penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D) yang berjudul


(24)

5

“Pengembangan Buku Guru dan Buku Siswa Mata Pelajaran Matematika Kelas II

Sekolah Dasar dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia

(PMRI)”. Penelitian dan pengembangan ini merupakan salah satu upaya

melakukan inovasi pembelajaran. Peneliti mengembangkan alat pembelajaran dengan serangkaian uji coba untuk menguji kualitas produk yang dibuat.

Pengembangan buku guru dan buku siswa dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) disesuaikan dengan materi di SD. Peneliti memilih SDN Plaosan 1 yang beralamat di Plaosan, Tlogoadi, Mlati, Sleman, sebagai sampel uji coba lapangan terbatas. Materi matematika yang digunakan dibatasi pada Standar Kompetensi “2. Menggunakan pengukuran waktu, panjang dan berat dalam pemecahan masalah”, dengan Kompetensi Dasar “2.2 Menggunakan alat ukur panjang tidak baku dan baku yang sering digunakan”. Peneliti mengambil 5 siswa di kelas II sebagai responden. Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2015/2016 yang berfokus pada mata pelajaran matematika khususnya materi pengukuran panjang satuan baku dan tidak baku. Tujuan pengembangan buku guru dan buku siswa ini adalah sebagai sumbangan ilmu terhadap pendidikan di Indonesia tentang pengembangan alat pembelajaran yang telah diuji secara ilmiah untuk mengetahui kualitas buku tersebut.

1.2Identifikasi Masalah

Permasalah yang akan diselesaikan pada penelitian ini :

1. Kurangnya alat pembelajaran yang dapat menunjang keberhasilan belajar siswa di sekolah.


(25)

6 2. Menyelesaikan masalah mengenai materi yang sulit untuk dipahami

siswa mengenai pengukuran panjang satuan baku dan tidak baku.

3. Pengadaan buku dalam pembelajaran untuk mempermudah proses belajar dan mengajar.

1.3Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada pengembangan buku guru dan buku siswa mata pelajaran matematika materi pengukuran panjang satuan tidak baku dan baku kelas II dengan menggunakan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI).

1.4Rumusan Masalah

1.4.1 Bagaimana proses pengembangan buku guru dan buku siswa kelas II sekolah dasar dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia?

1.4.2 Bagaimana kualitas buku guru dan buku siswa kelas II sekolah dasar dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia?

1.5Tujuan Penelitian

1.5.1 Mendeskripsikan proses pengembangan buku guru dan buku siswa kelas II sekolah dasar dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia.


(26)

7 1.5.2 Mendeskripsikan kualitas buku guru kelas II sekolah dasar dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia menurut pakar matematika.

1.6Manfaat Penelitian 1.6.1 Bagi Siswa

Bagi siswa agar lebih mudah memahami materi melalui kegiatan belajar dan media pembelajaran yang dekat dengan mereka sesuai buku siswa yang telah dibuat dengan memasukkan kharakteristik PMRI di dalamnya pada materi matematika khususnya pengukuran panjang satuan baku dan tidak baku kelas II. 1.6.2 Bagi Guru

Bagi guru agar lebih mudah dalam menyampaikan materi melalui buku guru yang telah dibuat lebih detail dari pada buku siswa mengenai materi matematika khususnya pengukuran panjang satuan baku dan tidak baku kelas II dengan menggunakan pendekatan PMRI.

1.6.3 Bagi peneliti

Bagi peneliti agar memiliki pengalaman melakukan penelitian Research and Development (R&D) khususnya mengetahui kebutuhan buku guru dan buku siswa mengenai materi matematika khususnya pengukuran panjang satuan baku dan tidak baku dengan pendekatan PMRI pada kelas II.


(27)

8 1.7Definisi Operasional

1. Matematika adalah adalah ilmu pengetahuan tentang bilangan yang melambangkan serangkaian hitungan dengan numerik atau angka yang berfungsi sebagai sebagai alat, pola pikir, dan ilmu atau pengetahuan yang dapat digunakan untuk membantu siswa menyelesaikan masalah matematika dalam kehidupan sehari-hari.

2. Satuan tidak baku adalah satuan yang tidak ditetapkan sebagai satuan pengukuran secara umum.

3. Satuan baku adalah satuan yang ditetapkan sebagai satuan yang ditetapkan sebagai satuan pengukuran secara umum (internasional).

4. Siswa SD adalah anak-anak sekolah dasar yang berusia sekitar 7-12 tahun yang mengikuti pembelajaran di lembaga formal (tahap operasional konkret). 5. Pendidikan matematika realistik Indonesia adalah Pendidikan Matematika

sebagai hasil adaptasi dari Realistic Mathematics Education yang telah diselaraskan dengan kondisi budaya, geografi, dan kehidupan masyarakat Indonesia.

6. Buku guru adalah petunjuk penggunaan Buku Siswa dan sebagai acuan kegiatan pembelajaran di kelas.

7. Buku siswa adalah buku panduan sekaligus buku aktivitas yang akan memudahkan para siswa terlibat aktif dalam pembelajaran.


(28)

9 1.8Spesifikasi produk

1. Produk yang dikembangkan buku ini adalah buku guru dan buku siswa dengan pendekatan PMRI. Buku siswa memuat materi mengenai pengukuran panjang satuan baku dan tidak baku dengan memperhatikan kharakteristik PMRI pada setiap langkah-langkah kegiatan pembelajaran dan media yang digunakan. Buku guru memiliki isi yang hampir sama dengan buku siswa namun ada beberapa penjelasan tambahan pada setiap langkah kegiatannya sebagai referensi dan pengingat agar pembelajaran dapat berjalan dengan lebih baik. Selain itu, pada buku guru diberikan catatan mengenai karakteristik PMRI yang digunakan dalam setiap langkah kegiatannya.

2. Ukuran buku guru dan buku siswa adalah sama. Buku guru menjelaskan langkah-langkah yang lebih rinci dari buku siswa dan referensi alat peraga lain yang dapat digunakan untuk mempermudah pemahaman siswa. Meskipun ada penjelasan yang lebih lengkap, tetapi halaman penulisannya tetaap sama seperti di buku siswa. Hal inilah yang membuat ukuran kedua buku ini sama. Panjang buku siswa adalah 29,4 cm lebar buku adalah 21 cm dan tebalnya 0,2 cm. Sehingga ukuran buku adalah 29,4 cm x 21 cm x 0,2 cm

3. . Komponen dari buku guru dan buku siswa ini hampir sama. Halaman paling depan adalah sampul, kemudian ada halaman judul, kata pengantar, petunjuk penggunaan buku, daftar isi. Pada bagian isi berisi 2 subbab utama yaitu kegiatan pada pengukuran dengan satuan tidak baku dan pengukuran pada satuan baku. Berisi kegiatan-kegiatan pembelajaran yang membantu dalam


(29)

10 pemahaman materi. Selanjutnya dibagian akhir ada daftar pustaka dan daftar riwayat hidup penulis.

Gambar. 1.1 Buku guru Gambar. 1.2 Buku siswa 21 cm

29.4 cm


(30)

11 BAB 2

LANDASAN TEORI

Bab ini membahas (1) kajian pustaka, (2) kerangka berpikir, (3) pertanyaan penelelitian.

2.1Kajian Pustaka 2.1.1 Matematika

Salah satu mata pelajaran wajib yang dipelajari oleh siswa sekolah dasar adalah matematika. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi (Soedjadi, 2000: 11). Matematika adalah bahasa numerik yang melambangkan serangkaian hitungan dari pertanyaan yang ingin disampaikan (Wahana, 2010: 115). Fungsi dari mata pelajaran matematika adalah sebagai alat, pola pikir, dan ilmu atau pengetahuan. Pertama, fungsi sebagai alat artinya matematika sebagai penghubung suatu informasi tertentu. Informasi yang dihubungkan dalam matematika seperti melalui tabel dalam model matematika. Kedua, fungsi sebagai pola pikir artinya matematika dapat membentuk pola pikir dalam memahami suatu pengertian dan penalaran tertentu. Ketiga, fungsi sebagai ilmu atau pengetahuan, artinya matematika selalu mencari kebenaran serta meralatnya sebagai usaha mengembangkan pengetahuan.

Lerner & Reys mengatakan bahwa matematika tidak dapat disamakan dengan berhitung atau aritmatika. Aritmatika dan berhitung adalah pengetahuan tentang bilangan dan merupakan bagian dari matematika (Runtukahu, 2014: 15).


