Teknik Analisis Data METODE PENELITIAN

48 1. Model Pengukuran Outer Model Outer model merupakan model pengukuran untuk menilai validitas dan reliabilitas model. Model pengukuran dalam PLS digunakan untuk menguji validitas dan reliabilitas melalui iterasi algoaritma. Selain dalam pengukuran validitas dan reliabilitas, model pengukuran Outer Model memberikan informasi nilai R 2 sebagai parameter ketetapan model prediksi. a. Uji Validitas Uji Validitas menurut Cooper et al 2006 dalam Jogiyanto 2011 :69 dilakukan untuk mengetahui kemampuan insrumen penelitian mengukur apa yang seharusnya diukur. Uji validitas yang digunakan adalah uji validitas konstruk yang terdiri atas validitas konvergen dan validitas diskriminan. 1 Uji Validitas Konvergen Validitas konvergen berhubungan dengan prinsip bahwa pengukur dari suatu konstruk seharusnya berkorelasi tinggi. Menurut Chin 1995 dalam Jogiyanto 2011:71 rule of thumb yang digunakan untuk validitas konvergen adalah outer loading 0,7, communality 0,5 dan average variance extracted AVE 0,5. Mengutip dari Jogiyanto 2011:82 “Jika skor loading 0,5, indikator ini dapat dihapus dari konstruknya karena indikator tidak termuat load ke konstruk yang mewakilinya. Jika skor loading 49 antara 0,5 – 0,7, sebaiknya peneliti tidak menghapus indikator yang memiliki loading tersebut sepanjang skor AVE dan Communality indikator tersebut 0,5”. 2 Uji Validitas Diskriminan “Validitas diskriminan berhubungan dengan prinsip bahwa pengukur-pengukur konstruk yang berbeda seharusnya tidak berkorelasi dengan tinggi”Jogiyanto, 2011 : 71. Sehingga uji validitas diskriminan dengan membandingkan nilai korelasi cross loading dengan variabel latennya harus lebih besar dibandingkan dengan korelasi dengan variabel latennya yang lain. b. Uji Reliabilitas Selain uji validitas, PLS juga melakukan uji reliabilitas untuk mengukur konsistensi internal alat ukur. Menurut Hartono 2008a “Reliabilitas menunjukkan akurasi, konsistensi dan ketetapan suatu alat ukur dalam melakukan pengukuran”. Uji reliabilitas dalam PLS menggunakan dua metode, yaitu Cronbach’s alpha dan Composite reliability. Menurut Hair et al., 2008 dalam Jogiyanto 2011:72 “Rule of thumb dari Cronbach’s alpha dan Composite reliability harus lebih besar dari 0,7 meskipun 0,6 masih dapat diterima. Cronbach’s alpha digunakan untuk mengukur batas bawah nilai reliabilitas sedangkan Composite reliability digunakan untuk 50 mengukur nilai sesungguhnya suatu konstruk. Kedua nilai estimasi ini menurut Salisburry, Chin, Gopal, dan Newsted 2002 dalam Jogiyanto 2011:72 menilai bahwa pengujian reliabilitas dengan menggunakan composite reliability lebih baik dalam mengestimasi konsistensi internal dalam suatu konstruk. Berdasarkan pada pengertian diatas, dalam penelitian ini menggunakan composite reliability untuk mengukur reliabilitas dengan rule of thumb harus lebih besar dari 0, 7. 2. Model Struktural Inner Model Model struktural pada prinsipnya adalah menguji pengaruh antara satu variabel laten dengan variabel laten lainya Wiyono,2011:402. Model struktural dalam PLS dievaluasi dengan menggunakan R 2 untuk konstruk endogen. Nilai koefisien path atau t-value tiap path untuk uji signifikansi antar konstruk dalam model struktural. Uji struktural dilakukan setelah data telah diuji validitas dan reliabilitas. Sebelum menjawab rumusan masalah dengan uji indikator, terlebih dahulu menganalisis sejauh mana model yang diajukan dalam penelitian ini. Analisis model penelitian dengan menggunakan PLS dengan menggunakan nilai R 2 yang diperoleh dari proses alogaritma PLS. Nilai