Faktor Eksternal Yang Menyebabkan Terdakwa Tidak Didampingi

pemeriksaan, yang mana seharusnya hak-hak tersangkaterdakwa diperolehnya. 2. Faktor ekonomi Faktor lain yaitu faktor ekonomi, tingkat perekonomian terdakwa yang kurang mampu menjadi ketidak mampuan terdakwa dalam menyediakan penasihat hukum sendiri. Kemudian disertai dengan kurangnya pengetahuan akan hukum atau Terdakwa yang buta akan hukum semakin mempengaruhi terdakwa untuk tidak mendapatkan penasihat hukum secara cuma-cuma pro deo yang seharusnya hak tersebut wajib diperoleh bagi Terdakwa.

B. Faktor Eksternal Yang Menyebabkan Terdakwa Tidak Didampingi

Penasihat Hukum Faktor eksternal yang menyebabkan Terdakwa Hadi Kusumo tidak didampingi Penasihat Hukum timbul dari kinerja pihak penyidik dalam hal menyampaikan hak-hak tersangka kepada Terdakwa Hadi Kusumo yang saat itu masih berstatus sebagai tersangka. Sebagai penyidik yang memeriksa Tersangka Hadi Kusumo mempunyai kewajiban memberitahukan hak-hak tersangka sebagaimana yang telah dicantumkan dalam pasal 56 ayat 1 dan 2 KUHAP. Apabila ternyata pihak penyidik tidak menyampaikan hak-hak tersebut, maka terdapat adanya suatu pelanggaran terhadap ketentuan itu. Pelanggaran tersebut dinamakan dengan pelanggaran ”Miranda Rule”. Miranda Rule merupakan hak konstitusional dari tersangka yang sifatnya universal dan diakui dihampir semua negara yang berdasarkan hukum. Yang salah satu hak tersebut adalah hak untuk didampingi atau dihadirkan Penasihat Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Hukum sejak dari proses penyidikan sampai danatau dalam semua tingkat proses peradilan. Sedangkan ”Miranda rule” itu sendiri diadopsikan dalam Pasal 56 ayat 1 dan 2 KUHAP. Pelanggaran Miranda Rule dalam Praktik Peradilan, dapat terjadi antara lain 64 : a. Kesalahan dalam menafsirkan pasal 56 ayat 1 KUHAP Dalam proses peradilan banyak PenyidikPembantu Penyidik beranggapan bahwa kewajiban Penyidik terhadap Tersangka adalah kewajiban untuk memberitahukan kepada Tersangka akan haknya untuk mendapat bantuan hukum atau didampingi oleh Penasihat Hukum bukan kewajiban menunjuk Penasihat Hukum, anggapan dan penafsiran semacam ini adalah penafsiran yang pincang dan tidak lengkap dari apa yang dimaksud dalam pasal 114 KUHAP, atau Penyidik hanya mengerti dan menjalankan pasal 54 KUHAP yang berlaku untuk semua perkara pidana ; b. Adanya unsur kesengajaan dari oknum pejabat penyidik Hal ini dapat terjadi bukan karena Penyidik tidak mengerti bagaimana menyikapi pasal 56 ayat 1 KUHAP akan tetapi hal ini dapat terjadi jika oknum penyidik tersebut merasa dengan kehadiran Penasihat Hukum bagi Tersangka akan mengurangi kebebasannya dalam mencapai target-target tertentu yang akan didapatkannya dari Tersangka, dan tentu patut diduga oknum Penyidik tersebut khawatir rahasia perlakuan kurang terpuji yang dilakukannya dalam proses penyidikan yang bertentangan dengan undang- undang akan diketahui oleh Penasihat Hukum, apalagi Penasihat Hukum tersebut seorang yang idealis dan profesional, dan biasanya untuk mengatasi kewajiban Penyidik untuk tidak menunjuk Penasihat Hukum oknum Penyidik tersebut akan berupaya keras untuk mendapatkan surat pernyataan dari tersangka yang tidak bersedia didampingi oleh Penasihat Hukum dengan mudah diperoleh oleh penyidik dari tersangka, biasanya kepada Tersangka ditanya tentang kemampuannya membiayai Pengacara yang cukup mahal, dan oleh Tersangka biasanya akan dijawab bahwa ia tidak punya uang untuk biaya Pengacara, atas dasar itu Penyidik mempunyai alasan kuat untuk membuatkan pernyataan bahwa Tersangka