(31)

12 Pengertian matematika tidak dapat dijelaskan secara pasti. Namun ada beberapa pendapat yang mengemukakan tentang pengertian matematika. Beberapa pengertian dalam buku karangan Runtukahu memuat tentang pengertian matematika yaitu oleh Johnson & Rising (1972) mengatakan bahwa matematika adalah pengetahuan terstruktur, dimana sifat dan teorinya dibuat secara deduktif berdasarkan unsur-unsur yang didefinisikan atau tidak didefinisikan dan berdasarkan aksioma, sifat atau teori yang telah dibiktukan kebenarannya. Kemudian Beth & Piaget (1956) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan matematika adalah pengetahuan yang berkaitan dengan berbagai struktur abstrak dan hubungan antar-struktur tersebut sehingga terorganisasi dengan baik. Sementara Kline (1972) mengatakan bahwa matematika adalah pengetahuan yang tidak dapat berdiri sendiri, tetapi dapat membantu manusia unuk memahami dan memecahkan permasalahan sosial, ekonomi, dan alam. Berdasarkan beberapa pendapat ahli tentang matematika tersebut, maka peneliti dapat menyatakan bahwa matematika adalah pengetahuan yang berkaitan dengan permasalahan sosial, ekonomi dan alam serta dapat dibuktikan kebenarannya.

Matematika di SD kebanyakan memusatkan pada keterampilan berhitung (penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian bilangan bulat, pecahan dan decimal) sehingga ketika anak sudah menguasai hal itu, maka dianggap siswa telah menguasai matematika. Objek-objek matematika perlu diwujudkan secara lebih konkret, sehingga memudahkan siswa dalam memahaminya (Soedjadi, 2000: 7). Hal-hal yang bersifat abstrak dan sulit dibayangkan oleh siswa dapat dibantu dengan media pembelajaran yang ditemukan di lingkungan sekitar siswa.


(32)

13 Pembelajaran yang terjadi juga menciptakan suatu interaktivitas, sehingga setiap siswa dapat terlibat aktif di dalamnya. Tujuan dari pembelajaran matematika di sekolah dasar adalah 1)menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung (menggunakan bilangan) sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari, 2)menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan matematika, 3)membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin (Soedjadi, 2000: 44).

Berdasarkan paparan di atas, pengertian matematika adalah adalah ilmu pengetahuan tentang bilangan yang melambangkan serangkaian hitungan dengan numerik atau angka yang berfungsi sebagai sebagai alat, pola pikir, dan ilmu atau pengetahuan yang dapat digunakan untuk membantu siswa menyelesaikan masalah matematika dalam kehidupan sehari-hari.

2.1.1.1Pengukuran Panjang Satuan Tidak Baku dan Satuan Baku

Pengukuran panjang di kelas II adalah mengenai pengukuran satuan tidak baku dan satuan baku. Satuan tidak baku contohnya adalah jengkal, depa, hasta, atau bisa juga menggunakan benda-benda yang ada di sekitar yang sama besarnya atau panjangnya. Kemudian satuan baku dapat berupa penggaris dan metlin (Purnomo, 2008: 52). Pada kelas II alat ukur yang digunakan untuk mengukur panjang baru sebatas itu saja.

Satuan panjang tidak baku dapat disebutkan dengan menggunakan nama alat yang digunakan. Misal mengukur menggunakan jengkal berarti jengkal adalah alat sekaligus satuannya. Apabila menggunakan alat lain maka alat tersebut


(33)

14 juga merupakan satuannya. Hal ini tidak berlaku pada pengukuran panjang satuan baku. Satuan panjang yang baku adalah cm (centimeter) dan m (meter) (Purnomo,

2008: 52). “100 cm sama dengan 1 m”, konsep itulah yang perlu diajarkan pada

siswa. Alat ukur baku akan menghasilkan perhitungan yang sama disemua tempat dan oleh siapa saja yang mengukur (Mustoha, 2008: 95).

Selain mengukur panjang menggunakan alat, pada bab ini siswa juga diajari dalam menaksir tinggi atau panjang suatu benda. Membandingkan tinggi rendahnya suatu benda, panjang pendeknya dan mengurutkan panjang benda dari terpanjang ke terpendek atau sebaliknya.

2.1.2 Tahap Perkembangan Anak

Perkembangan dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan dalam diri individu atau organisme, baik fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah) menuju tingkat kedewasaan atau kematangan yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan (Yusuf & Sugandhi, 2011:1). Perkembangan dapat juga diartikan sebagai proses perubahan kuantitatif dan kualitatif individu dalam rentang kehidupannya, mulai dari masa konsepsi, masa bayi, masa kanak-kanak, masa anak, masa remaja, sampai masa dewasa (Yusuf & Sugandhi,2011:1).

Piaget menyebutkan bahwa perkembangan kognitif anak-anak berjalan melalui sebuah rangkaian tetap (Schunk, 2012: 332). Pola operasi yang dilakukan anak-anak dilakukan sebagai sebuah level atau tahapan. Beberapa tahapan yang dikemukakan Piaget adalah sebagai berikut


(34)

15 1. Tahap Sensorimotor

Pada tahapan ini anak berusia dari lahir sampai 2 tahun, dalam tahapan ini tindakan-tindakan anak secara spontan dan menunjukkan usaha untuk memahami dunia. Pemahaman bersumber dari tindakan di saat sekarang.

2. Tahap Pra-operasional

Usia anak dalam tahapan ini adalah 2-7 tahun. Pada tahapan ini anak-anak mampu membayangkan masa mendatang dan berpikir tentang masa yang telah lewat, meskipun persepsi mereka masih sangat berorientasi pada masa sekarang. Mereka juga belum mampu berpikir dengan lebih dari satu dimensi pada satu saat. Anak-anak pada tahapan pra-operasional memperlihatkan ireversibilitas, yaitu ketika sesuatu telah dilakukan, sesuatu tersebut tidak dapat diubah. Mereka kesulitan untuk membedakan antara fantasi dan kenyataan. Tahapan ini adalah periode perkembangan bahasa yang pesat. Karakteristik lainnya adalah anak-anak menjadi lebih tidak egosentris. Mereka menyadari bahwa orang-orang lain mungkin berpikir dan merasakan hal yang berbeda dengan yang mereka pikirkan dan rasakan.

3. Tahap Operasional Konkret

Usia anak dalam tahapan ini adalah 7 sampai 11 tahun. Tahapan Operasional Konkret ditandai dengan pertumbuhan kognitif yang luar biasa dan merupakan tahapan formatif dalam pendidikan sekolah, karena ini masanya bahasa dan penguasaan ketrampilan-ketrampilan dasar anak-anak bertambah cepat secara dramatis. Anak-anak mulai menunjukkan beberapa pemikiran abstrak meskipun biasanya didefinisikan dengan karakter-karakter atau tindakan-


(35)

16 tindakan. Anak-anak pada tahapan Operasional Konkret memperlihatkan pikirannya yang sudah tidak egosentris, dan bahasa yang digunakan semakin bersifat sosial. Cara berpikir anak-anak dalam tahapan ini tidak lagi didominasi oleh persepsi, anak-anak dapat menggunakan pengalaman mereka sebagai acuan dan tidak selalu bingung dengan apa yang mereka pahami.

4. Tahap Operasional Formal

Usia anak dalam tahapan operasional formal adalah 11 tahun sampai dewasa. Tahapan operasional formal mengembangkan pikiran operasional konkret. Pikiran anak-anak pada tahapan ini tidak lagi hanya terfokus pada hal-hal yang dapat dilihat, anak-anak mampu berpikir tentang situasi-situasi hipotesis atau pengandaian. Egosentrisme muncul pada diri remaja dimana mereka membandingkan antara kenyataan dan kondisi ideal sehingga mereka sering memperlihatkan cara berpikir yang idealistik.

Berdasarkan tahap perkembangan kognitif anak menurut Piaget, anak usia Sekolah Dasar (SD) kelas II berada pada tahap operasional konkret yaitu usia 7 sampai 11 tahun. Anak usia Sekolah Dasar sudah memiliki kemampuan untuk berpikir melalui urutan sebab akibat dan mulai mengenali banyaknya cara yang bisa ditempuh dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya. Anak-anak mulai menunjukkan beberapa pemikiran abstrak meskipun biasanya didefinisikan dengan karakter-karakter atau tindakan-tindakan. Penting bagi seorang pendidik untuk mampu mengetahui tahapan perkembangan anak didiknya. Pendidik harus dapat memilih atau menggunakan metode dan media pembelajaran yang sesuai


(36)

17 dengan tahap perkembangan anak yaitu konkret. Hal ini yang mendukung peneliti untuk melakukan penelitian menggunakan pendekatan PMRI.