R 2 digunakan untuk mengukur tingkat variansi perubahan variabel eksogen terhadap variabel endogen. Semakin tinggi nilai R 2 menunjukkan bahwa model prediksi yang diajukan semakin baik Sugiyono, 2011:72. Sebagai contoh, suatu model penelitian memiliki 51 nilai R 2 0,70 artinya bahwa variasi perubahan variabel endogen yang dapat dijelaskan oleh variabel eksogen adalah sebesar 70 persen, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel di luar model yang diajukan. Setelah diketahui nilai R 2 yang dimiliki oleh model yang diajukan, proses selanjutnya adalah menguji hipotesis untuk menjawab rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian. PLS dalam menguji hipotesis dilakukan dengan menggunakan skor koefisien path atau inner model yang ditunjukkan oleh nilai T-statistic. Penelitian ini akan menggunakan uji dua sisi untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Penelitian ini menggunakan nilai alpha 5 persen uji dua sisi two tail dengan derajat kebebasan DF diperoleh dengan cara jumlah data dikurangi jumlah variabel Sarjono .H dan Julianita .W .2011:130 sehingga diperoleh 89 diperoleh dari 94 dikurang 5 sama dengan 89 sehingga dalam t-tabel diperoleh nilai 1,9870. Tahapan dalam uji t-statistik dalam PLS dengan menggunakan SmartPLS 2.0 M3 melalui metoda bootstrap, yaitu dengan menggunakan metoda resempling Jogiyanto, 2011:127. Skema yang digunakan adalah no sign change yang merupakan metoda resempling standar, tanpa mengkompensasi perubahan tanda apapun Tenenhaus et al, 2005 dalam Jogiyanto, 2011:84. Skema no sign change menghasilkan nilai standar error yang sangat tinggi sehingga menurut Jogiyanto 2011 skema ini merupakan skema yang 52 konservatif. Setelah menentukan skema, proses selanjutnya adalah menentukan case dan sampels. Case akan menunjukkan jumlah n data yang digunakan dalam pengujian tersebut. Menurut Jogiyanto 2011 standar minimum dalam PLS adalah 10 n data untuk tiap jalur path yang dibangun. Berdasar pada teori Jogiyanto maka, jumlah case minimal yang digunakan dalam perhitungan adalah 60 data yang diperoleh dari jumlah jalur yang dibangun yaitu 6 jalur. Case yang digunakan 94, ini sesuai dengan jumlah sampel yang diperoleh melalui kuesioner, case ini sudah memenuhi teori dari Jogiyanto 2011. Selanjutnya adalah menentukan menentukan sampel yang merupakan jumlah iterasi atau resempling yang akan dilakukan oleh PLS. Menurut Chin dan Gopal 1997 dalam Jogiyanto 2011:85 “Jumlah iterasi sebaiknya diatas 100 atau antara 150-200 karena memberikan nilai yang lebih stabil”. Jumlah sampels yang digunakan adalah 200, untuk memperoleh hasil yang stabil sesuai dengan teori Chin dan Gopal 1997. Prosedur selanjutnya adalah menguji hipotesis yang diajukan dengan melihat path coefficient. Nilai t statistik merupakan nilai signifikansi model prediksi dalam PLS jika nilai t-statistik t-tabel ini bermakna signifikan. Pengujian hipotesis dilakukan dengan pengujian dua sisi, dengan membandingkan antara t tabel 1,9870 dengan t statistik. Berikut adalah kriteria pengujian hipotesis : 53 Ho diterima jika -1,9870≤ t hitung ≤ 1,9870 Ho ditolak jika t hitung 1,9870 atau t hitung -1,9870 Dalam uji hipotesis nilai koefisen beta dalam SmartPLS menggunakan original sampel yang merupakan skor beta unstandardize yang digunakan untuk melihat sifat prediksi variabel eksogen terhadap variabel endogen Jogiyanto, 2011:86. Nilai positif koefisien beta menunjukkan sifat pengaruh yang positif, sedangkan nilai negatif menunjukkan pengaruh negatif variabel eksogen terhadap variabel endogen. 54

