Salomo dan Hutabarat, 2007 Tingka, 1998 Landasan Teori

Indonesia mempunyai potensi untuk menggeser udang Sisa Dunia ROW. Di Perancis, tuna juga berperan sebagai pesaing bagi udang.

e. Salomo dan Hutabarat, 2007

Penelitian ini berjudul “Peranan Perdagangan Internasional Sebagai Salah Satu Sumber Pertumbuhan Ekonomi Indonesia”. Dalam penelitian ini Pendapatan Domestik Bruto PDB sebagai variabel terikat Y dan variabel bebas X antara lain real kspor X1, real impor X2, nilai tukar real rupiah terhadap dollar X3, jumlah pekerja X4 dan krisis yang melanda X5. Penelitian ini menggunakan analisis kointegrasi. Dalam jankga panjang ekspor, impor, nilai tukar real, jumlah pekerja dan krisis berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

f. Tingka, 1998

“Faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor kopi Jawa Timur ke Jepang”. Menunjukkan adanya hubungan yang nyata antara variabel bebas harga rata-rata ekspor X1, income perkapita Jepang X2, harga saing X3, kurs dollar Amerika terhadap Rupiah X4. Hal ini diketahui dari uji F yaitu diperoleh F hitung = 215,007 F tabel = 19,25 sedangkan secara parsial veriabel harga rata-rata ekspor berpengaruh secara positif terhadap ekspor kopi dengan menggunakan uji T dimana t hitung = 19,89 t tabel = 4,303. Variabel income perkapita Jepang secara nyata terhadap ekspor kopi sebesar t hitung = 7,082 t tabel = 4,303. Sedangkan veriabel kurs Dollar Amerika terhadap Rupiah berpengaruh positif terhadap ekspor udang sebesar t hitung = 1,274 t tabel = 4,303. Karena ini dapat meningkatkan produksi kopi supaya dapat berkembang dengan baik.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pengertian Perdagangan

Internasional Perdagangan luar negeri merupakan suatu proses tukar menukar yang didasarkan atas kehendak sukarela dari masing-masing pihak. Pertukaran yang terjadi karena paksaan, ancaman perang dan sebagainya tidak termasuk dalam arti perdagangan yang dimaksud dalam hal ini. Melainkan masing-masing pihak harus mempunyai kebebasan untuk menentukan untung rugi pertukaran tersebut dari sudut kepentingan masing-masing, dan kemudian menentukan apakah ia mau melakukan pertukaran atau tidak Boediono;1991;10. Negara sebetulnya tidak berdagang dengan negara lain, melainkan yang melakukan perdagangan adalah penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain. Penduduk ini bisa seorang warga biasa, bisa sebuah perusahaan ekspor, bisa sebuah perusahaan impor, bisa sebuah perusahaan industri, bisa sebuah perusahaan negara, dan bisa pula departemen pemerintah. Perdagangan luar negeri hanyalah istilah kependekatan bagi kegiatan pertukaran antar penduduk suatu negara dengan penduduk di negara lain. Jadi perdagangan internasional tidak berbeda dengan pertukaran antara dua orang didalam suatu negara, hanya perbedaannya adalah dalam perdagangan internasional orang satu kebetulan tinggal dinegara lain.Boediono,1991:19. Perdagangan internasional menunjukkan suatu hubungan ekonomi antar negara di dunia yang saling menimbulkan ketergantungan. Hal ini sangat penting terhadap peningkatan kesejahteraan hidup hampir semua negara didunia, sebagian besar negara didunia mengekspor sejumlah barang, jasa serta faktor produksi untuk ditukarkan dengan impor barang, jasa serta faktor produksi lain yang hanya dapat diproduksi dengan cara kurang efisien atau tidak dapat diproduksi sama sekali Salvatore 1992 : 1 Perdagangan internasional dapat didefinisikan terdiri dari kegiatan- kegiatan perniagaan dari suatu negara asal Country Of Origin yang melintasi perdagangan menuju suatu negara tujuan Country Of Destination dengan melakukan perpindahan barang dan jasa, perpindahan modal, tenaga kerja, dan perpindahan teknologi Waluyo 1995 : 3. Dari ketiga definisi diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa perdagangan internasional merupakan pertukaran barang dan jasa antara negara di dunia melalui kegiatan ekspor dan impor, dimana dalam lintas perdagangan ini biasanya berdasarkan keunggulan komparatif yang dimiliki negara-negara dalam menyediakan produk-produk tertentu, yang memberikan dasar dari suatu pembagian kerja internasional.

2.2.1.1 Timbulnya Perdagangan Internasional

Timbulnya Perdagangan Internasional disebabkan oleh adanya perbedaan antara permintaan dan penawaran akan sesuatu barang di negara yang satu dengan negara yang lain perbedaan atau ketidaksamaan faktor- faktor produksi itu. Dalam segi permintaan, permintaan itu dapat disebabkan oleh jumlah dan jenis keperluan, jumlah pendapatan incoming, kegunaan taste, dan sebagainya. Dimana sebab-sebab timbulnya perdagangan internasional disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut : a. Perbedaan tingakat kejaranganscarcity. Apakah disuatu negara, tingkat scarcity lebih rendah dari pada negara lain maka daerah ini akan mengalir barang-barang ke negara lain yang scarcitynya lebih tinggi. Selama masih terdapat perbedaan scarcity antara negara yang satu dengan negara yang lain. Selama itu pula akan timbul hubungan ekonomi dari daerah yang kurang scarce ke daerah yang lebih scarce. b. Perbedaan Faktor Produksi Perbedaan faktor produksi antara negara yang satu dengan negara yang lain akan menyebabkan negara-negara itu menjadi negara surplus dan negara yang minus, perbedaan-perbedaan faktor produksi itu selanjutnya akan menimbulkan perbedaan tingkat produktivitas tiap negara yang mungkin dicapai. c. Perbedaaan Komperative Dari Harga Barang Selama ada perbedaan komparatif dari pada harga barang-barang, selama itu pula akan timbul arus ekonomi yang mengalir antar daerah. Perbedaan harga komparatif merupakan perbedaan harga yang diperbandingkan. Sobri, 2001 : 6.