2.1.3 Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) 2.1.3.1Sejarah PMRI

Matematika merupakan suatu bentu aktivitas manusia merupakan pernyataan Hans Freudental yang melandari pengembangan Pendidikan Matematika Realistik (Realistic Matemathics Educations) (Wijaya, 2012:28). Dalam buku Sejarah Pendidikan Matematika Realistik Indonesia yang disusun oleh Suryanto dkk tahun 2010 dijelaskan bahwa PMRI diadaptasi dari Pendidikan Matematika Realistik yang dikembangkan di Belanda (institut Freudenthal, Universitas Utrect). PMRI di Indonesia telah disesuaikan dengan khas budaya Indonesia. Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) adalah Pendidikan Matematika sebagai hasil adaptasi dari Realistic Mathematics Education yang telah diselaraskan dengan kondisi budaya, geografi, dan kehidupan masyarakat Indonesia (Suryanto, 2010:37).

PMRI bermula dari sebuah usaha sekelompok kecil pendidik matematika di Indonesia yang peduli terhadap masalah-masalah pendidikan matematika di Indonesia. Pendidik tersebut berasal dari 5 universitas besar yang ada di Indonesia yaitu ITB, UPI, Unesa, UNY dan USD. PMRI mulai dikembangkan setelah Matematika modern di tinggalkan. Kelompok kecil berusaha untuk memonitor perkembangan matematika di dunia internasional melalui kunjungan luar negeri dan konferensi internasional yang diorganizir oleh International Commission on Mathematical Instruction (ICMI). Salah satu konferensi yang sangat berpengaruh


(37)

18 terhadap lahirnya PMRI di Indonesia adalah konferensi yang dilaksanakan di Sanghai bulan Agustus 1994 dengan salah satu plenary lecture oleh Dr. Jan de Lange dari Institute Freudenthal, Universitas Utrect di Belanda yang menyajikan makalah dengan judul : Mathematics Education Toward 2000. Inti dari makalah tersebut adalah mengenai pemakaian pendidikan matematika realistik yang digunakan di Belanda. Dari sinilah maka RME (Realistic Mathematics Education) menjadi salah satu pertimbangan dalam usaha memperbaiki pendidikan matematika di Indonesia. Jadi PMRI berkembang di Indonesia setelah tahun 2000.

Freudenthal mengatakan bahwa matematika sebaiknya diajarkan dengan mengaitkannya dengan realitas pengalaman siswa serta relecan dengan masyarakat. Kegiatan dan bahan pembelajarannya disusun sedemikian rupa

sehingga siswa dapat berpeluang untuk “menemukan kembali” (guide re-invention) matematika. Ada dua jenis matematisasi yang dirumuskan yaitu matematisasi horizontal dan matematisasi vertikal. Matematisasi horizontal adalah merumuskan simbol-simbol matematika dari masalah kehidupan sehari-hari siswa. Sedangkah matematisasi vertikal adalah memecahkan masalah yang dirumuskan dengan symbol secara matematika.

2.1.3.2Karakteristik PMRI

Pendidikan Matematika Realistik mempunyai 5 karakteristik yang dikemukakan oleh Treffers tahun 1987 (dalam Wijaya, 2012: 21-26). Kelima karakteristik itu adalah: menggunakan konteks, menggunkan model,


(38)

19 menggunakan kontribusi siswa, menggunakan format interaktivitas, dan memanfaatkan keterkaitan antartopik.

1. Menggunakan konteks

Konteks yang digunakan dalam pembelajaran adalah konteks yang nyata atau yang bisa dibayangkan oleh siswa. Melalui penggunaan konteks, siswa dilibatkan aktif untuk melakukan kegiatan eksplorasi permasalahan. Kegiatan ini dilakukan setiap hari. Konteks yang digunakan dalam pembelajaran matematika ini adalah konteks yang ada di Indonesia. Karena sesuai dengan tempat anak belajar.

2. Menggunakan model

Penggunaan model berfungsi sebagai jembatan (bridge) dari pengetahuan dan matematika tingkat konkrit menuju matematika tingkat formal. Model buka

merujuk pada alat peraga melainkan suatu alat “vertical” dalam matematika yang

tidak dapat terlepas dari proses matematisasi. Karena model adalah proses transmisi antara pemikiran siswa dari tahap konkret, semi konkret dan menuju abstrak. Secara umum ada 2 macam model dalam PMRI yaitu model yang serupa atau mirip dengan masalah nyatanya, yaitu disebut “model of” dan dapat pula berupa model yang sudah lebih umum, yang mengarahkan siswa ke pemikiran

abstrak atau matematika formal, yaitu disebut “model for”. 3. Menggunakan kontribusi siswa

Dalam pembelajaran perlu sekali diperhatikan sumbangan atau kontribusi siswa, yang berupa ide, atau variasi jawab, atau variasi cara pemecahan masalah. Kontribusis siswa itu dapat memperbaiki atau memperluas konstruksi yang perlu


(39)

20 dilakukan atau produksi yang perlu dihasilkan sehubungan dengan pemecahan masalah kontekstual.

4. Interaktivitas

Proses belajar seseorang bukan hanya suatu proses individu melainkan secara bersamaan sehingga disebut suatu proses sosial. Proses sosial dapat terjadi jika adanya interaktsi antara siswa satu dengan yang lain da nada suatu aktivitas yang dilakukan oleh mereka. Bentuk interaksi itu dapat juga macam- macam, misalnya diskusi, negoisasi, memberi penjelasan atau komunikasi, dsb.

5. Memanfaatkan keterkaitan antar topik

Dalam pembelajaran matematika perlu disadari bahwa matematika adalah suatu ilmu yang terstruktur, dengan konsistensi yang ketat. Keterkaitan antara topik, konsep, operasi dsb sangat kuat, sehingga sangat dimungkinkan adanya integrasi antar topik- topik. Pendidikan Matematika Realistik menempatkan keterkaitan (intertwining) antar konsep matematika sebagai hal yang harus dipertimbangkan dalam proses pembelajaran.

Kelima karateristik tersebut harus muncul dalam buku yang akan dibuat oleh peneliti, sehingga peneliti harus memperhatikan lebih detail mengenai kegiatan pembelajaran yang akan disusun dalam produk yang dibuat. Jadi dalam pembelajaran peneliti wajib menggunakan karakteristik menggunakan konsep, interaktivitas, penggunaan model, adanya kontribusi dari siswa dan ada keterkaitan atar topik yang dibahas (intertwining). Agar produk yang dibuat sesuai dengan PMRI dan dapat digunakan secara maksimal.


(40)

21 2.1.3.3Prinsip PMRI

Suryanto (2010:42-43) PMRI memiliki beberapa prinsip yang merupakan dasar teoritis PMR. Prinsip-prinsip tersebut adalah:

1. Guided Reinventing (Penemuan kembali secara terbimbing) dan Progressive Mathematization (Matematisasi progresif)

Prinsip Guided Re-invention ialah penekanan pada penemuan

kembali secara terbimbing. Melalui masalah konstektual yang realistik (yang dapat dibayangkan atau dipahami oleh siswa), yang mengandung topik-topik matematis tertentu yang disajikan, siswa diberi kesempatan untuk membangun dan menemukan kembali ide-ide dan konsep-konsep matematis. Jadi pembelajaran tidak diwali dengan pemberitahuan tentang

“ketentuan” atau “pengertian” atau “nama objek matematis” yang diikuti

dengan contoh-contoh serta penerapannya tetapi justru dimulai dengan masalah kontekstual yang realistik, dan selanjutnya melalui aktivitas siswa diharapkan dapat menemukan kembali pengertian, sifat meski dalam bahasa informal.

2. Didactical Phenomenology (Fenomenologi Didaktis)

Prinsip ini menekankan pada fenomena pembelajaran yang bersifat mendidik dan menekankan pentingnya masalah kontekstual untuk memperkenalkan topic-topik matematika kepada siswa. Pemilihan masalah kontekstual harus disesuaikan dengan mempertimbangkan aspek kecocokan dalam pembelajaran dan spek kecocokan dengan proses reinvention. Proses reinvention adalah konsep, aturan, cara, atau sifat


(41)

22 termasuk model matematisyang harus ditemukan oleh siswa. Tetapi perlu ditekankan tujuan utama pembelajaran dalam PMR yaitu lebih menekankan pada pengalaman belajar yang bermakna atau proses belajar yang bermakna serta sikap positif terhadap matematika bukan hanya diketahuinya tentang konsep atau rumus bahakan jumlah soal yang dikerjakan oleh siswa.