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

A. Instrumen Pembayaran di Indonesia

Instrumen pembayaran masyarakat di Indonesia diatur oleh lembaga Bank Indonesia sebagai bank sentral. Instrumen atau alat pembayaran saat ini dapat dikelompokkan atas tunai dan non-tunai. Menurut Bank Indonesia instrumen pembayaran tunai berupa uang kertas dan uang logam yang sekarang ini sudah kita kenal, sedangkan instrumen pembayaran non-tunai diklasifikasikan kedalam dua tipe bahan yaitu ; kertas yang lazim disebut dengan paper-based instrumen seperti cek, giro, bilyet, dan giro sedangkan instrumen pembayaran non-tunai yang sering menggunakan media kartu sering disebut dengan card-based instrumen seperti kartu debit, kartu kredit, dan berbagai kartu lainya. Instrumen pembayaran dengan menggunakan kartu dengan menggunakan micro chips sering dikenal dengan e-money. 1. Definisi E-money Definisi e-money yang dikeluarkan oleh Bank for International Stettlement 1996 dalam kajian operasional e-money 2006 yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia menyebutkan e-money sebagai “Stored-value or prepid products in which a record of the funds or value available to a consumer is stored on an electronic device in the consumer’s possession” produk stored-value atau prepaid dimana 55 sejumlah uang disimpan dalam suatu media elektronis yang dimiliki seseorang. E-money akan berkurang pada saat konsumenpemilik menggunakannya untuk pembayaran dalam transaksi keuangan. E- money disini berbeda dengan jenis “single-purpose prepaid card” lainya seperti kartu telepon, karena e-money dimaksudkan sebagai berbagai macam jenis pembayaran dan berbeda dengan alat pembayaran elektronis berbasis kartu lainya seperti kartu kredit dan kartu debt. Kartu debt dan kartu kredit merupakan access product bukan prepaid products seperti e-money. Secara umum perbedaan karakteristik antara prepaid product dan access produk adalah sebagai berikut : a. Prepaid product e-money 1 Nilai uang telah tercatat dalam instrumen e-money, atau sering disebut sebagai stored value. 2 Dana yang tercantum dalam e-money sepenuhnya berada dalam penguasaan konsumen. 3 Pada saat transaksi, perpindahan dana dalam bentuk electronic value dari kartu e-money milik konsumen kepada terminal merchant dapat dilakukan secara off-line. Dalam hal ini verivikasi cukup dilakukan pada level merchant point of sale, tanpa harus on-line ke komputer issuer. 56 b. Access product kartu debt dan kartu kredit 1 Tidak ada pendatatan dana pada instrumen kartu. 2 Dana sepenuhnya berada dalam pengelolaan bank, sepanjang belum ada otorisasi dari nasabah untuk melakukan pembayaran. 3 Pada saat transaksi, instrumen kartu digunakan untuk melakukan akses secara on-line ke komputer issuer untuk mendapatkan otorisasi melakukan pembayaran atas beban rekening nasabah, baik berupa rekening simpanan kartu debt maupun rekening pinjaman kartu kredit. Setelah diotorisasi oleh issuer, rekening nasabah kemudian akan langsung didebt. Dengan demikian pembayaran dengan menggunakan kartu kredit dan debt mensyaratkan adanya komunikasi on-line ke komputer issuer. 2. Manfaat E-Money Menurut Siti Hidayati, Ida Nuryanti, Agus Firmansyah, Aulia Fadly dan Isnu Yuwana Darmawan 2006 e-money dalam pemakaianya untuk melakukan transaksi memiliki beberapa manfaat yaitu : a. Lebih cepat dan nyaman dibandingkan dengan uang tunai, khususnya untuk transaksi bernilai kecil micro payment disebabkan nasabah tidak perlu menyediakan sejumlah uang pas untuk suatu transaksi atau harus menyimpan uang kembalian. Selain itu, kesalahan dalam menghitung uang