c. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya untuk mencegah atau menghambat timbulnya komplikasi dengan tindakan-tindakan seperti tes penyaringan yang ditujukan untuk
pendeteksian dini Campak serta penanganan segera dan efektif. Tujuan utama kegiatan-kegiatan pencegahan sekunder adalah untuk mengidentifikasi orang-orang
tanpa gejala yang telah sakit atau penderita yang beresiko tinggi untuk mengembangkan atau memperparah penyakit.
Memberikan pengobatan penyakit sejak awal sedapat mungkin dilakukan untuk mencegah kemungkinan terjadinya komplikasi. Edukasi dan pengelolaan Campak
memegang peran penting untuk meningkatkan kepatuhan pasien berobat.
c.1. Diagnosa Penyakit Campak
Diagnosa dapat ditegakkan dengan anamnese, gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium.
23,24
c.1.1. Kasus Campak Klinis Kasus Campak klinis adalah kasus dengan gejala bercak kemerahan di tubuh
berbentuk macula popular selama tiga hari atau lebih disertai panas badan 38ºC atau lebih terasa panas dan disertai salah satu gejala bentuk pilek atau mata merah
WHO. c.1.2. Kasus Campak Konfirmasi
Kasus Campak konfirmasi adalah kasus Campak klinis disertai salah satu kriteria yaitu :
Universitas Sumatera Utara
a. Pemeriksaaan laboratorium serologis IgM positif atau kenaikan titer
antiantibodi 4 kali dan atau isolasi virus Campak positif. b.
Kasus Campak yg mempunyai kontak langsung dengan kasus konfirmasi, dalam periode waktu 1 – 2 minggu.
c.2. Pengobatan penyakit campak
Penderita Campak tanpa komplikasi dapat berobat jalan. Tidak ada obat yang secara langsung dapat bekerja pada virus Campak. Anak memerlukan istirahat di tempat
tidur, kompres dengan air hangat bila demam tinggi. Anak harus diberi cukup cairan dan kalori, sedangkan pasien perlu diperhatikan dengan memperbaiki kebutuhan
cairan, diet disesuaikan dengan kebutuhan penderita dan berikan vitamin A 100.000 IU per oral satu kali. Apabila terdapat malnutrisi pemberian vitamin A ditambah
dengan 1500 IU tiap hari. Dan bila terdapat komplikasi, maka dilakukan pengobatan untuk mengatasi komplikasi yang timbul seperti :
d.1. Otitis media akut, sering kali disebabkan oleh karena infeksi sekunder, maka perlu mendapat antibiotik kotrimoksazol-sulfametokzasol.
d.2. Ensefalitis, perlu direduksi jumlah pemberian cairan ¾ kebutuhan untuk mengurangi oedema otak, di samping peomberian kortikosteroid, perlu dilakukan
koreksi elektrolit dan ganguan gas darah. d.3. Bronchopneumonia, diberikan antibiotik ampisilin 100 mgkgBBhari dalam 4
dosis, sampai gejala sesak berkurang dan pasien dapat minum obat per oral. Antibiotik diberikan sampai tiga hari demam reda.
d.4. Enteritis, pada keadaan berat anak mudah dehidrasi. Pemberian cairan intravena dapat dipertimbangkan apabila terdapat enteritis dengan dehidrasi.
Universitas Sumatera Utara
d. Pencegahan Tersier