2.2.1.2 Sumber Manfaat Perdagangan

Dengan adanya perdagangan bisa memberikan keuntungan kepada semua pihak, meskipun jumlah barang-barang yang tersedia secara keseluruhan sama sekali tidak berubah. Dimana pembagian manfaat dari perdagangan antara pihak-pihak yang melakukan pertukaran perdagangan ditentukan oleh kekuatan masing-masing dalam proses tawar menawar. Keuntungan dari pertukaran timbul karena adanya : a. Perbedaan selera antara konsumen-konsumen b. Perbedaan dalam jumlah awal dan barang-barang yang dimiliki. Perubahan pola konsumsi barang-barang bagi masing-masing konsumen yang lebih sesuai dengan selera mereka meningkatkan kepuasan semua pihak tanpa ada yang merasa dirugikan. Perubahan pola tersebut bisa dicapai dengan dimungkinkannya pertukaran bebas antara kedua belah pihak Boediono : 1991 : 14 Menurut Wolfgang Stolper dan Paul Samuelson mengemukakan bahwa perdagangan membagi suatu negara, yang disatu pihak terdiri dari orang-orang yang benar-benar menerima manfaat dari perdagangan dan dipihak lainnya terdiri dari orang yang dirugikan. Dengan asumsi yang dikemukakan bahwa peralihan dari tidak adanya perdagangan ke arah perdagangan bebas pasti akan meningkatkan penghasilan yang diperoleh faktor produksi yang diasumsikan secara intensif dalam industri yang harganya meningkat yaitu lahan, alam dan menurunkan penghasilan faktor produksi yang digunakan secara intensif dalam industri yang harganya menurun yaitu tenaga kerja, tanpa memandang barang mana yang lebih disenangi untuk dikonsumsi Lindert dan Kindleberger, 1993 : 77. Oleh karena menghindari terjadinya perbedaan dalam penerimaan manfaat dari faktor produksi yang dimiliki maka salah satu pola yang dibutuhkan bahwa semakin suatu faktor produksi di spesialisasikan atau di konsentrasikan dalam produksi untuk ekspor akan semakin besar perolehan manfaat faktor tersebut dari perdagangan, sebaliknya faktor yang dikonsentrasikan pada produksi barang-barang pengganti impor maka akan semakin besar pula kerugian dari perdagangan.

2.2.2 Teori-teori Perdagangan

Internasional 2.2.2.1 Teori Perbedaaan Biaya Mutlak Absolute Advantage : Adam Smith Berdasarkan pokok pikiran Adam Smith dalam teori perdagangan internasional bahwa hubungan perniagaan antara negara pada umumnya, tersedia karena terdapat perbedaan biaya mutlak, yaitu perbedaan biaya yang terjadiditimbulkan oleh faktor-faktor khusus yang dimiliki oleh suatu negara dan tidak dimiliki oleh negara lain, misalnya faktor keadaan dan kekayaan alam yang menguntungkan suatu negara. Akibat perbedaan-perbedaan biaya mutlak tersebut, maka untuk sejenis barang dapat dihasilkan dengan biaya lebih murah dari pada negara lain. Perbedaan biaya mutlak itu kemudian memberikan keuntungan yang mutlak Absolute Advantage kepada negara yang bersangkutan. Jadi dapat disimpulkan keuntungan mutlak itu diperoleh karena adanya perbedaaan-perbedaan yang mutlak sifatnya, yaitu perbedaan biaya yang disebabkan karena adanya perbedaan faktor produksi antar negara yang satu dengan negara yang lain, jadi keuntungan mutlak Absolute Advantage timbul karena adanya perbedaan biaya mutlak, menurut konsep perbedaan biaya mutlak, setiap negara akan mengkhususkan diri mengadakan spesialisasi dalam memproduksi barang-barang yang memberikan keuntungan mutlak. Dengan kata lain bahwa suatu negara akan mengimpor barang-barang yang diproduksinya sendiri kurang menguntungkan atau merugikan Sobri, 2001 : 23.

