BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Pada penelitian sebelumnya akan dikemukakan mengenai penelitian yang telah dilakukan oleh :
1. Ratna 2010 dengan judul Analisis Tipologi daerah di SWP IX
peneletian ini menggunakan variabel yang sama yaitu Pendapatan Perkapita Pertumbuhan ekonomi tahun 2004 sampai 2008. Bahwa dari
SWP IX dimana daerah mempunyai tipe daerah tumbuh tetapi tidak sejahtera.
2. Wibowo 2003 dengan judul penelitian“ Analisis Pertumbuhan
Ekonomi Antar Wilayah Kabupaten Kotamadya di Jawa Timur” periode tahun 1987 sampai 2001. Penelitian tersebut menggunakan
variabel Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur sebagai variabel terikat Y, sedangkan variabel bebasnya antara lain, Pertumbuhan PDRB = X
1
PDRB per kapita = X
2
Investasi = X
2
. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis location Quotient. Hasil penelitiannya
mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi antar wilayah di Jawa Timur di pengaruhi juga oleh investasi swasta yang tidak merata.
3. Wedhahuditama 2003, dalam penelitiannya membahas tentang
Identifikasi Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan PDRB Jawa Timur 1980-1986 dan implikasinya terhadap pembangunan
8
4. Kuncoro dan Aswadi 220 Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Vol.
17, No. 1, dengan judul :”Evaluasi Penetapan Kawasan Andalan : Studi Empiris di Kalimantan Selatan tahun 1993-1999” dalam penelitian ini
variabel yang digunakan adalah Dummy Variabel, dimana 1 = Kawasan andalan; 0 = Kawasan bukan andalan sebagai variabel terikat Y,
sedangkan variabel bebasnya antara lain X
1
= Spesialisasi daerah, alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai variabel
terikat Y sedangkan variabel bebasnya antara lain X
1
= Pertumbuhan PDRB, X
2
= PDRB perkapita, X
3
= Spesialisasi daerah, alat analisis Tipologi Klassen,Location Quotient, Indeks Spesialisasi Regional,
Model Logit Binary Logistic Regression, dan Multinomial Logistic Regression. Dan hasil dari penelitian ini adalah pertimbangan penetapan
kawasan andalan di Kalimantan Selatan hanya mengacu pada pendapatan perkapita dan subsektor unggulan, yang ditunjukkan oleh
hasil analisis location Quotient dan model logit. Pertumbuhan PDRB dan spesialisasi daerah ternyata tidak menjadi bahan pertimbangan
dalam penetapan kawasan andalan di Kalimantan Selatan. Analisis Tipologi Klasen menunjukkan, dari tiga daerah di kawasan andalan
hanya Kabupaten Kotabaru yang berada pada daerah cepat-tumbuh dengan tingkat pertumbuhan dan pendapatan perkapita tinggi. Kota
Banjarmasin merupakan daerah maju tapi tekanan dengan tingkat pertumbuhan rendah, sedangkan Kabupaten Hulu Sungai Selatan
merupakan daerah dengan klasifikasi relatif tertinggal dengan tingkat pertumbuhan dan pendapatan perkapita rendah. Hasil analisis
spesialisasi regional menunjukkan bahwa kemampuan kawasan andalan sebagai daerah yang memiliki keterkaitan perekonomian sektoral
dengan daerah lainnya masih lemah. Hal tersebut ditunjukkan dengan semakin terdiversifikasinya subsektor usaha daerah-daerah di kawasan
andalan bahkan terjadi penurunan tingkat spesialisasi antar daerah kawasan andalan selama tahun 1993-1999. implikasi dari seluruh
persyaratan yang harus dipenuhi adalah kebijakan penetapan kawasan andalan di Propinsi Kalimantan Selatan tidak tepat, terutama penetapan
Kota Banjarmasin dan Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Hasil analisis pengklasifikasian menunjukkan bahwa pengklasifikasian daerah di
Provinsi Kalimantan Selatan lebih baik dengan menggunakan empat klasifikasi menurut Tipologi Klassen daripada hanya berdasarkan
klasifikasi kawasan andalan dan kawasan bukan andalan. Empat klasifikasi daerah tersebut yaitu daerah cepat-maju dan cepat tumbuh,
daerah maju tapi tertekan, daerah berkembang cepat, dan daerah relatif tertinggal.
5. Pusat Studi Asia Pasifik UGM dan PT. Toyota Astra Motor 2006,
dalam penelitiannya “Analisis Tipologi Klassen untuk melihat posisi sembilan sektor PDRB Provinsi Nanggroe Ace Darussalam NAD
selama periode 2001-2004. Laju pertumbuhan PDRB masing-masing sektor dan pangsa masing-masing sektor terhadap PDRB Provinsi NAD
menurut lapangan usaha tahun 2001-2004 dihitung kemudian dicari rata- ratanya. Setelah itu laju pertumbuhan PDRB masing-masing sektor dan
pangsa masing-masing sektor PDRB Provinsi NAD dibandingkan dengan rata-rata laju pertumbuhan masing-masing sektor PDRB dan
rata-rata pangsa masing-masing sektor PDRB menurut lapangan usaha tahun 2001-2004 secara nasional. Sektor yang memiliki kontribusi
terhadap PDRB NAD paling besar dimiliki oleh Sektor Keuangan, Asuransi, Sewa Rumah dan Jasa Perusahaan. Sementara itu sektor yang
memiliki pertumbuhan paling kecil bahkan negatif adalah Sektor Bangunan. Hasil analisis, sektor yang dapat dikategorikan sebagai sektor
maju dan tumbuh pesat adalah Sektor Pertambangan dan Penggalian.
Sektor inilah yang sebaiknya mendapat perhatian yang lebih dari Pemerintah Daerah untuk dikembangkan. Lebih lanjut, dengan didukung
oleh data yang memadai, Pemerintah Daerah sebaiknya menganalisis hingga ke tingkat komoditi. Apabila pada tingkat komoditi sudah
ditemukan komoditi yang maju dan tumbuh pesat, maka sebaiknya
anggaran pengeluaran diprioritaskan pada komoditi tersebut. Sektor Pertanian termasuk ke dalam sektor maju tapi tertekan. Sektor-sektor
yang masuk ke dalam sektor potensial untuk berkembang adalah Sektor Listrik, Gas dan Air Minum, Sektor Keuangan, Asuransi dan Sewa
Rumah, dan Sektor Pemerintahan dan Jasa. Sayang sekali menurut hasil analisis ternyata banyak sektor-sektor di Provinsi NAD yang termasuk
ke dalam sektor relatif tertinggal. Sektor-sektor tersebut adalah Sektor Industri Pengolahan, Sektor pengolahan, Sektor Perdagangan, Hotel dan
Restoran, dan Sektor Angkutan dan Komunikasi.
2.2. Landasan Teori