3. Self- developed model (Membangun sendiri model)

Prinsip ketiga menunjukkan adanya fungsi jembatan yang berupa model. Karena bermula dari masalah kontekstual dan akan menuju pada matematika formal yang akan diselesaikan oleh siswa dengan kebebasannya, maka siswa akan mengembangkan model sendiri untuk menyelesaikan masalahnya. Di sini terdapat “model of” yang sifatnya

masih dapat diesbut “matematika informal” model ini masih sederhana dan masih mirip dengan masalah kontekstualnya. Selanjutnya “model for”

adalah model yang memiliki sifat umum yaitu melalui generalisasi atau formalisasi dapat mengembangkan model yang lebih umum, yang mengarah ke matematika formal.

Dari pendapat ahli tersebut, dapat dilihat bahwa prinsip Pendidikan Matematika Realistik (PMRI) berupa Guided Reinventing (Penemuan kembali secara terbimbing) dan Progressive Mathematization (Matematisasi progresif), Didactical Phenomenology (Fenomenologi Didaktis), dan Self- developed model (Membangun sendiri model)


(42)

23 2.1.4 Buku Ajar

Buku Ajar adalah buku teks yang digunakan sebagai rujukan standar pada mata pelajaran tertentu (Akbar, 2013: 33). Berbeda dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional no. 02 tahun 2008 (dalam Kurniasih, 2014: 66) mengungkapkan bahwa buku teks adalah buku acuan wajib untuk digunakan dalam satuan pendidikan dasar dan menengah atau perguruan tinggi yang memuat ketakwaan, akhlak mulia, dan kepribadian, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, peningkatan kepekaan dan kemampuas estetis, peningkatan kemampuan kinestetis dan kesehatan yang disusun berdasarkan standar nasional pendidikan. Kurniasih dan Sani (2014: 60) mengungkapkan bahwa buku ajar yang ditulis oleh seorang penulis atau guru tentulah harus berisikan buah pikirannya. Akan tetapi buku tersebut haruslah diturunkan dari KD yang tertuang dalam kurikulum, sehingga buku akan memberi makna sebagai bahan ajar bagi peserta didik. Menurut Akbar (2013 : 33) ciri-ciri buku ajar adalah:

1. Sumber materi ajar

2. Menjadi referensi buku untuk mata pelajaran tertentu 3. Disusun sistematis dan sederhahana

4. Disertai petunjuk pembelajaran

Berdasarkan paparan di atas, dapat dikatakan bahwa buku ajar adalah buku yang ditulis oleh penulis atau guru yang berisi buah pikirannya berdasarkan standar pendidikan sehingga dapat digunakan dalam satuan pendidikan. Buku guru adalah petunjuk penggunaan Buku Siswa dan sebagai acuan kegiatan pembelajaran di kelas (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan,


(43)

24 2014). Buku siswa adalah buku panduan sekaligus buku aktivitas yang akan memudahkan para siswa terlibat aktif dalam pembelajaran (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014). Berdasakan paparan di atas dapat di ketahui bahwa buku guru dan buku siswa adalah salah satu buku teks yang memiliki tujuan untuk mempermudah guru dan siswa dalam melakukan kegiatan belajar mengajar. Guru biasanya saat merencanakan kegiatan melihat dari buku paket yang digunakan secara bersama antara guru dan siswa. Sehingga tidak ada panduan khusus bagi guru untuk melihat referensi kegiatan atau media lain yang dapat digunakan. Melalui penelitian dan pengembangan ini diharapkan dapat membantu guru dalam menyiapkan pembelajaran yang lebih baik agar dapat membantu siswa dalam memahami materi-materi yang sulit.

2.2Hasil Penelitian Relevan

Mayasari (2014) meneliti peningkatan kreativitas dan prestasi belajar matematika siswa kelas III SD Negeri 1 Kebondalem Lor dengan menggunakan pendekatan PMRI. Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui penerapan pendekatan PMRI dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan kreativitas dan prestasi belajar siswa kelas IIIA SD Negeri 1 Kebondalem Lor. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dalam 1 siklus. Subjek penelitian adalah siswa kelas IIIA SD Negeri 1 Kebondalem Lor yang berjumlah 25 siswa. Objek penelitian adalah kreativitas dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan konteks, model, konstruksi siswa, interaktivitas, dan


(44)

25 keterkaitan pada pembelajaran dapat meningkatkan kreativitas dan prestasi belajar. Kreativitas ditunjukan oleh kemampuan mengemukakan ide, mengajukan ide yang tidak biasa, menghasilkan ide berdasarkan pemikirannya sendiri, serta menguraikan ide secara rinci, sedangkan prestasi belajar ditunjukan oleh rata-rata nilai dan jumlah siswa lulus KKM. Hasil observasi menunjukan adanya peningkatan rata-rata tiap indikator kreativitas yaitu indikator kelancaran dari 2,84 menjadi 4,64, indikator keluwesan dari 2,32 menjadi 3,67, indikator keaslian dari 1,52 menjadi 2,97, dan indikator keterperincian dari 2,08 menjadi 3,68. Rata-rata keseluruhan skor kreativitas siswa meningkat dari 8,76 menjadi 14,96. Rata-rata nilai siswa juga mengalami peningkatan dari 69,9 menjadi 81,36. Persentase jumlah siswa yang lulus KKM juga meningkat dari 76,5% menjadi 92%. Pendekatan PMRI terlihat dalam kegiatan pembelajaran yang ditunjukan ketika melakukan tanya jawab, demonstrasi, bekerja kelompok, dan presentasi. Guru diharapkan menggunakan pendekatan PMRI dalam pembelajaran matematika agar meningkatkan kreativitas dan prestasi belajar siswa.

Penelitian kedua dilakukan oleh Didit Yudianto (2016) yang berjudul peningkatan keaktifan dan prestasi belajar menggunakan pendekatan pendidikan matematika realistik Indonesia (PMRI) pada mata pelajaran matematika untuk siswa kelas III SDN Plaosan 2 Sleman, Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa. Penelitian dilakukan dalam 2 siklus. Pada tahap observasi terlihat bahwa presentasi jumlah siswa yang aktif adalah 30% kemudian hasil penelitian pada siklus pertama menunjukkan bahwa presentase keaktifan siswa meningkat


(45)

26 menjadi 77% pada siklus 1 dan pada siklus 2 sebesar 81,8%. Presentase lulus KKM pada kondisi awal adalah 47,3% meningkat pada siklus 1 menjadi 72,7% dan pada siklus 2 menjadi 86,36%. Oleh karena itu, penelitian menggunakan pendekatan PMRI dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas III SDN Plaosan 2 pada mata pelajaran Matematika semester ganjil tahun ajaran 2015/2016.

Kurbaita, dkk (2013) melakukan penelitian yang bertujuan untuk menghasilkan buku ajar matematika tematik integratif dengan materi pengukuran benda. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas I SD IT Al-Furqon yang berjumlah 27 siswa. Metode yang digunakan adalah pengembangan atau Research and Development. Prototipe buku ajar yang dikembangkan memiliki efek

potensial untuk menggali kemampuan siswa kelas I SD IT Al-Furqon Palembang. Dapat dilihat dari hasil uji coba, dari empat kali pertemuan yang dilakukan peneliti rata-rata nilai tes siswa adalah 81,1 dan berada dalam kategori baik. Ditunjukkan dari hasil tes 9 siswa yaitu (33,3%) termasuk dalam kategori sangat baik, 11 orang siswa (40,7%) termasuk dalam kategori baik, 4 orang siswa (14,8%) termasuk dalam kategori cukup dan 3 orang siswa (11,1%) termasuk dalam kategori kurang.