2.2.2.2 Teori Perbedaan Biaya yang Dibandingkan Law of Comparative Cost : David Ricardo

Menurut Ricardo berpendapat bahwa didunia ini, disuatu pihak terdapat negara yang faktor produksinya, seperti tenaga kerja dan alam lebih menguntungkan, dan di pihak lain ada negara yang faktor produksinya tidak atau kurang menguntungkan dibandingkan negara pertama, sehingga dalam menghasilkan beberapa barang itu negara pertama lebih unggul dan telah produktif daripada negara kedua, bahkan negara kedua, itu tertinggal dalam menghasilkan beberapa barang tertentu. Dengan demikian menurut Adam Smith dalam konsep perbedaan biaya mutlak, kedua belah pihak Negara itu tidak dapat mengadakan hubungan pertukaran atau perdagangan. Tetapi menurut David Ricardo sekalipun suatu Negara itu tertinggal dalam segala rupa, ia dapat juga ikut serta dalam perdagangan internasional asalkan Negara itu menghasilkan sejenis barang yang paling produktif dibandingkan dengan Negara yang lainnya. Jelasnya, menurut “Teori Perbedaan Biaya Mutlak” salah satu dari Negara yang melakukan perdagangan internasional itu harus mutlak lebih produktif dalam menghasilkan sejenis barang. Selain itu David Ricardo juga berpendapat bahwa pelaksanaan pertukaran barang yang satu dengan yang lain sudah barang tentu tidak dapat dipisahkan dengan prisip-prinsip penawaran dan permintaan dari pihak yang melakukan pertukaran itu. Spesialisasi yang timbul karena alasan Absolute Advantage ataupun alasan yang bersifat Comparativee Advantage, merupakan salah satu dalam pertukaran, yaitu pihak penawarannya. Sedangkan permintaan barulah dikemukakan oleh J.S Mill dalam teorinya yang terkenal dengan nama Law Of Recripocal Demand Sobri, 2001 : 26

2.2.2.3 Law Of Reciprocal Demand : John Stuart Mill 1806-1873

Teori perdagangan internasional dan J.S Mill bersifat melanjutkan teori comparative cost dari Ricardo, yaitu melanjutkan dengan jalan mencari letak titik keseimbangan pertukaran antar dua barang yang saling dipertukarkan oleh dua Negara. Untuk mencapai keseimbangan, seharusnya ada keseimbangan penawaran dan permintaan. Pada kenyataannya penawaran dan permintaan menentukan jumlah barang yang diekspor dan barang yang diimpor, sekaligus menentukan harga barang yang dipertukarkan. Menurut J.S Mill mengemukakan pendapatnya tentang The Equation Of Intenational Demand. Dimana pada prinsipnya, keseimbangan pertukaran antara kedua barang itu terjadi bila jumlah barang yang diminta oleh suatu negara A kepada negara lain B, sama dengan jumlah barang yang diminta oleh suatu negara B atas barang- barang yang dihasilkan oleh negara A. Jadi antar dua negara A dan B itu saling memerlukan. Permintaan atas suatu barang yang dihasilkan oleh negara lain haruslah dapat dipenuhi, bila besarnya permintaan itu sama dengan jumlah yang ditawarkan oleh negara tersebut dalam hal ini dapat dinyatakan bahwa Ricardo mengemukakan faktor supply penawaran, dan J.S Mill mengemukakan faktor demand permintaan sehingga terbentuklah keseimbangan Sobri, 2001 : 36

2.2.2.4 Permintaan dan Penawaran Dalam Perdagangan

Perdagangan antar negara dapat dipandang dari segi permintaan dan penawaran. Tegasnya perdagangan internasional terjadi karena adanya perbedaaan Permintaan dan Penawaran. Sisi permintaan dan setiap pasar ditentukan oleh selera dan pendapatan para konsumen. Dimana selera konsumen sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan, dan karenya tingkat pendapatan perkapita suatu bangsa menentukan jenis barang- barang yang akan diminta. Kendala selera dan pendapatan ini menentukan bagaimana kuantitas barang yang diminta akan bereaksi terhadap perubahan harga. Gambar 1 : Kurva Permintaan P 1 Q 1 Q 1 Q P P 2 Sumber : Samuelson, 2003 . Pengantar Teori Ekonomi Mikro, Media Global Edukasi Sedangkan sisi penawaran dari setiap pasar ditentukan oleh biaya produksi dan kualitas faktor-faktor produksi dalam negara satu dengan negara lain. Gambar 2 : Kurva Penawaran P S Q 1 Q 2 Q 3 P 3 P 2 P 1 Q Sumber : Samuelson, 2003 . Pengantar Teori Ekonomi Mikro, Media Global Edukasi Begitu mengetahui kurva permintaan yang menghubungkan jumlah barang yang diminta terhadap harganya, dapat dikombinasikan dengan kurva penawaran yang diturunkan dari kondisi biaya. Hal ini dimaksudkan untuk memperlihatkan efek perdagangan internasional terhadap produksi, konsumsi dan harga Lindert dan Kindleberger, 1993:48. Dalam perdagangan internasional, keinginan untuk memperdagangkan suatu barang adalah perbedaan horizontal antara permintaan dan penawaran dalam jalur perdagangan akan menentukan harga barang dan kualitas yang dihasilkan, diperdagangkan, dan dikonsumsikan. Harga akhir yang diciptakan oleh perdagangan dapat ditentukan jika analisis mengandung kurva permintaan dan penawaran, hanya ada satu nisbah rasio perdagangan dimana permintaan dunia dan penawaran dunia berada dalam keseimbangan Lindert dan Kindleberger, 1993:50. Pergeseran atau perubahan permintaan luar negeri dapat terjadi dimana permintaan hasil-hasil produksinya mengalami perubahan. Perubahan permintaan luar negeri disebabkan antara lain oleh : faktor- faktor penawaran saingan kita, perubahan pendapatan luar negeri itu sendiri, dan faktor-faktor dalam penawaran kita sendiri. Perubahan-perubahan itu misalnya perubahan harga penawaran, perubahan kualitas atau mutu barang yang ditawarkan. Demikian pula bila saingan-saingan kita menawarkan barang ekspornya dengan harga yang lebih rendah, maka permintaannya akan bertambah dan permintaan barang ekspor kita akan berkurang. Berubahnya pendapatan luar negeri dengan sendirinya juga akan menyebabkan berubahnya permintaan barang-barang ekspor kita income elasticity of demand. Bila pendapatan luar negeri itu bertambah, maka mereka akan berpindah pilihannya kepada barang-barang yang lebih baik, sebaliknya bila pendapatan berkurang perubahan permintaan itu akan menuju barang-barang yang kualitasnya lebih rendah. Kedua hal tersebut menyebabkan permintaan barang kita berkurang. Selanjutnya bila permintaan atas barang kita berkurang, ekspor kita pun berkurang. Oleh sebab itu bila pengurangan ekspor kita ini menjadikan tekanan neraca pembayaran internasional kita. Karena itu untuk terhindar dari tekanan permintaan ini, maka dapat dilakukan dengan menjaga kestabilan harga komoditi serta peningkatan akses dan mutu barang yang ditawarkan Sobri, 2001:185

