Hubungan antara Pelurusan Rambut (Rebonding) dengan Kejadian Rambut Rontok pada Siswi SMA Negeri 1 Medan

(1)

HASIL PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA PELURUSAN RAMBUT (REBONDING) DENGAN KEJADIAN RAMBUT RONTOK PADA SISWI SMA NEGERI 1 MEDAN

OLEH : RIKA OCTAVIANI

090100247

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Hubungan antara Pelurusan Rambut (Rebonding) dengan Kejadian Rambut Rontok pada Siswi SMA Negeri 1 Medan

Nama : Rika Octaviani NIM : 090100247

Pembimbing

NIP. 19630208 198903 1 004 dr. Kristo A. Nababan, Sp.KK

Penguji I

NIP. 19700908 200003 2 001 dr. Nurchaliza H. Siregar, Sp. M

Penguji II

NIP. 19711208 200312 2 001 dr. Esther R.D. Sitorus, Sp. PA

Medan, 14 Januari 2013 Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

NIP. 19540220 198011 1 001


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Salam serta shalawat senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, suri tauladan yang baik sepanjang sejarah. Sebagai salah satu area kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang dokter umum, penelitian ini disusun sebagai rangkaian tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan di program studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Penyelesaian karya tulis ilmiah ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD – KGEH, sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan untuk mengikuti program pendidikan dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Kristo A. Nababan, Sp.KK, selaku dosen pembimbing yang dengan sepenuh hati telah mendukung, membimbing, dan mengarahkan penulis mulai dari perencanaan penelitian sampai selesainya penelitian ini.

3. dr. Nurchaliza H. Siregar, Sp.M dan dr. Esther R.D. Sitorus, Sp.PA selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran demi perbaikan penelitian ini.

4. Prof. dr. Guslihan Dasatjipta, Sp.A(K), dr. Muhammad Rusda, Sp.OG(K), dr. Isti Ilmiati Fujiati, M.Sc, tim Medical Education Unit, Komisi Disiplin, Panitia Penerimaan Mahasiswa Baru dan adik-adik mahasiswa matrikulasi PMB FK USU 2012 yang telah banyak membantu dalam penelitian ini.

5. Ayahanda dan Ibunda tercinta, Uli Aceng dan Nurhayati, yang telah memberikan kasih sayang, dorongan moril maupun materil serta doa kepada


(4)

penulis untuk menyelesaikan pendidikan. Dalam doa mereka terkandung harapan kesuksesan bagi penulis.

6. Kakanda tercinta Brigadir Hendra Sinulingga, SH yang telah banyak memberikan kasih sayang, dorongan moril maupun materil serta do’a, sehingga penulis bisa menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Kedokteran.

7. Teman-teman satu kelompok penelitian penulis, Ro Rabian Rein Roza Tampubolon dan Gusda Aqram yang telah banyak memberikan saran dan bantuan selama proses pengerjaan Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Teman-teman seperjuangan yang telah membantu dan memberi berbagai dukungan serta keceriaan selama penyusunan KTI ini, Vera Arista, Mardhatillah Fuady, Hardiyanti Fitri, Fanisha Prama Cindy, Sarah Zoraya Mirza, Mega Rizkina, Abduh Halim Harahap.

9. Semua pihak yang secara langsung dan tidak langsung telah mendukung, membantu dan mendoakan penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

Untuk seluruh dukungan yang diberikan kepada penulis selama ini, penulis mengucapkan terima kasih. Hanya Allah SWT yang mampu memberikan balasan terbaik kepada orang-orang tersebut. Semoga penelitian ini dapat memberikan sumbangsih bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang ilmu kedokteran.

Penulis menyadari bahwa laporan hasil penelitian ini belum sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan laporan hasil penelitian ini.

Medan, 14 Januari 2013


(5)

ABSTRAK

Berkurangnya rambut kepala dapat menimbulkan stres psikis terutama pada wanita. Mekanisme pertumbuhan dan kerontokan rambut kepala dapat berlangsung secara fisiologik maupun patologik oleh faktor-faktor luar dan dalam tubuh, antara lain status gizi, hormonal, pemakaian obat, stres psikologik dan lain sebagainya.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tindakan rebonding yang dihubungkan dengan terjadinya kerontokan rambut. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Medan, mulai kelas X sampai XI, dan melibatkan 53 siswi dengan metode total sampling. Data akan diolah secara analitik dengan program SPSS.

