4.2.1 Perkembangan Ekspor Udang ke Amerika
Perkembangan Ekspor Udang ke Amerika dapat disajikan dalam tabel di bawah ini :
Tabel 1 : Perkembangan Nilai Ekspor Udang ke Amerika Tahun 1999-2008
Tahun Nilai Ekspor Udang
Jawa Timur ke Amerika US
Perkembangan
1999 81.168.675
- 2000 115.335.942 42,09
2001 107.543.855 -6,76
2002 59.216.000
-44,94 2003
73.443.814 24,03
2004 106.785.458 45,40 2005
89.075.170 -16,58
2006 92.572.526
3,93 2007 146.694.545 58,46
2008 162.191.901 10,56 Sumber : Disperindag Jawa Timur diolah
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa perkembangan Ekspor Udang ke Amerika selama 10 tahun 1999-2008 cenderung mengalami
fluktuasi. Perkembangan tertinggi Ekspor Udang ke Amerika adalah pada tahun 2007 sebesar 58,46 dan perkembangan terendah adalah pada tahun
2002 sebesar – 44,94 . Ekspor Udang ke Amerika tertinggi terjadi pada tahun 2008 sebesar 162.191.901 US dan Ekspor Udang ke Amerika
terendah pada tahun 2002 sebesar 59.216.000 US.
4.2.2 Perkembangan Kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika
Perkembangan Kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika dari tahun ke tahun mengalami fluktuatif. Hal ini dapat dilihat pada tabel 2 yang
menjelaskan bahwa pada tahun 1999 sampai 2008, perkembangan terbesar Kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika pada tahun 2000 sebesar 40,27 .
Perkembangan Kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika yang terendah pada tahun 2002 sebesar -14,04 , dapat dilihat Kurs Rupiah terhadap Dollar
Amerika terendah pada tahun 1999 sebesar 7.100 US dan nilai tertinggi pada tahun 2008 sebesar 10.950 US.
Tabel 2 : Perkembangan Kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika Tahun 1999-2008
Tahun Kurs Rupiah terhadap
Dollar Amerika US
Perkembangan
1999 7.100 -
2000 9.959 40,27
2001 10.400
4,43 2002
8.940 -14,04
2003 8.465 -5,31
2004 9.290
9,75 2005
9.830 5,81
2006 9.020 -8,24
2007 9.419
4,42 2008
10.950 16,25
Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Timur diolah
4.2.3 Perkembangan Jumlah Produksi Udang Jatim
Perkembangan Jumlah Produksi Udang Jatim dapat dilihat pada table 3, dibawah ini :
Tabel 3 : Perkembangan Jumlah Produksi Udang Jatim Tahun 1999-2008
Tahun Jumlah Produksi
Udang Jatim Ton
Perkembangan
1999 21.279 -
2000 21.158
-0,57 2001
21.070 -0,42
2002 18.869 -10,45
2003 13.497 -28,47
2004 16.914
25,32 2005
22.754 34,53
2006 23.293
2,37 2007
24.066 3,32
2008 25.438
5,70 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Timur diolah
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa perkembangan Jumlah Produksi Udang Jatim setiap tahunnya mengalami naik turun yang
tidak tentu besarnya. PerkembanganJumlah Produksi Udang Jatim, yang tertinggi terjadi pada tahun 2005 sebesar 34,53 . Tetapi pada tahun 2003
terjadi perkembangan terendah sebesar – 28,47 .
4.2.4 Perkembangan Harga Rata-rata Ekspor Udang
Berdasarkan tabel dibawah dapat diketahui bahwa pekembangan Harga Rata-rata Ekspor Udang selama 10 tahun 1999-2008 cenderung
mengalami fluktuasi. Perkembangan tertinggi selama periode penelitian adalah pada tahun 2000 sebesar 33,72 . Sedangkan perkembangan
terendah adalah pada tahun 2001 sebesar -20,42 . Harga Rata-rata Ekspor Udang tertinggi terjadi pada tahun 2000 sebesar 8,13 USKg dan Harga
Rata-rata Ekspor Udang terendah pada tahun 1999 sebesar 6,08 USKg.