2.2.3 Pengertian Ekspor

Pengertian Ekspor adalah suatu barang, jasa atau aset modal yang dijual keluar negeri di pasar internasional, kemudian diperoleh penerimaan dalam mata uang asing, jadi dalam hal ini ekspor merupakan bagian dari kegiatan perdagangan internasional Sobri, 2001:256. Ekspor dapat didefinisikan kedalam dua klasifikasi yaitu : 1 Ekspor barang merupakan penjualan produk riil kepada pembeli asing, 2 Eskpor jasa merupakan pendapatan investasi yang diperoleh dari luar negeri selama tenggang waktu tertentu Levi 1996:293. Ekspor merupakan suatu kegiatan menjual beberapa produksi regular suatu negara kepada negara lain tanpa mengikatkan suatu sumber daya manusia atau keuangan dalam jumlah besar Ball dan Culloch 2000:91. Dari ketiga definisi diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa ekspor merupakan suatu kegiatan menjual produk-produk dalam negeri kepasar internasional, dalam upaya peningkatan penerimaan devisa negara.

2.2.3.1 Faktor-faktor Yang Dapat Mempengaruhi Nilai Ekspor

Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi nilai ekspor adalah : Soediyono, 1992:194. a. Meningkatnya tingkat kemakmuran masyarakat. b. Tingkat inflasi didalam negeri lebih rendah dari pada tingkat inflasi yang terjadi di negara-negara yang banyak mengimpor barang-barang ekspor kita. c. Kurs devisa efektif yang berlaku bagi barang-barang ekspor menguntungkan. d. Peningkatan efisiensi produksi di dalam negeri dalam artian yang luas, yang dapat mengakibatkan produsen-produsen barang ekspor dengan harga yang sama dapat menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi. e. Kegagalan produksi di negara-negara penghasil prduk yang bersaing dengan produk ekspor kita di pasar dunia. f. Kebijaksanaan fiskal dan moneter yang sesuai dengan kebijaksanaan peningkatan ekspor. Karena itu agar kegiatan ekspor kita dapat berjalan lancar maka sangat tergantung pada sumber daya alam dan tenaga kerja Sumber Daya Manusia dimana yang dapat dijadikan sebagai suatu keunggulan komperatif dalam peningkatan produktifitas dari barang-barang ekspor kita.

2.2.3.2 Jenis Ekspor

Dalam melaksanakan kegiatan ekspor dapat dilakukan dengan alternatif pilihan dari jenis eksor diantaranya adalah : a. Ekspor Tidak Langsung Mengekspor tidak langsung adalah mengekspor barang-barang dan jasa melalui berbagai jenis eksportir yang berbasis didalam negeri. Diantaranya para eksportir yang tersedia adalah 1 agen eksportir pabrikan, yang menjual untuk pabrikan 2 agen komisi ekspor yang membeli dan menjual untuk pelanggan-pelanggan mereka di luar negeri 3 pedagang ekspor, yang membeli dan menjual untuk rekening mereka sendiri 4 perusahaan internasional yang menggunakan barang-barang itu diluar negeri. Akan tetapi dalam jenis ekspor tidak langsung ini, para eksportir tidak langsung membayar harga untuk jasa-jasa seperti 1 mereka akan membayar komisi untuk tiga jenis eksportir yang pertama 2 bisnis luar negeri bisa rugi apabila eksportir memutuskan untuk mengubah sumber pasokan mereka dan 3 perusahaan memberikan sedikit pengalaman dan transaksi-trnsaksi ini. Itulah sebabnya bagi para eksportir yang memulai dengan cara ini pada umumnya berubah pada jenis ekspor langsung, karena jenis ekspor tidak langsung dirasa kurang efisien. b. Ekspor Langsung Mengekspor langsung adalah mengekspor barang-barang dan jasa oleh perusahaan-perusahaan menunjuk karyawan yang bertanggungjawab dalam kegiatan ekspor barang atau jasa tetapi jika produk mereka berkembang kemudian dapat memutuskan untuk mendirikan perusahaan penjualan. Dimana perusahaan inilah yang bertanggungjawab dalam proseskegiatan ekspor, yang kemudian menyalurkannya kepada instansi-instansi yang berkaitan Ball dan Culloch, 2000 : 92.