Dari 53 siswi yang melakukan rebonding, 36 orang (67,9 %) diantaranya mengalami kerontokan rambut, 17 orang (32,1 %) yang lain tidak mengalaminya. Yang paling banyak mengalami kerontokan rambut adalah siswi yang melakukan rebonding dengan frekuensi 1x1 tahun, yaitu sebanyak 20 orang (55,6 %), dan paling sedikit dengan frekuensi 1x3 tahun yaitu sebanyak 1 orang (2,7 %).

Uji chi-square menunjukkan nilai p<0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tindakan rebonding dengan terjadinya rambut rontok. Oleh karena itu, disarankan kepada seluruh pihak agar tidak melakukan tindakan rebonding karena efek negatif yang ditimbulkannya.


(6)

ABSTRACT

Scalp hair loss can make psychological stress especially for woman. Growth and hair loss mechanism can occur not only physiologically but also pathologically of external and internal factors, those are nutrition status, hormonal factor, drugs, psychologic stress and others.

The aim of our study is to know the relationship of rebonding activity and the hair moult. This study has been done in SMA Negeri 1 Medan, from Class X to XI. There are 55 respondents taken by using total sampling technique. The data were analyzed analytically using statistical package program.

From 53 respondents who has done rebonding activity, there were 36 respondents (67,9 %) was caused effluvium (hair moult), and 17 responden (32,1 %) weren’t happened of it. Most happened of effluvium (hair moult) were done rebonding with frequency 1x1 year, that is counted 20 responden ( 55,6 %), and at least were done rebonding with frequency 1x3 year that is each counted 1 responden ( 2,7 %).

Chi-Square test show p value<0,05. So We can be conclude that there is significant association between rebonding activity with the happening of effluvium (hair moult). Therefore, It is suggested to all people in order not to do rebonding because of its negative effect.


(7)

DAFTAR ISI

Halaman Persetujuan ………. i

Abstrak……… ii

Abstract………..……. iii

Kata Pengantar... iv

Daftar Isi... vi

Daftar Tabel... ix

Daftar Gambar... x

Daftar Istilah..... xi

BAB 1 PENDAHULUAN...…… 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penelitian ... 2

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... . 4

2.1. Kerontokan Rambut ... 4

2.1.1.Anatomi Rambut ... 4

2.1.2. Fisiologi Rambut ... 6

2.1.3. Siklus Aktivitas Folikel Rambut ... 7

2.1.4. Pengaturan dan Siklus Pertumbuhan Rambut... 8

2.1.5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Rambut... 9

2.1.5.1 Keadaan Fisiologik ... 9

2.1.5.2 Keadaan Patologik ... 11

2.1.6. Efluvium (Kerontokan Rambut) ... 13

2.1.6.1 Definisi... 13


(8)

2.1.6.3 Klasifikasi... 13

2.2. Pelurusan Rambut... 15

2.2.1 Meluruskan Rambut Dengan Teknik Rebonding……... 15

2.2.1.1. Sejarah Rebonding. ... 15

2.2.1.2. Rebonding ... 15

2.3. Bahan-bahan Kimia Untuk Kosmetika Rambut………... 16

2.3.1. Jenis-jenis Bahan Kimia……….... 16

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL... 22

3.1. Kerangka Konsep ... 22

3.2. Definisi Operasional... 22

3.2.1. Rebonding ... 22

3.2.2 Kerontokan rambut ………... 22

3.3. Hipotesis ... 23

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN ... 24

4.1. Jenis Penelitian... 24

4.2. Lokasi dan Waktu penelitian ... 24

4.3. Populasi Penelitian ... 24

4.3.1. Kriteria inklusi... 24

4.3.2. Kriteria eksklusi... 24

4.4 Besar Sampel ... 25

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 25

5.1. Hasil Penelitian ... 25

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 25

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden Berdasarkan Kerontokan Rambut... 25


(9)