Tabel 4 : Perkembangan Harga Rata-rata Ekspor Udang Tahun 1999-2008
Tahun Harga Rata-rata Ekspor
Udang USKg
Perkembangan
1999 6,08 -
2000 8,13
33,72 2001 6,47
-20,42 2002
7,72 19,32
2003 6,45 -16,45
2004 6,56
1,71 2005 6,20
-5,49 2006
7,42 19,68
2007 6,38 -14,02
2008 6,67
4,55 Sumber : Disperindag Jawa Timur diolah
4.2.5 Perkembangan GDP Amerika
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa perkembangan GDP Amerika setiap tahunnya mengalami naik turun yang tidak tentu besarnya.
Perkembangan GDP Amerika, yang tertinggi terjadi pada tahun 2007 sebesar 15,83 . Tetapi pada tahun 2006 terjadi perkembangan terendah
sebesar -8,37 . Hal ini bisa dilihat dari nilai GDP Amerika tertinggi tahun 2008 sebesar 14.440 billions of US dan terendah tahun 1999 sebesar 9.268
billions of US.
Tabel 5 : Perkembangan GDP Amerika Tahun 1999-2008
Tahun GDP Amerika
billions of US Perkembangan
1999 9.268
- 2000
9.817 5,92
2001 10.128 3,17
2002 10.470 3,38
2003 10.961 4,69
2004 11.712 6,85
2005 12.456 6,35
2006 11.413
-8,37 2007
13.220 15,83
2008 14.440 9,23
Sumber : Bank Indonesia diolah
4.2.6 Perkembangan Luas Lahan Tambak
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa perkembangan Luas Lahan Tambak setiap tahunnya mengalami naik turun yang tidak tentu
besarnya. Perkembangan Luas Lahan Tambak, yang tertinggi terjadi pada tahun 2001 sebesar 5,37 . Tetapi pada tahun 2007 terjadi perkembangan
terendah sebesar -6,24 . Hal ini bisa dilihat dari nilai Luas Lahan Tambak tertinggi tahun 2004 sebesar 57.343,89 Ha dan terendah tahun 2007 sebesar
51.609,37 Ha.
Tabel 6 : Perkembangan Luas Lahan Tambak Tahun 1999-2008
Tahun Luas Lahan Tambak
Ha Perkembangan
1999 53.432,23 -
2000 52.451,83 -1,83
2001 55.268,15 5,37
2002 56.334,24 1,93
2003 56.550,80 0,38
2004 57.343,89 1,40
2005 56.550,08 -1,38
2006 55.046,52 -2,66
2007 51.609,37 -6,24
2008 53.971,57 4,58
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan diolah
4.3 Hasil Analisis Asumsi Regresi Klasik BLUE Best Linier Unbiased Estimator.
Agar dapat diperoleh hasil estimasi yang BLUE Best Linier Unbiased Estimator atau perkiraan linier tidak bias yang terbaik maka estimasi
tersebut harus memenuhi beberapa asumsi yang berkaitan. Apabila salah satu asumsi tersebut dilanggar, maka persamaan regresi yang diperoleh tidak
lagi bersifat BLUE, sehingga pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t menjadi bias. Dalam hal ini harus dihindarkan terjadinya kasus-kasus
sebagai berikut : 1.
Autokorelasi
Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai “korelasi antara data observasi yang diurutkan berdasarkan urut waktu data time series atau
data yang diambil pada waktu tertentu data cross-sectional” Gujarati, 1995 : 201. Untuk menguji variabel-variabel yang diteliti
apakah terjadi autokorelasi atau tidak dapat digunakan uji Durbin Watson, yaitu dengan cara membandingkan nilai Durbin Watson yang
dihitung dengan nilai Durbin Watson dL dan du dalam tabel. Distribusi penetuan keputusan dimulai dari 0 nol sampai 4 empat.
Kaidah keputusan dapat dijelaskan sebagai berikut : 1.
Jika d lebih kecil dari pada d
L
atau lebih besar dari pada 4-d
L
, maka hipotesis nol ditolak yang berarti terdapat autokorelasi.
2. Jika d teletak antara d
U
dan 4-d
U
, maka hipotesis nol diterima yang berarti tidak ada autokorelasi.
3. Jika nilai d terletak antara d
L
dan d
U
atau antara 4-d
L
dan 4-d
U
maka uji Durbin-Watson tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti, untuk nilai ini tidak dapat disimpulkan ada tidaknya
autokorelasi di antara faktor-faktor penganggu. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala autokorelasi dalam model
penelitian maka perlu dilihat nilai DW tabel. Diketahui jumlah variabel