2.2.3.3 Cara Pemasaran Barang Keluar Negeri

Dalam melaksanakan pemasaran barang ke luar negeri dapat ditempuh beberapa cara antara lain sebagai berikut : Amir, 1993 : 108. a. Ekpor Biasa Dalam hal ini barang dikirm ke luar negeri sesuai dengan peraturan umum yang berlaku, yang ditujukan kepada pembeli diluar negeri untuk memenuhi suatu transaksi yang sebelumnya sudah diadakan dengan importir diluar negeri. Dengan peraturan devisa yang berlaku maka hasil devisa yang diperoleh dari ekspor ini dikuasai oleh pemerintah, sebagian eksporitr menerima pembayaran dalam pembayaran dalam mata uang Rupiah sesuai dengan kurs valuta asing yang berlaku. b. Barter Yang dimaksud dengan barter adalah pengiriman barang- barang ke luar negeri untuk ditukarkan langsung dengan barang yang dibutuhkan dalam negeri. Dalam hal ini berarti pengririman barang, tidak menerima pembayaran dalam mata uang asing, tapi dalam bentuk barang yang dapat dijual didalam negeri untuk mendapatkan kembali pembayaran dalam mata uang Rupiah. c. Konsinyasi Yang dimaksud dengan konsinyasi adalah pengiriman barang ke luar negeri untuk dijual, sedangakan hasil penjualannya diperlakukan sama dengan hasil ekspor biasa. Jadi dalam hal ini barang dikirim keluar negeri bukan ditukarkan dengan barang lain seperti dalam hal barter, dan juga bukan untuk memenuhi transaksi yang sebelumnya sudah dilakukan seperti dalam hal ekspor biasa. Tegasnya didalam hal pengiriman barang sebagai barang konsinyasi belum ada pembeli yang tertentu diluar negeri. d. Package Deal Dalam rangka memperluas pasaran hasil bumi, pemerintah ada kalanya mengadakan perjanjian trade agreement dengan salah satu negara yang mana ditentukan sejumlah barang ekspor ke negara itu dan sebaliknya dari negara itu akan diimpor barang yang kiranya dibutuhkan Amir, 1993:113.

2.2.4 Teori Produksi

2.2.4.1 Pengertian Produksi

Produksi adalah setiap usaha yang menciptakan atau memperbesar daya guna barang. Untuk bias melakukan produksi, organisasi memerlukan tenaga kerja manusia, sumber-sumber alam, modal dalam segala bentuknya, serta kecakapan. Jadi semua unsur yang menopang usaha penciptaan nilai atau usaha memperbesar nilai barang, disebut faktor produksi Rosyidi, 1994 : 54. Jumlah produksi adalah besarnya hasil produksi yang dapat dihasilkan oleh setiap satuan input untuk memenuhi permintaan konsumen. a. Faktor Produksi Faktor Produksi adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia atau yang disediakan alam dan dapat dipergunakan untuk memproduksi berbagai jenis barang dan jasa yang mereka butuhkan. Faktor produksi tersebut dibedakan dalam 4 golongan, yaitu : 1. Tanah atau Sumber Daya Alam SDA 2. Tenaga kerja atau Sumber Daya Manusia SDM 3. Modal 4. Keahlian skill dan Kecakapan tata laksana Rosyidi, 1994:54 b. Fungsi Produksi Masalah produksi untuk berbagai kegiatan produksi tidak lepas dari beberapa faktor produksi yang digunakan. Pada dasarnya usaha produksi merupakan usaha bagaimana input masukan atau lebih dialokasikan melalui proses sehingga menghasilkan output keluaran yang mempunyai nilai ekonomis yang lebih tinggi. Dari segi ekonomi pengalokasian faktor-faktor produksi sehingga menjadi output keluaran dapat dianalisa melalui fungsi produksi, yang dimaksud dengan fungsi produksi adalah menunjukkan sifat keterkaitan diantara faktor-faktor produksi dalam tingkat produksi yang diciptakan Sukirno, 1995 : 23

2.2.4.2 Arti dan Tujuan Produksi

Seperti kita ketahui, di masyarakat terdapat rumah tangga keluarga yang membutuhkan barangjasa untuk keperluan konsumsi. Keperluan tersebut diharapkan dapat mencapai kegiatan produksi yang dihasilkan oleh dunia usaha. Ditinjau dari kepentingan produsen, dapat dikatakan bahwa tujuan untuk melakukan suatu kegiatan produksi adalah untuk mendapatkan laba. Tujuan ini akan dapat tercapai kalau barangjasa yang diproduksi sesuai dengan kepentingan masyarakat. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa sasaran kegiatan produksi harus ditujukan ke arah pelayanan kebutuhan masyarakat. Pada jaman purba, barang-barang yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup dapat diambil begitu saja dari alam disekitarnya tanpa pengorbanan yang berarti. Hal itu antara lain karena barang-barang yang tersedia di alam semesta jumlahnya melebihi yang diperlukan penduduk. Kecuali itu kebutuhan hidup masyarakat masih sederhana yang pada umunya dapat dipenuhi dengan barang-barang yang langsung diambil di alam semsta. Setelah mengalami pertambahan penduduk dan perkembangan teknologi secara terus menerus, situasi kehidupan masyarakat menjadi berubah. Di satu pihak persediaan sumber daya alam main terbatas, di lain pihak jenis dan jumlah kebutuhan hidup menjadi makin terbatas. Barang- barang yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup tidak dapat diambil langsung dari alam, tetapi harus diproduksi terlebih dahulu Suradjiman, 1996 : 28