5.1.3 Deskripsi Karakteristik Responden ... 26

5.1.3.1. Usia ... 26

5.1.3.2. Kelas ... 26

5.1.3.3. Frekuensi Rebonding ... 27

5.2. Hasil Analisis Data ... 27

5.2.1. Kerontokan Rambut Setelah Rebonding ... 27

5.2.2. Hubungan Rebonding Dengan Kejadian Rambut Rontok ... 28

5.3. Pembahasan ... 28

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 30

6.1 Kesimpulan ... 30

6.2 Saran ... 30

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Struktur Rambut 6

2.2 Siklus Rambut 8

3.1 Defenisi Operasional 21

5.1 Distribusi Berdasarkan Karakteristik Kerontokan Rambur 25

5.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Usia 26

5.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Kelas 26 5.4 Distribusi Sampel Berdasarkan Frekuensi Rebonding 27 5.5 Distribusi Sampel Berdasarkan Waktu Kerontokan Rambut

Setelah Rebonding 27

5.6 Kelompok Rebonding Dengan Kelompok Rambut Rontok 28


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


(12)

DAFTAR ISTILAH

Nama Istilah Makna Halaman

Lenan Bahan-bahan yang terbuat dari kain 17 maupun kapas (handuk, tissue, kapas)


(13)

ABSTRAK

Berkurangnya rambut kepala dapat menimbulkan stres psikis terutama pada wanita. Mekanisme pertumbuhan dan kerontokan rambut kepala dapat berlangsung secara fisiologik maupun patologik oleh faktor-faktor luar dan dalam tubuh, antara lain status gizi, hormonal, pemakaian obat, stres psikologik dan lain sebagainya.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tindakan rebonding yang dihubungkan dengan terjadinya kerontokan rambut. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Medan, mulai kelas X sampai XI, dan melibatkan 53 siswi dengan metode total sampling. Data akan diolah secara analitik dengan program SPSS.

Dari 53 siswi yang melakukan rebonding, 36 orang (67,9 %) diantaranya mengalami kerontokan rambut, 17 orang (32,1 %) yang lain tidak mengalaminya. Yang paling banyak mengalami kerontokan rambut adalah siswi yang melakukan rebonding dengan frekuensi 1x1 tahun, yaitu sebanyak 20 orang (55,6 %), dan paling sedikit dengan frekuensi 1x3 tahun yaitu sebanyak 1 orang (2,7 %).

Uji chi-square menunjukkan nilai p<0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tindakan rebonding dengan terjadinya rambut rontok. Oleh karena itu, disarankan kepada seluruh pihak agar tidak melakukan tindakan rebonding karena efek negatif yang ditimbulkannya.


(14)

ABSTRACT

Scalp hair loss can make psychological stress especially for woman. Growth and hair loss mechanism can occur not only physiologically but also pathologically of external and internal factors, those are nutrition status, hormonal factor, drugs, psychologic stress and others.

The aim of our study is to know the relationship of rebonding activity and the hair moult. This study has been done in SMA Negeri 1 Medan, from Class X to XI. There are 55 respondents taken by using total sampling technique. The data were analyzed analytically using statistical package program.

From 53 respondents who has done rebonding activity, there were 36 respondents (67,9 %) was caused effluvium (hair moult), and 17 responden (32,1 %) weren’t happened of it. Most happened of effluvium (hair moult) were done rebonding with frequency 1x1 year, that is counted 20 responden ( 55,6 %), and at least were done rebonding with frequency 1x3 year that is each counted 1 responden ( 2,7 %).

Chi-Square test show p value<0,05. So We can be conclude that there is significant association between rebonding activity with the happening of effluvium (hair moult). Therefore, It is suggested to all people in order not to do rebonding because of its negative effect.


(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Rambut adalah mahkota bagi setiap orang. Penataan rambut memberikan pengaruh yang besar atas kesan pertama penampilan seseorang. Oleh karena itu, penampilan seseorang dengan busana bagus, rias wajah benar dan aksesori yang serasi tidak akan terlihat sempurna jika tidak ditunjang dengan rambut yang sehat, terpelihara dan ditata dengan baik. (Endang, Zahida. 2001)

Secara biologis sebenarnya rambut kepala tidak begitu mempunyai fungsi penting bagi manusia. Rambut kepala mencerminkan gambaran sosial yang merupakan mahkota keindahan bagi wanita serta lambang kejantanan bagi pria. (Lily Soepardiman. 2002)