tidak bersedia didampingi oleh Penasihat Hukum; c. Tidak adanya Penasihat Hukum yang akan ditunjuk di Wilayah Hukum tersebut Hal ini dapat terjadi jika di Wilayah Hukum dimana tempat Tersangka disidik tidak ada atau sulit dicari Penasihat Hukum yang akan ditunjuk 64 M. Sofyan Lubis, op.cit., h. 32-35 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Penyidik dalam mendampingi Tersangka karena tempatnya terpencil atau jauh dari tempat praktik Penasihat Hukum; d. Belum adanya mekanisme yang mengatur kesediaan Penasihat Hukum untuk ditunjuk sebagai Penasihat Hukum bagi TersangkaTerdakwa sebagaimana dimaksud dalam pasal 56 ayat 2 KUHAP Memang sampai detik ini belum ada aturan atau sistemmekanisme yang jelas tentang bagaimana kesediaan Penasihat Hukum untuk memberi bantuan hukum kepada TersangkaTerdakwa dengan cuma-cuma seperti yang dimaksud dalam pasal 56 ayat 2 KUHAP. Hal ini mungkin oleh pihak Pemerintah tidak begitu urgen untuk mengaturnya apalagi jika aturan tersebut dibuat, tentu konsekuensinya akan membutuhkan mata anggaran tersendiri atau biaya rutin setiap tahunnya. Namun sesekali pernah ada anggaran bantuan hukum yang diberikan oleh pemerintah dalam hal ini Departemen Kehakiman dan HAM yang disalurkan melalui Pengadilan Negeri setempat kepada Penasihat Hukum yang ditunjuk dalam memberi bantuan hukum kepada Terdakwa. Akan tetapi kenyataannya dalam praktik sulit dilaksanakan anggaran bantuan hukum tersebut secara berkelanjutan dari tahun ke tahun, dan Penasihat Hukum yang telah ditunjuk untuk memberi bantuan hukum secara cuma-cuma tersebut sering tidak menerima haknya sebagaimana mestinya. Hak tersebut sebenarnya sangat kecil yaitu diberikan sekedar untuk biaya operasionaltransportasi Penasihat Hukum bersangkutan, bahkan tidak jarang Penasihat Hukum yang bersangkutan hanya menerima 50 dari dana yang seharusnya diterima; e. Tidak adanya mata anggaran khusus di tingkat penyidikan untuk Penunjukan Penasihat Hukum bagi Tersangka Memang di institusi POLRI belum pernah ada mata anggaran khusus yang diperuntukkan bagi Penasihat Hukum yang diminta untuk mendampingi Tersangka sebagaimana dimaksud dalam pasal 56 ayat 2 sehingga pihak Penyidik agaknya tidak enak hati mengambil suatu kebijakan resmi untuk menunjuk Penasihat Hukum bagi Tersangka, oleh karena itu sangat dimungkinkan untuk mengatasi kewajiban kewajiban tersebut Penyidik cukup memberitahukan hak Tersangka untuk mendapat bantuan hukum atau hak didampingi Penasihat Hukum, dan adapun jika tersangka nantinya ditanya mengenai biaya untuk Penasihat Hukum dalam hal ini Penyidik telah mengestimasi-kan atau menduga atau menduga jawaban dari Tersangka yang dapat dipastikan akan memperoleh jawaban bahwa Tersangka tidak punya uang untuk membiayai Penasihat Hukum, dan atas dasar itu selanjutnya Tersangka diminta untuk membuat surat pernyataan yang isinya tidak bersedia didampingi oleh Penasihat Hukum guna dilampirkan dalam berkas perkaranya. Memang tidak semua penyidik yang menempuh langkah-langkah serupa masih banyak juga Penyidik yang baik dan konsisten dalam penegakan Miranda Rule dan mampu mengatasi kewajibannya dalam penunjukan Penasihat Hukum bagi Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Tersangka sekalipun Penyidik tidak memiliki dana khusus untuk itu namun berkat keluwesan dan hubungan baiknya dengan beberapa Lembaga Bantuan Hukum yang ada kebijakan penunjukan Penasihat Hukum bagi Tersangka sebagaimana diharuskan dalam pasal 56 ayat 1 KUHAP tetap dapat dilakukan Penyidik.

C. Analisis Putusan Pengadilan Negeri Sidoarjo No : 619Pid.B2010PN