2.2.4.3 Teori Produksi

Teori produksi dalam ilmu ekonomi membedakan analisanya kepada dua pendekatan sebagai berikut :  Teori produksi dengan satu faktor berubah Teori produksi yang sederhana yang menggambarkan tentang hubungan diantara tingkat produksi suatu barang dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut.  Teori produksi dengan dua faktor berubah Dalam analisis ini dimisalkan terdapat dua jenis faktor produksi yang dapat berubah atau saling pertukaran penggunaannya, yaitu tenaga kerja dapat menggantikan modal atau sebaliknya modal dapat menggantikan tenaga kerja Sukirno, 2002 : 193-197 2.2.5 Teori Kurs Valuta Asing 2.2.5.1 Pengertian Kurs Valuta Asing Kurs valuta asing adalah banyaknya uang dalam negeri yang diperlukan untuk membeli satu unit valuta asing tertentu Sadono Sukirno 1995 : 23. Kurs mempunyai kecenderungan untuk selalu bergerak mengikuti kondisi perekonomian secara global dan bersifat sangat peka terhadap perubahan-perubahan yang ekstrim. Kurs bergerak naik turun disebabkan oleh dua hal : a. Bekerjanya mekanisme pasar kurs mengambang b. Penetapan kebijakan pemerintah seperti devaluasi. Naik turunnya kurs ini adalah jangka pendek yang mempunyai pengaruh langsung berupa fluktuasi harga barang-barang ekspor maupun barang-barang impor dalam negeri yaitu bila harga tersebut dinyatakan dengan mata uang dalam negeri, misalnya Rupiah. Dalam jangka waktu pendek kita bisa mengharapkan melalui mekanisme harga bahwa volume ekspor meningkat sedangkan volume impor menurun.

2.2.5.2 Keseimbangan Kurs

Pada umumnya harus ditentukan oleh kurva permintaan dan penawaran dari mata uang asing tersebut. Permintaan valuta asing timbul karena mengimpor barang dan jasa dari luar negeri. Penawaran valuta asing timbul karena adanya ekspor barang dan jasa atau pinjaman luar negeri Salvatore, 1994 : 141. Menurut jumlah keseimbangan valuta asing yang stabil terjadi apabila permintaan valuta asing sama dengan penawarannya dan tidak tendensi bahwa kurs valuta asing akan berubah. Kelebihan penawaran mata uang yang secara artificial dipertahankan menyebabkan overheed. Dan keseimbangan eksternal dengan sistem kurs mengambang, dimana tidak ada campur tangan pemerintah harus menyesuaikan.

2.2.5.3 Ketidakseimbangan Kurs

Otoritas moneter sering kali campur tangan dalam valuta asing untuk membatasi atau mencegah penyesuaian kurs valuta. Efek dari hal ini adalah untuk mempertahankan lebih rendah dari yang seharusnya under valued. Ketidakseimbangan kurs valuta asing yang dihasilkan mata uang yang disetujui secara internasional. Ketidakseimbangan eksternal dianggap sebagai fenomena moneter yang diakibatkan ketidakseimbangan stok permintaan dan penawaran Ahmad, 1992 : 142

2.2.6 Pengertian Gross Domestic Product

Berkat kemajuan perhubungan antar Negara, sekarang ini banyak perusahaan-perusahaan asing yang beroperasi dalam wilayah suatu Negara, dan mungkin ada juga perusahaan-perusahaan Negara itu yang beroperasi di negara-negara asing. Di Indonesia banyak sekali perusahaan- perusahaan asing yang beroperasi. Perusahaan-perusahaan ini menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa mereka ini dihitung juga dalam perhitungan pendapatan nasional, sebagaian dari GDP. GDP adalah hasil produksi barang-barang dan jasa-jasa orang- orang dan perusahaan-perusahaan asing Partadiredja 1997 : 37-38. GDP adalah nilai semua barang jadi yang diproduksi oleh faktor- faktor produksi dalam negeri Dombusch 1993 : 30. GDP adalah nilai barang dan jasa dalam suatu Negara yang diproduksikan oleh faktor-faktor produksi milik warga Negara tersebut dan Negara asing Sukirno 1994 : 33. Dari pengertian-pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa GDP merupakan nilai barang dan jasa yang diproduksi oleh faktor- faktor produksi dalam negeri. Gross Domestic Product senantiasa dipakai sebagai alat pengukur pendapatan nasional dan juga sebagai gambaran kemajuan perekonomian suatu bangsa, penting untuk dipikirkan bahwa yang menghasilkan seluruh barang dan jasa disuatu Negara itu bukanlah mutlak hanya warga Negara itu sendiri, tetapi juga orang asing. Semakin tinggi Gross Domestic Product suatu Negara menunjukkan adanya tingkat ekonomi Negara tersebut telah maju dan berkembang pesat yang pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.

2.2.7 Teori Harga

2.2.7.1 Pengertian Harga

Pengertian harga adalah suatu tingkatan penilaian yang pada tingkat itu barang yang bersangkutan dapat ditukarkan pada barang yang lain apapun bentuknya. Rosyidi, 2004:237 Suatu barang dikatakan berharga bila barang tersebut : a. Mempunyai kegunaan Adalah kegunaan suatu barang akan menimbulkan permintaan terhadap barang tersebut. b. Jumlah terbatas Adalah kelangkaan suatu barang akan mendorong beberapa orang untuk memanfaatkan kelangkaan dengan menjualnya, dengan kata lain akan menimbulkan penawaran pada barang tersebut. Kesimpulan kelangkaan akan menimbulkan permintaan, sebagian barang ditentukan oleh bertemunya 2 kekuatan yaitu permintaan dan penawaran.