Penelitian kedua tentang pengembangan buku yaitu oleh Janitasari (2016) pengembangan buku ajar Math-Stories merupakan salah satu sarana guna membantu memahamkan siswa dalam pembelajaran matematika. Buku ajar ini dikhususkan untuk siswa kelas V SD/MI, mengenai materi bangun datar dan bangun ruang. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan dan memvalidasi


(46)

27 buku ajar Math-Stories materi bangun datar dan bangun ruang dengan objek siswa kelas V SDN Windurejo II Mojokerto. Jenis penelitian ini adalah Research and Development atau pengembangan dan penelitian yang mengacu pada model

pengembangan prosedural yang bersifat deskriptif, dikembangkan oleh Borg and Gall. Hasil dari penelitian pengembangan buku ajar Math-Stories dalam mata pelajaran matematika kelas V memenuhi kriteria sangat valid dan hasil uji ahli materi mencapai tingkat kevalidan 95,7 % hasil uji ahli desain mencapai 96%, ahli mata pelajaran mencapai 90.9% dan uji coba lapangan mencapai 97,5%. Hasil belajar siswa sebelum dan sesudah menggunakan buku hasilnya meningkat, dapat dilihat dari hasil rata-rata pretest yang hasilnya lebih rendah dibandingkan dengan hasil posttest yaitu rata-rata pretest 62,39 sedangkan posttest 84,78.

Penelitian relevan di atas memberikan gambaran bahwa PMRI dapat membantu meningkatkan kreativitas, keaktifan dan prestasi belajar siswa. Selain PMRI, buku ajar tentang matematika juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, untuk menyelesaikan permasalahan mengenai pembelajaran matematika di wilayah Sleman Barat, maka peneliti akan melakukan penelitian yang berjudul Pengembangan Buku Guru dan Buku Siswa Matematika Kelas II Sekolah Dasar dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI).


(47)

28 Bagan 2.1 Literature Map dari Penelitian Relevan.

Didit Yudianto (2016)

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar menggunakan pendekatan Pendidikan Matematika Realistic Indonesia (PMRI) pada mata pelajaran matematika untuk siswa kelas III SDN Plaosan 2 Sleman, DI Yogyakarta

Mayasari (2014)

Peningkatan kreativitas dan prestasi belajar matematika siswa kelas III SD Negeri 1 Kebondalem Lor dengan menggunakan pendekatan PMRI.

Janitasari (2016)

Pengembangan buku ajar Math-Stories materi bangun datar dan bangun ruang kelas V semester II SDN Windurejo 2 Mojokerto. Kurbaita (2013)

Pengembangan buku ajar Matematika tematik integratif materi Pengukuran berat benda untuk kelas I SD.

Yang diteliti:

Pengembangan buku guru dan buku siswa mata pelajaran matematika kelas II sekolah dasar dengan pendekatan PMRI

Penelitian PMRI Pengembangan Buku


(48)

29 2.3 Kerangka Berpikir

Matematika adalah adalah ilmu pengetahuan tentang bilangan yang melambangkan serangkaian hitungan dengan numerik atau angka yang berfungsi sebagai sebagai alat, pola pikir, dan ilmu atau pengetahuan yang dapat digunakan untuk membantu siswa menyelesaikan masalah matematika dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran matematika lebih tepat apabila memberikan pengalaman langsung kepada siswa sehingga siswa mampu memecahkan permasalahan dengan caranya sendiri melalui pengalaman yang ada pada kehidupan sehari-hari, sehingga pembelajaran menjadi menyenangkan.

Pendekatan PMRI dianggap sebagai pendekatan yang paling tepat dalam pembelajaran matematika karena menekankan kemampuan siswa dalam menemukan jawabannya sendiri dari suatu pertanyaan melalui serangkaian kegiatan yang dirancang oleh guru. Terdapat lima karakteristik pada pendekatan PMRI yang dapat membantu siswa dalam mempelajari pelajaran matematika supaya menjadi lebih mudah dalam memahami materi. 5 (lima) karakteristik PMRI tersebut antara lain penggunaan konteks, penggunaan model, kontruksi siswa, interaktivitas dan keterkaitan.

Buku guru dan buku siswa dikembangkan menggunakan pendekatan PMRI agar dapat menjawab kebutuhan yang ada bagi siswa sesuai dengan usia dan tahap perkembangannya. Melalui buku guru dan buku siswa yang dikembangkan menggunakan pendekatan PMRI, guru dapat menarik perhatian siswa melalui kegiatan-kegiatan yang membuat siswa lebih aktif. Selain itu, siswa menjadi lebih mudah dalam memahami materi pembelajara matematika.


(49)

30 Berdasarkan studi literatur yang dilakukan oleh peneliti, terdapat permasalahan dalam pembelajaran matematika di SD. Alat pelajaran yang ada disekolah dianggap belum cukup karena siswa merasa alat peraga atau media yang digunakan guru masih sangat sedikit. Selain itu, guru juga mengatakan bahwa buku yang digunakan saat ini dalam pembelajaran matematika khususnya masih sangat kurang, karena belum ada kegiatan yang konkret terhadap keseharian siswa dan media-media atau alat peraga yang digunakan masih sedikit. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya referensi alat peraga yang disediakan di dalam buku pelajaran yang sudah ada. Oleh karena itu, dengan adanya pengembangan buku guru dan buku siswa dengan pendekatan PMRI ini, dapat menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan pemahaman belajar matematika siswa.

2.4Pertanyaan Penelitian

1. Berkaitan dengan proses pengembangan buku guru dan buku siswa

a. Bagaimana situasi di lapangan pada 4 SD di wilayah Sleman Barat berkaitan pembelajaran matematika di kelas II?

b. Bagaimana prosedur penyusunan buku guru dan buku siswa kelas II sekolah dasar dengan Pendekatan PMRI?

2. Berkaitan dengan kualitas buku guru dan buku siswa

a. Bagaimana kualitas buku guru dan buku siswa kelas II sekolah dasar dengan Pendekatan PMRI berdasarkan penilaian ahli?

b. Bagaimana dampak penggunaan buku guru dan buku siswa kelas II sekolah dasar dengan Pendekatan PMRI terhadap prestasi belajar siswa?


(50)

31 BAB 3

METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan (1) jenis penelitian, (2) setting penelitian, (3) waktu penelitian, (4) prosedur pengembangan, (5) instrument penelitian, (6) teknik pengumpulan data, dan (7) teknik analisis data.

3.1Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan atau dalam bahasa Inggris Research and Development (R&D). Metode penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2010: 407). Menurut Borg and Gall (dalam Sugiyono, 2015: 28) penelitian dan pengembangan merupakan proses atau metode yang digunakan untuk memvalidasi dan mengembangkan produk. Memvalidasi produk artinya produk itu telah ada dan peneliti hanya menguji efektivitas dari produk. Sedangkan mengembangkan produk dalam arti luas dapat berupa memperbarui produk yang telah ada (sehingga menjadi lebih praktis, efektif, dan efisien) atau menciptakan produk baru (yang sebelumnya belum pernah ada).

Kegiatan pengembangan produk melibatkan multidisiplin dan hal desain, proses, product quality assurance, inovasi, teknologi, marketing serta pengelolaan bisnis (Sugiyono, 2015: 30). Kegiatan penelitian dan pengembangan antara lain adalah 4P yaitu penelitian, perancangan, produksi dan pengujian.


(51)

32 Secara metodologis penelitian dan pengembangan dibagi dalam empat tingkat kesulitan yaitu level 1 meneliti tanpa menguji, level 2 menguji tanpa meneliti, level 3 meneliti dan menguji dalam upaya mengembangkan produk yang sudah ada, level 4 meneliti dan menguji dalam menciptakan produk baru. Pada penelitian ini peneliti masuk dalam penelitian dan pengembangan level 3 karena peneliti membuat buku matematika yang sudah ada kemudian dikembangan dengan pendekatan PMRI.

3.2Setting Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di 5 SD di wilayah Sleman Barat sedangkan untuk uji terbatas di SDN Plaosan 1, Sleman. SDN Plaosan 1 adalah SD yang berada di tengah desa dan merupakan sekolah inklusi, sehingga di SD tersebut memiliki karateristik siswa yang beranekaragam.

3.2.2 Subyek Penelitian

Subyek penelitian pada penelitian ini adalah guru kelas II dengan jumalah 5 orang dan 5 siswa di SD wilayah Sleman Barat. Khusus untuk uji coba terbatas adalah 5 siswa kelas II SDN Plaosan 1 tahun pelajaran 2016/2017. Kelas di SDN Plaosan ini mempunyai satu kelas yang berisi 26 anak. Jumlah tersebut sesuai dengan ketentuan pemerintah sehingga dapat menjalankan pembelajaran dengan lancar. Dari 26 anak tersebut, peneliti memakai seluruh siswa kelas II dalam uji coba terbatas, tetapi peneliti hanya mengambil 5 siswa sebagai sampel. Buku guru


(52)

33 dan buku siswa ini berisi kegiatan pembelajaran yang memang dilaksanakan dikelas, sehingga uji cobanya juga dilaksanakan di kelas demi mendapatkan data yang relevan dengan penggunaannya nanti.

