Jenis dan Pendekatan Penelitian Identifikasi Variabel Sampling Subjek Penelitian Seleksi Aitem

31

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian korelasional yang melibatkan penghitungan antara dua variabel yang relevan dan mengukur antara hubungan dari kedua variabel tersebut Stangor, 2007.

B. Identifikasi Variabel

Variabel dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel tergantung : Perilaku seksual pranikah 2. Variabel bebas : Materialisme

C. Definisi Operasional

1. Materialisme

Materialisme adalah kecenderungan subjek penelitian melihat dan menilai segala sesuatu hal yang berhubungan dengan kebutuhan dan hasrat akan material, barang-barang yang bersifat duniawi seperti harta benda. Tinggi dan rendahnya materialisme pada subjek penelitian ditunjukkan oleh skor total dari skala materialisme. Semakin tinggi skor total maka semakin tinggi materialisme pada subjek penelitian.

1. Perilaku Seksual Pranikah

Perilaku seksual pranikah yaitu laporan subjek penelitian tentang tingkah laku yang mengarah pada hubungan seksual sampai pada hubungan seksual yang dilakukan subjek penelitian yang didorong oleh adanya hasrat seksual dan dilakukan oleh laki-laki dan perempuan di luar pernikahan atau belum sah menurut hukum. Perilaku seksual pranikah dapat dilakukan baik dengan pacar atau bukan pacar. Perilaku seksual pranikah dapat dilihat dari skor total skala perilaku seksual pranikah. Semakin tinggi skor total yang diperoleh maka semakin tinggi perilaku seksual pranikah pada remaja.

D. Sampling

Penelitian ini menggunakan metode accidental sampling dalam pengambilan sampel. Accidental sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan atau siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti atau dilihat oleh peneliti Martono, 2012. Akan tetapi, pengambilan sampel dilakukan sesuai dengan ciri-ciri atau kriteria yang telah ditentukan.

E. Subjek Penelitian

Kriteria subjek penelitian ini adalah : 1. Remaja akhir : mahasiswa 18-24 tahun yang sudah terdaftar di suatu Universitas. 2. Belum menikah

F. Metode Pengumpulan Data

1. Skala Materialisme

Untuk mengetahui kecenderungan materialisme dari responden, peneliti menggunakan skala adaptasi dari Richins Dawsons 1992 dalam Richins 2004, yaitu Materialism Values Scale. Peneliti mengadaptasi skala MVS dengan cara menterjemahkan skala MVS yang asli kemudian peneliti mencari ahli bahasa untuk mengkoreksi apakah terjemahan peneliti sudah benar. Setelah itu, peneliti mendiskusikan hasil terjemahan skala MVS dengan dosen pembimbing untuk melihat apakah pernyataan yang digunakan sudah tepat untuk subjek di kalangan remaja, mudah dimengerti oleh subjek dan yang terutama untuk budaya remaja di Indonesia. Tabel 3.1 Blue-print Skala Materialisme Sebelum Uji Coba Variabel Aspek Favorable Unfavorable Total Materialisme Acquisition centrality 8, 11, 12, 15 2, 5, 17 7 Acquisition as the pursuit of happiness 3, 6, 13, 18 9 5 Possession- defined success 1, 4, 10, 14 7 dan 16 6 Total 12 6 18 Pada skala materialisme dilakukan pemberian skor untuk setiap aitem dari setiap aspek. Untuk masing-masing aitem dapat direspon dengan alternatif jawaban SS Sangat Setuju, S Setuju, AS Agak Setuju, N Netral, ATS Agak Tidak Setuju, TS Tidak Setuju, dan STS Sangat Tidak Setuju. Tabel 3.2 Pemberian Skor Skala Terhadap Materialisme Jawaban Pernyataan Favorable Unfavorable SS Sangat Setuju 1 7 S Setuju 2 6 AS Agak Setuju 3 5 N Netral 4 4 ATS Agak Tidak Setuju 5 3 TS Tidak Setuju 6 2 STS Sangat Tidak Setuju 7 1 Jika semakin tinggi skor total yang diperoleh artinya tingkat materialisme subjek tinggi. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah skor total yang diperoleh artinya tingkat materialisme subjek rendah.