2.2.7.2 Tujuan Penentuan Harga

Harga barang untuk tujuan ekspor dapat ditentukan berdasarkan tujuan-tujuan penentuan harga sebagai berikut : Waluyo, 1995 : 79 a. Memaksimalkan efesiensi ekonomi, dalam hal ini bertujuan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya maka harga harus sama dengan biaya. Dengan demikian dapat memperoleh laba yang maksimal. b. Mendistribusikan pendapatan. Harga dapat ditentukan untuk menyebarluaskan produk hasil dalam negeri. Dengan demikian penentuan harga sedemikian rupa agar semua lapisan pembeli dapat memperoleh barang yang dibutuhkan. c. Menutup biaya. Memperoleh kembali biaya investasi dan mampu menutupi biaya operasi. d. Membatasi permintaan. Hal ini dilakukan untuk membatasi produksi yang langka, maka penentuan harga hanya dapat dijangkau oleh pembeli golongan tertentu saja.

2.2.7.3 Mekanisme Harga

Problema ekonomi dasar adalah bagaimana menggunakan sumber- sumber ekonomi yang terbatas jumlahnya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sebaik-baiknya. Problema tersebut bisa dijabarkan sebagai berikut : 1. Apa what yang diproduksi dan dalam jumlah berapa. 2. Bagaimana how faktor-faktor produksi yang tersedia harus digunakan untuk memproduksi barang-barang tersebut. 3. Untuk siapa for whom barang-barang tersebut diproduksi. Mekanisme harga adalah proses yang berjalan atas dasar gaya kekuatan tarik-menarik antara konsumen-konsumen dan produsen-produsen yang bertemu di pasar. Hasil bersih dari kekuatan tarik-menarik tersebut adalah terjadinya harga untuk setiap barang dan untuk setiap faktor produksi. Pada suatu waktu, harga sesuatu barang mungkin naik karena gaya tarik konsumen karena sesuatu hal menjadi lebih kuat, yaitu para konsumen meminta lebih banyak barang tersebut. Sebaliknya, harga sesuatu barang turun apabila permintaan para konsumen melemah.

2.2.7.4 Hukum Harga

Menurut Rosyidi 2004 : 312. Hukum harga The law of Price yaitu perubahan permintaan dan penawaran dapat dipengaruhi oleh tingkat harga. Disini menunjukkan hubungan yang sangat erat antara permintaan dan penawaran. Adapun hukum harga ada dua, yaitu : a. Hukum harga yang pertama the first law of price menerangkan pergeseran permintaan yang berbunyi “harga berubah-ubah secara langsung searah dengan perubahan permintaan”. b. Hukum harga yang kedua the second law of price menerangkan pergeseran penawaran yang berbunyi “harga berubah-ubah secara berlawanan berlawanan arah dengan perubahan penawaran”.

2.2.7.5 Teori Harga Bertil Ohlin Theory

Bertil Ohlin berpendapat bahwa perdagangan internasional itu sebenarnya adalah masalah harga. Jelasnya, perbedaan hargalah yang menyebabkan timbulnya kegiatan perdagangan internasional. Oleh karena itu Bertil Ohlin membahas perdagangan internasional mengikuti jalur proses mekanisme pembentukan harga, yang sudah sendirinya harus menyelidiki faktor-faktor yang menentukan atau mempengaruhi permintaan dan penawaran atas barang tersebut. Perbedaan harga barang yang menjadi dasar timbulnya perdagangan internasional, menurut Bertil Ohlin adalah disebabkan oleh perbedaan komposisi dan proporsi faktor- faktor produksi yang dimiliki oleh negara-negara di dunia ini. Perbedaan faktor-faktor produksi dengan sendirinya akan menimbulkan perbedaan pula dalam tingkat produkivitas, jumlah dan jenis hasil produksi, jumlah penawaran faktor dan hasil serta perbedaan dalam kebutuhan atau permintaan. Jadi, logis apabila suatu negara melakukan spesialisasi produksi atas suatu barang atau jasa-jasa tertentu sesuai dengan kondisi dan situasi faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh negara tersebut, dalam artian bahwa dalam kombinasi faktor-faktor produksi untuk spesialisasi produk itu lebih banyak dipergunakan faktor- faktor produksi yang relatif banyak tersedia di negara tersebut, sehingga barang-barang hasil spesialisasi tersebut mudah untuk dipertukarkan atau diekspor ke negara lain.

