Skala Materialisme Skala Perilaku Seksual Pranikah

F. Metode Pengumpulan Data

1. Skala Materialisme

Untuk mengetahui kecenderungan materialisme dari responden, peneliti menggunakan skala adaptasi dari Richins Dawsons 1992 dalam Richins 2004, yaitu Materialism Values Scale. Peneliti mengadaptasi skala MVS dengan cara menterjemahkan skala MVS yang asli kemudian peneliti mencari ahli bahasa untuk mengkoreksi apakah terjemahan peneliti sudah benar. Setelah itu, peneliti mendiskusikan hasil terjemahan skala MVS dengan dosen pembimbing untuk melihat apakah pernyataan yang digunakan sudah tepat untuk subjek di kalangan remaja, mudah dimengerti oleh subjek dan yang terutama untuk budaya remaja di Indonesia. Tabel 3.1 Blue-print Skala Materialisme Sebelum Uji Coba Variabel Aspek Favorable Unfavorable Total Materialisme Acquisition centrality 8, 11, 12, 15 2, 5, 17 7 Acquisition as the pursuit of happiness 3, 6, 13, 18 9 5 Possession- defined success 1, 4, 10, 14 7 dan 16 6 Total 12 6 18 Pada skala materialisme dilakukan pemberian skor untuk setiap aitem dari setiap aspek. Untuk masing-masing aitem dapat direspon dengan alternatif jawaban SS Sangat Setuju, S Setuju, AS Agak Setuju, N Netral, ATS Agak Tidak Setuju, TS Tidak Setuju, dan STS Sangat Tidak Setuju. Tabel 3.2 Pemberian Skor Skala Terhadap Materialisme Jawaban Pernyataan Favorable Unfavorable SS Sangat Setuju 1 7 S Setuju 2 6 AS Agak Setuju 3 5 N Netral 4 4 ATS Agak Tidak Setuju 5 3 TS Tidak Setuju 6 2 STS Sangat Tidak Setuju 7 1 Jika semakin tinggi skor total yang diperoleh artinya tingkat materialisme subjek tinggi. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah skor total yang diperoleh artinya tingkat materialisme subjek rendah.

2. Skala Perilaku Seksual Pranikah

Metode pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah metode summated ratings atau skala Likert. Skala perilaku seksual pranikah digunakan untuk mengetahui frekuensi dan kecenderungan tahapan perilaku seksual yang dilakukan oleh subjek. Pada skala ini terdapat 7 tahapan perilaku seksual yang digunakan sebagai aspek dari aitem-aitem perilaku seksual, yaitu touching menyentuh, kissing berciuman, necking mencium daerah leher sampai payudara, touching genital menyentuh daerah genital, petting bercumbu, oral genital menncium daerah genital dan yang terakhir intercourse senggama. Tabel 3.3 Blue-print Skala Perilaku Seksual Pranikah Sebelum Uji Coba Variabel Aspek Aitem Total Perilaku Seksual Pranikah Touching 2 1 Kissing 1, 7, 32, 41 4 Necking 17, 23, 26 3 Touching Genital 11, 31, 47 3 Petting 4, 18, 38, 44, 4 Oral genital 3, 15, 35, 43 4 Intercourse 5, 16, 24 3 Total 22 22 Untuk skala perilaku seksual dilakukan pembobotan untuk setiap tahapan perilaku seksual pranikah. Pemberian pembobotan dilihat dari efek kenikmatan yang dihasilkan oleh setiap tahapan. Untuk tahapan touching, kissing dan necking diberikan bobot satu karena tahapan ini adalah tahapan foreplay yang berefek membangkutkan gairah seksual. Kemudian untuk tahapan touching genital dan petting diberikan bobot dua karena tahapan ini sudah menjurus pada bagian genital, walaupun tahapan ini juga termasuk tahapan foreplay. Lalu tahapan terakhir yaitu oral genital dan intercourse diberikan bobot tiga karena pada tahapan ini adalah tahap saat subjek mendapatkan kenikmatan orgasme perempuan dan ejakulasi laki- laki. Tabel 3.4 Pemberian Bobot Nilai Pada Setiap Tahapan Perilaku Seksual Pranikah Variabel Aspek Bobot Perilaku Seksual Pranikah Touching 1 Kissing 1 Necking 1 Touching Genital 2 Petting 2 Oral genital 3 Intercourse 3 Selain pemberian pembobotan, untuk skala perilaku seksual pranikah juga sterdapat skor untuk frekuensi setiap tahapannya. Untuk masing-masing aitem dapat direspon dengan alternatif jawaban “Sangat Sering”, “Sering”, “Pernah”, dan “Tidak Pernah”. Peneliti menggunakan empat alternatif jawaban pada skala perlaku seksual pranikah untuk menghindari central tendency effect, yaitu menghindari responden untuk memberikan jawaban di tengah-tengah jika responden dalam keadaan ragu-ragu. Pengalaman oleh banyak peneliti di Indonesia menyatakan bahwa kecenderungan orang Indonesia tidak mau memberikan jawaban yang ekstrim, sehingga mereka cenderung memberi jawaban atau respon yang dianggap aman, yaitu jawaban ragu-ragu atau jawaban tengah. Hal ini menyebabkan peneliti akan kehilangan akan informasi mengenai kecenderungan suatu pendapat yang ingin diteliti Hadi, 1991. Tabel 3.5 Pemberian Skor Skala Terhadap Perilaku Seksual Pranikah Jawaban Skor SS Sangat Sering 4 S Sering 3 P Pernah 2 TP Tidak Pernah 1 Skor total untuk skala perilaku seksual ini diperoleh dari hasil kali frekuensi dengan bobot aitem frekuensi x bobot.

G. Seleksi Aitem