2. Skala Perilaku Seksual Pranikah

Metode pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah metode summated ratings atau skala Likert. Skala perilaku seksual pranikah digunakan untuk mengetahui frekuensi dan kecenderungan tahapan perilaku seksual yang dilakukan oleh subjek. Pada skala ini terdapat 7 tahapan perilaku seksual yang digunakan sebagai aspek dari aitem-aitem perilaku seksual, yaitu touching menyentuh, kissing berciuman, necking mencium daerah leher sampai payudara, touching genital menyentuh daerah genital, petting bercumbu, oral genital menncium daerah genital dan yang terakhir intercourse senggama. Tabel 3.3 Blue-print Skala Perilaku Seksual Pranikah Sebelum Uji Coba Variabel Aspek Aitem Total Perilaku Seksual Pranikah Touching 2 1 Kissing 1, 7, 32, 41 4 Necking 17, 23, 26 3 Touching Genital 11, 31, 47 3 Petting 4, 18, 38, 44, 4 Oral genital 3, 15, 35, 43 4 Intercourse 5, 16, 24 3 Total 22 22 Untuk skala perilaku seksual dilakukan pembobotan untuk setiap tahapan perilaku seksual pranikah. Pemberian pembobotan dilihat dari efek kenikmatan yang dihasilkan oleh setiap tahapan. Untuk tahapan touching, kissing dan necking diberikan bobot satu karena tahapan ini adalah tahapan foreplay yang berefek membangkutkan gairah seksual. Kemudian untuk tahapan touching genital dan petting diberikan bobot dua karena tahapan ini sudah menjurus pada bagian genital, walaupun tahapan ini juga termasuk tahapan foreplay. Lalu tahapan terakhir yaitu oral genital dan intercourse diberikan bobot tiga karena pada tahapan ini adalah tahap saat subjek mendapatkan kenikmatan orgasme perempuan dan ejakulasi laki- laki. Tabel 3.4 Pemberian Bobot Nilai Pada Setiap Tahapan Perilaku Seksual Pranikah Variabel Aspek Bobot Perilaku Seksual Pranikah Touching 1 Kissing 1 Necking 1 Touching Genital 2 Petting 2 Oral genital 3 Intercourse 3 Selain pemberian pembobotan, untuk skala perilaku seksual pranikah juga sterdapat skor untuk frekuensi setiap tahapannya. Untuk masing-masing aitem dapat direspon dengan alternatif jawaban “Sangat Sering”, “Sering”, “Pernah”, dan “Tidak Pernah”. Peneliti menggunakan empat alternatif jawaban pada skala perlaku seksual pranikah untuk menghindari central tendency effect, yaitu menghindari responden untuk memberikan jawaban di tengah-tengah jika responden dalam keadaan ragu-ragu. Pengalaman oleh banyak peneliti di Indonesia menyatakan bahwa kecenderungan orang Indonesia tidak mau memberikan jawaban yang ekstrim, sehingga mereka cenderung memberi jawaban atau respon yang dianggap aman, yaitu jawaban ragu-ragu atau jawaban tengah. Hal ini menyebabkan peneliti akan kehilangan akan informasi mengenai kecenderungan suatu pendapat yang ingin diteliti Hadi, 1991. Tabel 3.5 Pemberian Skor Skala Terhadap Perilaku Seksual Pranikah Jawaban Skor SS Sangat Sering 4 S Sering 3 P Pernah 2 TP Tidak Pernah 1 Skor total untuk skala perilaku seksual ini diperoleh dari hasil kali frekuensi dengan bobot aitem frekuensi x bobot.

G. Seleksi Aitem

Pada skala yang diujicobakan, peneliti menyeleksi aitem-aitem yang telah dicobakan secara empiris berdasarkan kriteria tertentu dengan menggunakan daya diskriminasi aitem, yaitu dengan melihat sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki atau tidak memiliki atribut yang diukur. Pengujian daya diskriminasi aitem dilakukan dengan melakukan komputasi koefisien korelasi antara distribusi skor aitem dengan kriteria yang relevan, yang akan menghasilkan koefisien aitem total r ix Azwar, 2003. . Besarnya koefisien korelasi aitem bergerak dari 0 sampai dengan 1,00 dengan tanda positif atau negatif. Semakin baik daya diskriminasi maka koefisien korelasi aitem semakin mendekati 1,00. Sedangkan yang mengindikasi diskriminasi yang tidak baik mendekati angka 0 atau memiliki tanda negatif. Batasan korelasi aitem total r ix ≥ 0,30 digunakan untuk memilih aitem yang baik. Semua aitem yang mencapai koefisien 0,30 dianggap memuaskan, sedangkan aitem yang kurang dari 0,30 dianggap tidak memuaskan dan harus harus digugurkan Azwar, 2003.

H. Hasil Uji Coba Skala Penelitian