2.2.8 Kurva –J

Analisa kurva J menerangkan bahwa keseimbangan suatu negara akan memburuk terlebih dahulu sebelum akhirnya mengikuti suatu depresiasi. Penjelasan dasar kurva J adalah bahwa elastisitas harga menjadi lebih besar dari waktu ke waktu. Gambar 3 : Kurva J .......................................... Waktu Sumber : Lipsey, 2001:383. Pengantar Makro Ekonomi Edisi Kedelapan, Erlangga, Jakarta. Kurva J memperlihatkan bahwa keseimbangan perdagangan suatu negara menurun setelah nilai mata uangnya mendepresiasi namun dapat naik dari waktu ke waktu. Pengertian posisi keseimbangan perdagangan Brasil menyerupai huruf J, sehingga dinamakan kurva J. Pertama, mengikuti depresiasi, ketika elastisitas rendah maka keseimbangan perdagangan Brasil menurun sampai ke bagian bawah kurva J. Setelah satu periode, warga Brasil mengatur secara lebih lengkap atau teliti untuk meningkatkan nilai riil produk-produk luar negeri dan menurunkan produk-produk Brasil. Apabila kita samakan dengan kurva J maka keseimbangan perdagangan Brasil bergerak dari dasar menuju ke bagian paling atas dari huruf J tersebut, sehingga depresiasi yang dilakukan telah dianggap sukses. 2.2.9 Purchasing Power Parity 2.2.9.1 Teori Purchasing Power Parity PPP Teori paritas daya beli menyatakan bahwa kurs antara dua mata uang dari dua negara sama dengan nisbah tingkat harga dari kedua negara yang bersangkutan, dimana tingkat harga adalah harga uang dari serangkaian barang atau jasa. Dengan demikian, teori paritas daya beli PPP memprediksi bahwa penurunan daya beli masyarakat daya beli mata uang domestik akan diiringi dengan depresiasi mata uangnya secara proporsional dalam pasar valuta asing. Begitu sebaliknya, PPP memprediksi bahwa kenaikan daya beli mata uang domestik akan dibarengi dengan apresiasi secara proporsional. Krugman,1994 :120 Pada dasarnya teori paritas daya beli PPP adalah sebuah metode estimasi jalan pintas atas kurs ekuilibrium ketika suatu negara mengalami ketidakseimbangan neraca pembayaran. Kebutuhan atas pengukuran serba cepat tersebut dikarenakan suatu negara biasanya tidak memiliki pemahaman atau informasi yang cukup mengenai bentuk yang sebenarnya atas kurva permintaan dan kurva penawaran valuta asing. Teori ini sengaja dikembangkan dan dipraktekkan untuk memperkirakan kurs ekuilibrium yang memungkinkan negara-negara kembali ke standar emas demi menyelamatkan perdagangan internasional yang dirusak gejolak harga berbagai komoditi dan kompetisi devaluasi setelah Perang Dunia Pertama. Salvatore, 1997 : 124 Penjelasan dari teori paritas daya beli PPP didasarkan pada hukum satu harga law one price yaitu hukum yang menyatakan bahwa dalam pasar-pasar kompetitif yang bebas dari biaya transportasi dan hambatan-hambatan resmi perdagangan misal tarif, bea masuk, kuota dan lain-lain bagi barang-barang identik yang sama jenisnya jika dijual di berbagai negara tentu memiliki harga yang sama apabila harganya dinyatakan dalam dalam mata uang yang sama pula biasanya dikonversikan ke mata uang yang umum dipergunakan seperti dollar AS dengan kurs spot. Krugman, 1994 :119 Hukum satu harga diformulasikan sebagai berikut : Nopirin, 1993 : 183 P Rp x R = P dan R = P Rp x P Dimana : P Rp = harga produk dalam rupiah P = harga produk dalam dollar AS R = kurs spot rupiah terhadap dollar Doktrin paritas daya beli bermaksud menjelaskan penentuan kurs valuta asing keseimbangan berdasarkan harga dalam negeri dan luar negeri. Doktrin PPP menyatakan bahwa harga mata uang mencerminkan daya beli umumnya, tingkat kurs antar mata uang seharusnya mencerminkan daya beli internal relatif antar mata uang tersebut yang dinyatakan dalam tingkat harga umum relatifnya. Jamli, 2001 : 204

2.2.9.2 Sebab-sebab Gugurnya Purchasing Power Parity

Apa saja yang mengakibatkan kenyataan empiris yang ada bertentangan dengan PPP. Ada beberapa kelemahan mencolok dari logika yang terkandung dalam teori PPP mengenai kurs yang didasarkan pada dalil satu harga itu, yaitu : a Asumsi yang dianut oleh dalil satu harga bahwa biaya transpor dan pembatasan perdagangan bisa diabaikan, ternyata tidak dapat dipertahankan. Dalam kenyataan sesungguhnya, biaya transpor dan pembatasan perdagangan tidak bisa diabaikan. Pembatasan ini terkadang demikian tingginya sehingga menghambat sebagian perdagangan barang dan jasa antar negara. b Praktek-praktek monopolistik dan oligopolistik di berbagai pasar barang, bersama biaya transpor dan pembatasan perdagangan semakain memperlemah keterkaitan harga atas barang yang sama di berbagai negara. c Oleh karena data inflasi di berbagai negara didasarkan pada komoditi acuan yang berlainan, maka perubahan kurs tidak bisa diharapkan mampu mengimbangi selisih inflasi resmi yang dilaporkan pihak pemerintah, biarpun tidak ada pembatasan perdagangan dan semua produk bisa diperdagangkan. Krugman, 1994 : 135

2.2.10 Luas Lahan

Luas lahan akan mempengaruhi skala usaha dan usaha ini pada akhirnya akan mempengaruhi efisien tidaknya suatu usaha perikanan. Seringkali dijumpai, meskipun lahan yang dipakai dalam suatu usaha perikanan itu luas, akan semkain tidak efisien lahan tersebut. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa luasnya lahan mengakibatkan upaya melakukan tindakan yang mengarah pada segi efisien akan berkurang, karena : 1. Lemahnya pengawasan terhadap penggunaan faktor produksi seperti benih, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja. 2. Terbatasnya persediaan tenaga kerja disekitar daerah itu yang pada akhirnya akan mempengaruhi usaha perikanan tersebut. 3. Terbatasnya persediaan modal untuk membiayai usaha tersebut, dalam skala luas. Sebaiknya pada luas lahan yang sempit, upaya pengusahaan terhadap faktor produksi semakin baik, penggunaan tenaga kerja tercukupi dan kebutuhan modal juga tidak terlalu besar, sehingga usaha perikanan semacam ini sering kali lebih efisien. Soekarwati , 2002 : 15

2.3 Kerangka Pikir