Selain berfungsi sebagai mahkota (perhiasan), rambut juga berfungsi sebagai pelindung terhadap bermacam-macam rangsang fisik, seperti panas, dingin, udara kering, kelembapan, sinar dan lain-lain. Pelindung terhadap rangsang mekanis, seperti pukulan, gosokan, tekanan, dan lain sebagainya. Pelindung terhadap rangsang kimia seperti berbagai zat kimia dan keringat. (Endang, Zahida. 2001)

Rambut merupakan struktur solid yang terdiri atas sel yang mengalami keratinisasi padat, berasal dari folikel epidermal yang berbentuk seperti kantong yang tumbuh ke dalam dermis. Rambut normal dan sehat, tampak berkilat, elastis, tidak mudah patah, serta dapat menyerap air. Komposisi rambut terdiri atas karbon 50,60%, hidrogen 6,36%, nitrogen 17,14%, sulfur 5,0%, dan oksigen 20,80% (Erdina H.D. 2002). Rambut juga merupakan salah satu adneksa kulit yang terdapat pada seluruh tubuh kecuali telapak tangan, telapak kaki, kuku, dan bibir (Lily Soepardiman. 2010). Jenis rambut dapat digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu; rambut terminal, rambut kasar yang mengandung banyak pigmen, terdapat di kepala, alis, bulu mata, ketiak, dan genitalia eksterna, serta rambut velus, rambut halus sedikit mengandung pigmen, terdapat hampir di seluruh tubuh. (Lily Soepardiman. 2010)


(16)

Berkurangnya rambut kepala dapat menimbulkan stres psikis terutama pada wanita. Mekanisme pertumbuhan dan kerontokan rambut kepala dapat berlangsung secara fisiologik maupun patologik oleh faktor-faktor luar dan dalam tubuh, antara lain status gizi, hormonal, pemakaian obat, stres psikologik dan lain sebagainya. (Lily Soepardiman. 2002)

Kerontokan rambut adalah kehilangan rambut terminal dalam bentuk apapun dan dimanapun asal mula terjadinya yang berkisar lebih dari 100 helai per hari. (Robin dan Tony; Erdina H.D. 2002)

Dalam teorinya, ada beberapa hal yang bisa menyebabkan rambut rontok, diantaranya karena penyakit akut, penyakit kronis, kelainan endokrin, dan obat-obatan (Erdina H.D. 2002). Selain itu, rambut rontok juga disebabkan karena aktivitas penataan rambut yang berlebihan, termasuk aktivitas pelurusan rambut. Pelurusan rambut akan mengakibatkan folikel rambut menjadi lemah, dan akan menyebabkan kerusakan pada struktur rambut, sehingga akan meningkatkan resiko kerontokan rambut. (Clara. 2011)

Melihat kondisi siswi SMA Negeri 1 Medan yang sangat marak menjadikan rebonding (pelurusan rambut) sebagai bentuk perawatan dan estetika rambut mereka, maka penulis ingin meneliti apa sebenarnya efek atau akibat yang ditimbulkan dari rebonding (pelurusan rambut) terhadap terjadinya kerontokan rambut.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh rebonding (pelurusan rambut) terhadap kesehatan rambut seseorang.

2. Berapa besar aktivitas rebonding (pelurusan rambut) terhadap terjadinya rambut rontok.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan umum

Mengetahui pengaruh rebonding (pelurusan rambut) terhadap terjadinya rambut rontok.


(17)

1.3.2. Tujuan Khusus

Adapun yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Melihat jumlah siswi SMA Negeri 1 Medan yang melakukan rebonding (pelurusan rambut).

2. Melihat jumlah siswi SMA Negeri 1 Medan yang mengalami kerontokan rambut akibat rebonding (pelurusan rambut).

3. Melihat berapa kali perlakuan rebonding (pelurusan rambut) bisa menyebabkan rambut rontok pada seseorang.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada semua orang tentang efek yang paling mungkin ditimbulkan jika melakukan pelurusan rambut.

2. Masukan dan tambahan rujukan untuk semua orang yang mungkin akan melakukan penelitian lainnya yang berhubungan dengan kerontokan rambut.