3.2.3 Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah Buku Guru dan Buku Siswa kelas II sekolah dasar dengan Pendekatan PMRI untuk mempelajari materi satuan tidak baku dan satuan baku.

3.2.4 Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan selama kurang lebih 7 bulan. Selama 7 bulan tersebut mencakup kegiatan analisis kebutuhan, pembuatan produk, validasi produk oleh ahli, uji keterbacaan produk, uji empiris soal untuk pretest dan posttest, uji coba produk, dan revisi produk.

3.3Prosedur Pengembangan

Metode penelitian dan pengembangan adalah penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2010:407). Langkah-langkahnya yaitu menggali potensi dan masalah, pengumpulan data, desain produk, validasi desain, revisi desain, ujicoba produk, revisi produk,uji coba pemakaian, revisi produk dan produksi masal (Sugiyono, 2010: 409). Langkah-langkah penelitian dan pengembangan ditunjukkan pada gambar di bawah ini.


(53)

34 Bagan 3.1 langkah-langkah R & D menurut Sugiyono (2010: 408)

1. Potensi masalah

Potensi masalah adalah segala sesuatu yang jika didayagunakan akan memiliki nilai tambah. Potensi maasalah ini digunakan untuk sebagai dasar sebuah penelitian. Potensi dan masalah yang dikemukakan dalam penelitian harus ditunjukkan dengan data empirik. Data empirik ridak harus dicari sendiri melainkan dapat berdasarkan laporan penelitian orang lain atau dokumentasi laporan kegiatan dari seseorang atau instansi tertentu yang masih up to date.

2. Pengumpulan data

Pengumpulan data adalah mengumpulkan berbagai informasi yang dapat digunakan sebagai bahan untuk perencanaan produk tertentu yang diharapkan dapat mengatasi masalah pada potensi dan masalah yang telah ditemukan.

Potensi dan Masalah

Pengumpu-lan Data

Desain Produk

Validasi Desain

Ujicoba pemakaian

Revisi Produk

Ujicoba Produk

Revisi Desain

Revisi


(54)

35 3. Desain produk

Desain produk harus diwujudkan dalam bentuk gambar atau bagan, sehingga dapat digunakan sebagai pegangan untuk menilai dan membuatnya.

4. Validasi desain

Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah rancangan produk, secara rasional akan lebih efektif atau tidak dari yang sudah ada. Dikatakan secara rasional karena validasi di sini masih bersifat penilaian berdasarkan pemikiran rasional, belum fakta lapangan. Validasi produk dilakukan dengan cara menghasirkan beberapa pakar atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai produk yang tekah dibuat. Setiap pakar atau ahli diminta untuk menilai produk sehingga akan diketahui apa kelebihan dan kelemahan dari produk tersebut.

5. Revisi desain

Setelah desain divalidasi, maka akan ditemukan kelemahan dari produk. Kelemahan itulah yang akan coba dikurangi atau diperbaiki agar menjadi lebih baik. Yang bertugas untuk merivisi produk tersebut adlah peneliti yang mau menghasilkan produk tersebut.

6. Ujicoba produk

Ujicoba dilakukan setelah produk divalidasi dan revisi kepada kelompok yang terbatas. Ujicoba ini bertujuan untuk mendapatkan informasi apakah produk yang dikembangkan efektif dan efisien.


(55)

36 Pengujian efektivitas produk pada sampel terbatas menunjukkan bahwa produk ternyata lebih efektif. Melalui pengujian tersebut maka aka nada kelemahan dan kelebihan yang akan muncul. Kelebihan dari produk akan diperbaiki oleh peneliti sebagai tahap revisi yang kedua.

8. Ujicoba pemakaian

Setelah dilakukan perbaikan, maka langkah selanjutnya adalah ujicoba pada lembaga pendidikan yang luas. Dalam operasinya, produk baru tersebut tetap harus dinilai kekurangan atau hambatan yang muncuk guna perbaikan lebih lanjut.

9. Revisi produk

Revisi produk yang ketiga dilakukan apabila dalam pemakaian lebaga pendidikan yang uas terdapat kekurangan atau hambatan. Dalam uji pemakaian, sebaiknya pembuat produk selalu mengevaluasi bagaimana kinerja produk.

10.Produksi masal

Jika produk yang dibuat telah dinyatakan efektif dalam beberapa kali pengujian, maka produk tersebut dapat diterapkan.

Berdasarkan penjelasan tahapan pengembangan di atas, peneliti selanjutnya membandingkan dengan tahapan yang dipaparkan oleh Borg dan Gall. Borg dan Gall (1983: 775-787) menguraikan sepuluh langkah dalam penelitian dan pengembangan. Sepuluh langkah tersebut yaitu:


(56)

37 Bagan 3.2 langkah-langkah R & D menurut Borg and Gall

1. Penelitian dan pengumpulan data merupakan teknik pengumpulan data yang dapat dilakukan melalui studi literatur, observasi, dan sebagainya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui informasi terkait dengan kondisi nyata di lapangan dan produk yang akan dikembangkan.

2. Perencanaan meliputi menentukan keterampilan yang akan dikembangkan melalui perangkat yang dihasilkan dan tujuan penelitian yang hendak dicapai dari perangkat yang dihasilkan. Selain itu, perencanaan juga meliputi perkiraan biaya, tenaga kerja, dan waktu untuk menyelesaikan penelitian dan pengembangan yang akan dilakukan.

3. Pengembangan bentuk awal produk, merupakan pengembangan bentuk lengkap dari perangkat yang dikembangkan sebelum dilakukan serangkaian pengujian dan perbaikan berdasarkan saran dari beberapa ahli. Apabila yang dikembangkan merupakan perangkat pembelajaran, maka pada langkah ini juga sudah dikembangkan bahan pembelajaran, buku pegangan, dan alat evaluasinya. Operational field testing Final product revision Disemniasi and implementasion

1 2 3 4

Research and information

collection

Planning Development Premilinary form

a product

Premilinary field testing

5

7 6

8 9 10 Main product revision Main field testing Operational product revision


(57)

38 4. Uji coba lapangan awal merupakan pengujian tahap awal yang dilakukan untuk mengumpulkan data terhadap hasil pengembangan produk. Hal ini dapat membantu peneliti melakukan analisis dan perbaikan berdasarkan komentar dan masukan tentang kelemahan dari produk yang dikembangkan.

5. Revisi produk berdasarkan hasil uji coba lapangan merupakan proses perbaikan berdasarkan saran atau masukan berdasarkan hasil uji coba lapangan awal. Revisi tersebut menjadi bentuk produk yang siap diujikan lebih lanjut.

6. Uji coba lapangan dilakukan dengan perluasan jumlah sekolah, antara 5-10 sekolah atau dengan jumlah siswa sebanyak 30-100 anak. Pengujian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui peningkatan penggunaan perangkat yang dikembangkan.

7. Revisi produk berdasarkan hasil uji coba lapangan menjadi bahan untuk melakukan revisi pada tahap ini. Revisi tersebut bersifat penyempurnaan yang selanjutnya diujicobakan kembali pada tahap selanjutnya.

8. Uji pelaksanaan lapangan yang melibatkan lebih banyak sekolah antara 10-30 unit dengan jumlah siswa sebanyak 40-200 anak. Uji coba ini dilakukan dengan beberapa teknik pengumpulan data yaitu tes, kuesioner, dan wawancara. Selanjutnya, ketiga data tersebut dianalisis sebagai saran dalam penyempurnaan tahap akhir.

9. Penyempurnaan produk akhir dilakukan berdasarkan saran dari hasil uji coba pada langkah ke delapan. Penyempurnaan produk ini selanjutnya dapat diproduksi secara massal yang menjadi produk akhir.


(58)

39 10.Diseminasi dan implementasi dilakukan dengan tujuan untuk membuat laporan hasil penelitian dari produk yang dikembangkan berdasarkan tahapan pengembangan.

Penelitian dan pengembangan yang dilakukan mengadopsi dan memodifikasi langkah penelitian dari Sugiyono (2015) serta Borg dan Gall (1983). Waktu penelitian terbilang relatif singkat. Penelitian ini dilakukan hanya selama 7 bulan, sehingga penelitian ini dibatasi sampai pada uji coba lapangan terbatas dan buku guru dan buku siswa yang telah divalidasi. Prosedur penelitian yang dimodifikasi hanya terdiri dari lima langkah, yaitu potensi masalah, pengembangan desain, validasi produk, instrument penelitian dan uji coba lapangan terbatas. Penelitian tersebut dimulai dengan mengidentifikasi masalah dan menganalisis kebutuhan siswa dan guru pada tahap potensi masalah. Selanjutnya, tahap kedua adalah desain produk yaitu membuat konsep kemudian menjadi sebuah desain buku guru dan buku siswa selanjutnya adalah pembuatan buku. Tahap ketiga yaitu validasi produk. Setelah buku guru dan buku siswa selesai dibuat maka buku di validasi oleh ahli PMRI. Kemudian tahap keempat adalah pembuatan intrumen sebagai persiapan ujicoba terbatas dan tahap kelima adalah ujicoba terbatas.

Penelitian dan pengembangan ini hanya sampai pada revisi kedua dan tidak mencapai pada tahap ujicoba efektivitas yang lebih luas. Selain itu, produk buku guru dan buku siswa tidak akan sampai diproduksi masal selama belum diujicobakan ke tahap yang lebih luas. Prosedur pengembangan buku guru dan buku siswa meliputi lima tahap yang digambarkan oleh penliti pada bagan 3.2


(59)

40 Bagan 3.2 Tahap penelitian dan pengembangan terkait lima langkah yang dilaksanakan oleh peneliti.

Analisis

Kebutuhan Wawancara

Guru Siswa

Tahap Keempat Instrumen Uji Coba

Instrumen Tes

Uji validitas dan reliabilitas secara empiris Revisi Instrumen siap digunakan Tahap Kedua Desain Produk

Konsep Desain buku

Buku guru Buku siswa Pembuatan buku Tahap Ketiga Validasi Produk Validasi buku

Validasi oleh ahli pembelajaran PMRI 1

Validasi oleh ahli pembelajaran PMRI 2

Uji Keterbacaan dengan siswa Analisis 1 Revisi produk Tahap Kelima Ujicoba terbatas

Pretest Ujicoba terbatas posttest Analisis II Revisi

produk Pengembangan buku guru dan buku siswa


(60)

41 1. Potensi Masalah

Tahap I peneliti memulai dengan melakukan analisi kebutuhan. Analisis kebutuhan dilakukan dengan cara wawancara. Teknik wawancara yang dipilih adalah wawancara tak terstruktur. Peneliti melakukan wawancara di empat sekolah yang berbeda. Wawancara dilakukan kepada 1 guru dan 2 siswa di setiap sekolah. Hal ini bertujuan untuk mencari tahu permasalahan yang guru dan siswa alami di sekolah dasar terutama pada pelajaran matematika.

2. Desain Produk

Tahap III dalam penelitian ini adalah desain produk. Peneliti mengembangkan desain buku berdasarkan hasil analisis kebutuhan guru dan siswa. Desain buku dibagi menjadi dua yaitu buku guru dan buku siswa yanng dikembangkan berdasarkan lima karakteritik PMRI yaitu (1) penggunaan konteks (siswa dilibatkan aktif untuk melakukan kegiatan eksplorasi permasalahan), (2) penggunaan model (tahapan konkret, semi konkret, abstrak), (3) konstruksi siswa (siswa dibebaskan untuk mengembangkan strategi pemecahan masalah serta membantu siswa memahami konsep matematika), (4) interaktivitas (proses belajar siswa akan menjadi lebih singkat dan bermakna ketika siswa saling mengkomunikasikan hasil kerja dan gagasan mereka), (5) keterkaitan (keterkaitan antar pokok bahasan).

3. Validasi Produk

Tahap ketiga dalam penelitian ini adalah validasi produk. Buku guru dan buku siswa dengan materi alat ukiur panjang dan berat yang telah dibuat kemudian divalidasi oleh beberapa ahli. Validasi ini dilakukan untuk menilai


(61)

42 kelayakan produk sebelum diujicobakan secara terbatas di lapangan. Validasi produk ini dilakukan oleh beberapa ahli di antaranya ahli pembelajaran 1 dan ahli pembelajaran PMRI 2. Peneliti juga melakukan uji keterbacaan kepada siswa dengan cara wawancara tak terstruktur. Wawancara dilakukan dengan memperlihatkan buku siswa kepada anak SD yang setara dengan anak kelas 3 yang diteliti kemudian dilakukan tanya jawab mengenai komponen yang ada di buku. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah produk yang peneliti kembangkan dapat dibaca dan menarik bagi siswa. Selanjutnya peneliti menganalisis kelebihan dan kekurangan dari buku guru dan buku siswa berdasarkan penilaian dan saran yang diberikan oleh beberapa ahli serta dari hasil uji keterbacaan.

4. Instrumen Uji Coba

Tahap empat dalam prosedur penelitian dan pengembangan ini adalah instrumen uji coba. Instrumen ini dibuat sebagai langkah persiapan dalam uji coba terbatas. Peneliti membuat instrumen yang digunakan dalam penelitian seperti tes dan non tes. Instrumen tes sebelum digunakan perlu dilakukan uji empiris. Hasil dari uji empiris tersebut selanjutnya diolah untuk mengetahui validitas dan reliabilitas item soal dengan menggunakan SPSS 22 (Statistic Package for Social Studies 22). Peneliti selanjutnya memilah item soal yang valid atau tidak. Item

soal yang valid selanjutnya dipilih sebanyak 20 soal untuk soal pretest dan posttest. Sedangkan instrumen non tes adala instrumen validasi produk buku guru

dan buku siswa. Peneliti melakukan revisi pada pada item soal yang telah terpilih dan merevisi instrumen yang akan digunakan untuk validasi buku guru dan buku


(62)

43 siswa. Setelah direvisi, item untuk tes dan instrumen validasi buku guru dan buku siswa siap digunakan.

5. Uji Terbatas

Tahap kelima adalah ujicoba terbatas. Ujicoba terbatas dilaksanakan kepada 5 siswa SD penelitian. Namun sebelum produk diujicobakan, peneliti memberikan pretest. Pretest diberikan kepada lima siswa SD penelitian. Produk selanjutnya diujicobakan secara terbatas kepada sekelompok siswa yang telah diberi pretest. Setelah peneliti melakukan ujicoba terbatas, siswa mengerjakan posttest untuk mengetahui dampak dari buku guru dan buku siswa kembangkan. Penelitian ini hanya dibatasi sampai pada prototipe pengembangan buku guru dan buku siswa kelas III SD dengan menggunakan pendekatan Pendididkan Matematika Realistik Indonesia (PMRI).

3.4Teknik Pengumpulan Data 3.4.1 Tes

Tes adalah seperangkat rangsangan (stimuli) yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban yang dapat dijadikan dasar penetapan skor angka (Margono, 2010: 170). Bentuk tes yang digunakan adalah tes tertulis bentuk tes objektif tipe pilihan ganda (multiple choice items). Tes tertulis adalah sejumlah pertanyaan yang diajukan secara tertulis tentang aspek-aspek yang ingin diketahui keadaannya dari jawaban yang diberikan secara tertulis pula, sedangkan tes objektif adalah tes yang disusun dimana setiap pertanyaan tes disediaan alternatif jawaban yang dapat dipilih (Margono, 2010:


(63)

44 170). Soal tes disusun berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat dengan indikator yang sesuai materi dan tujuan yang telah ditetapkan. Soal yang dibuat digunakan untuk pretest dan posttest. Pretest dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum mendapatkan materi pembelajaran melalui buku siswa yang telah dibuat. Sehingga nanti dapat digunakan untuk membandingkan hasil posttest yang dilakukan di akhir pembelajaran. Pretest dan posttest digunakan untuk melihat dampak dari penggunaan buku siswa dan buku guru dalam pembelajaran.

3.4.2 Non Tes 3.4.2.1Wawancara

Wawancara merupakan salah satu bentuk teknik pengumpulan data yang banyak digunakan dalam penelitian. Wawancara adalah alat pengumpul informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula (Margono, 2010: 165). Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil. Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur dan dapat dilakukan melalui tatap muka maupun dengan menggunakan telepon (Sugiyono, 2012: 137-138). Wawancara yang peneliti gunakan adalah wawancara tidak terstruktur. Pedoman wawancara yang dibuat dalam wawancara tidak terstruktur ini adalah garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Dalam wawancara ini peneliti dapat mengarahkan pada narasumber


(64)

45 untuk menjawab hal-hal yang menjadi tujuan wawancara dilakukan. Hal penting lain yang perlu mendapatkan perhatian serius dari pewawancara adalah perekaman atau pencatatan data. Dalam pembuatan catatan hasil wawancara selain dicatat jawaban atau respon-respon dari responden yang langsung berhubungan dengan pertanyaan, juga dicatat reaksi-reaksi lainnya baik yang dinyatakan secara verbal dan non verbal (Sukmadinata, 2008: 217-218).

3.4.2.2Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memeberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner dapat berupa pertanyaan atau pernyataan tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim melalui pos atau internet (Sugiyono, 2012: 142).

Kuesioner merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan reponden). Instrumen atau alat pengumpulan datanya datanya juga disebut angket, berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab atau direspon oleh responden (Sukmadinata, 2008: 219). Kuesioner yang digunakan oleh peneliti adalah kuesioner kombinasi berstruktur dan tidak berstruktur. Kuesioner kombinasi adalah kuesioner yang memberikan alternative jawaban yang harus dipilih, dilain pihak juga memberi kebebasan kepada responden untuk menjawab secara bebas lanjutan dari jawaban pertanyaan sebelumnya (Margono, 2010: 168). Kuesioner dibuat untuk memvalidasi buku guru dan buku siswa yang telah dibuat.


(65)

46 Validasi ini dilakukan oleh ahli yang berguna untuk mengetahui kualitas dari produk yang dibuat.

3.5Instrumen Penelitian 3.5.1 Soal Tes

Tes yang dilakukan pada penelitian ini adalah tes dalam bentuk pretest dan posttest saat uji coba terbatas tes adalah salah satu teknik penilaian yang menggunakan berbagai prosedur secara spesifik untuk mendapatkan informasi berupa angka. Materi yang diujikan dalam penelitian ini adalah tentang pengukuran satuan tidak baku dan satuan baku pada kelas II SD dari standar kompetensi 2. Menggunakan pengukuran waktu, panjang dan berat dalam pemecahan masalah, dengan kompetensi dasar 2.2 Menggunakan alat ukur panjang tidak baku dan baku yang sering digunakan.

Tabel 3.1 Kisi-kisi soal pretest dan posttest

No Indikator No aItem

1 2.2.1 Memahami panjang pendek, tinggi rendah dari suatu benda.

1,2,3 1 2.2.2 Memahami cara mengukur pangjang

tubuh menggunakan alat ukur satuan tidak baku dan baku.

4,8, 9,13,14

3 2.2.3 Memahami cara mengukur panjang benda melalui gambar dengan alat ukur satuan tidak baku dan satuan baku

5,6,7,15,16,18

4 2.2.4 Memahami soal cerita untuk mengukur panjang suatu benda dengan alat ukur satuan tidak baku dan satuan baku


(1)

115 masing siswa.

 Siswa melakukan pendataan yaitu menentukan panjang benda yang yang ada di sekitar kelas menggunakan manik-manik

 Siswa mengurutkan panjang benda dari yang terpanjang sampai terpendek.

 Setelah selesai, salah satu perwakilan dari masing-masing kelompok mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas.

 Siswa mengerjakan soal latihan 1 sampai 3.

 Guru memberi kesempatan kepada anak untuk bertanya.

 Guru bertanya kepada siswa “Apakah ada yang tau satuan tidak baku yang lain yang bisa digunakan untuk mengukur ?”

 Guru memberikan penguatan materi yang telah dipelajari agar anak lebih memahami konsep pengukuran panjang menggunakan alat ukur tidak baku.

Pertemuan 3 ( 2 x 35 menit)

 Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok. Satu kelompok terdiri dari 4-5 siswa.

 Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan siswa di dalam kelompok.

 Guru menyiapkan alat ukur panjang yaitu penggaris pada kepada masing-masing kelompok.  Siswa belajar membaca penggaris melalui buku


(2)

116  Guru membagikan lembar kerja kepada

masing-masing siswa.

 Siswa melakukan pendataan yaitu menentukan panjang benda yang yang ada di sekitar kelas menggunakan penggaris.

 Siswa mengurutkan panjang benda dari yang terpanjang sampai terpendek.

 Setelah selesai, salah satu perwakilan dari masing-masing kelompok mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas.

 Siswa mengerjakan soal latihan 1 sampai 2

 Guru memberi kesempatan kepada anak untuk bertanya.

 Guru memberikan penguatan materi yang telah dipelajari agar anak lebih memahami konsep pengukuran panjang menggunakan alat ukur baku.

3. Penutup  Siswa menjawab pertanyaan dari guru mengenai kesulitan yang dialami ketika pembelajaran.

 Siswa menyampaikan perasaan mereka ketika mengikuti pembelajaran.

 Siswa menyampaikan kesimpulan dari pembelajaran yang sudah dilakukan.

 Guru memberikan posttest untuk mengetahui hasil dari pembelajaran yang telaah dilakukan.  Guru mengarahkan untuk melakukan

pembelajaran selanjutnya.

 Siswa menjawab salam dari guru.


(3)

117 Lampiran. 15 Pedoman Wawancara Guru

PEDOMAN WAWANCARA PENGALAMAN MENGAJAR MATEMATIKA DI SD

1. Identitas Guru

a. Nama Guru :

b. Tempat mengajar : c. Mengajar di kelas :

d. Lama mengajar : Tahun

2. Pelatihan pendidikan apa sajakah yang pernah diikuti selama menjadi guru SD?

3. Pendapat narasumber tentang a. Mata pelajaran matematika?

b. Kurikulum matematika

4. Perencanaan yang biasa dilakukan sebelum mengajar matematika di SD

5. Metode yang biasa digunakan dalam mengajar matematika SD


(4)

118 7. Materi apa saja dalam mata pelajaran matematika yang oleh siswa

dianggap sulit?

8. Mengapa materi itu dianggap sulit oleh siswa?

9. Dalam mengajar matematika, materi apa yang paling sulit diajarkan kepada siswa? Mengapa?

10.Pengalaman menilai hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika

11.Hal- hal yang menggembirakan/menyenangkan ketika mengajar matematika

12.Kesulitan- kesulitan / kendala- kendala yang dialami dalam mengajar matematika di SD

13.Upaya mengatasi kesulitan – kesulitan dalam mengajar matematika


(5)

119 15.Apakah buku tersebut cukup membantu ibu dalam menyampaikan materi?

bagaimana dampaknya bagi siswa?

16.Menurut ibu, apakah buku itu sudah mengandung hal atau benda yang dekat dengan siswa?

17.Menurut ibu, apakah jika ada buku guru dan siswa yang menggunakan hal-hal konkret di sekitar siswa akan membantu dalam pembelajaran ?


(6)

120 Lampiran 16. Pedoman Wawancara Siswa

PEDOMAN WAWANCARA KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA 1. Identitas

Nama: Kelas:

2. Apakah kamu suka dengan pelajaran matematika? mengapa?

3. Bagaimanakah proses pembelajaran dikelas? apakah menggunakan alat peraga atau menggunakan buku dan menjelaskan di depan kelas?

4. Bagaimana cara kalian dapat memahami materi dengan mudah?

5. Materi apa yang dianggap sulit?

6. Apakah sudah ada LKS Matematika atau buku paket?

7. Apakah buku yang digunakan itu menarik?

8. Apakah buku yang digunakan itu mudah dipahami?

9. Apakah buku yang digunakan itu lebih banyak gambar atau tulisannya?

10.Menurut kamu, lebih mudah memahami yang banyak gambarnya atau tulisannya?


Dokumen yang terkait

Pengembangan buku guru dan buku siswa mata pelajaran matematika kelas II Sekolah Dasar dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI).

0 0 163

Pengembangan buku guru dan buku siswa Matematika kelas I sekolah dasar dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI).

0 1 202

Pengembangan buku guru dan buku siswa SD kelas II mata pelajaran Matematika dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI).

3 16 141

Pengembangan buku siswa dan buku guru sekolah dasar kelas III mata pelajaran Matematika dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI).

0 0 158

Pengembangan buku guru dan buku siswa mata pelajaran matematika kelas I Sekolah Dasar dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI).

1 2 167

Pengembangan buku guru dan buku siswa mata pelajaran Matematika kelas III sekolah dasar dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI).

0 0 160

Pengembangan buku guru dan buku siswa mata pelajaran Matematika kelas I sekolah dasar dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)

0 0 165

Pengembangan buku guru dan buku siswa mata pelajaran matematika kelas I Sekolah Dasar dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)

2 5 165

Pengembangan buku siswa dan buku guru sekolah dasar kelas III mata pelajaran Matematika dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)

0 1 156

Pengembangan buku guru dan buku siswa mata pelajaran Matematika kelas III sekolah dasar dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)

0 0 158