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pertumbuhan Rambut 2.1.1. Anatomi Rambut

Rambut merupakan salah satu adneksa kulit yang terdapat pada seluruh tubuh kecuali telapak tangan, telapak kaki, kuku, dan bibir. Rambut juga berupa batang-batang tanduk yang tertanam secara miring di dalam kantung (folikel) rambut. Jenis rambut pada manusia pada garis besarnya dapat di golongkan 2 jenis :

1. Rambut terminal, rambut kasar yang mengandung banyak pigmen. Terdapat di kepala, alis, bulu mata, ketiak, dan genitalia eksterna. Rambut terminal diproduksi oleh folikel-folikel rambut besar yang ada di lapisan subkutis. Secara umum diameter rambut > 0,03mm.

2. Rambut velus, rambut halus sedikit mengandung pigmen, terdapat hampir di seluruh tubuh. Rambut velus di produksi oleh folikel-folikel rambut yang sangat kecil yang ada dilapisan dermis, diameternya < 0,03mm. (Lily Soepardiman. 2010; Kusumadewi, dkk; Olsen. 1994)

Rambut dapat dibedakan menjadi bagian-bagian sebagai berikut:

a. Folikel Rambut, yaitu suatu tonjolan epidermis ke dalam berupa tabung yang meliputi:

1) Akar rambut ( folicullus pili), yaitu bagian rambut yang tertanam secara miring di dalam kulit dan terselubung oleh folikel rambut.

2) Umbi rambut (bulbus pili), yaitu ujung akar rambut terbawah yang melebar. Bagian terbawah umbi rambut adalah matriks rambut, yaitu


(19)

daerah yang terdiri dari sel-sel yang membelah dengan cepat dan berperan dalam pembentukan batang rambut . Dasar umbi rambut yang melekuk ini mencakup gumpalan jaringan ikat, pembuluh darah dan saraf yang berguna untuk 16drene makanan kepada matriks rambut. (Kusumadewi, dkk; Robin dan Tony Burns)

Selain itu, folikel rambut juga menyelubungi akar rambut, mulai dari permukaan kulit, mulai dari permukaan kulit sampai di bagian terbawah umbi rambut. Pada selubung ini dapat di bedakan 16drene yang bersal dari dermis dan 16drene yang berasal dari epidermis. (Kusumadewi, dkk)

Unsur dari epidermis terdiri dari kandung akar luar dan kandung akar dalam. Kandung akar luar terdiri atas sel bening, dan baru mulai berdifrensiasi pada daerah ismus tanpa membentuk stratum granulosum. Kandung akar dalam terdiri atas 3 bagian yaitu: lapisan Henle, lapisan Huxley, dan kutikula kandung dalam. (Kusumadewi, dkk; Erdina H.D. 2002)

b. Batang Rambut, yaitu bagian rambut yang berada di atas permukaan kulit berupa benang-benang halus yang terdiri dari zat tanduk atau keratin. Batang rambut terdiri atas 3 bagian, yaitu kutikula (selaput rambut), yang terdiri dari 6-10 lapis sel tanduk dan tersusun seperti genteng atap; korteks(kulit rambut), terdiri atas sel-sel tanduk yang membentuk kumparan, tersusun secara memanjang , dan mengandung butir-butir melanin; dan medulla (sumsum rambut), yang terdiri atas 3-4 lapis sel kubus yang berisi keratohialin, badan lemak, dan rongga udara. (Lily Soepardiman. 2010; Kusumadewi, dkk; Endang, Zahida. 2001)

c. Otot Penegak Rambut (muskulus arector pili), merupakan otot polos yang berasal dari batas dermo-epidermis dan melekat di bagian bawah kandung rambut. Otot-otot ini dipersarafi oleh saraf-saraf 17 drenergic dan berperan


(20)

untuk menegakkan rambut bila kedinginan serta sewaktu mengalami tekanan emosional. (Kusumadewi, dkk; Robin dan Tony Burns)

Struktur Isi Lokasi

Infundibulum - Epidermis

Papila dermis Mesenkima embrionik - Itsmus Keratinisasi trikhilemma Dermis Kandung akar dalam Trikohialin, sitrullin - Medula Trikohialin, sitrullin -

Bulb - Subcutis

2.1.2 Fisiologi Rambut

1. Pengaturan Suhu Badan

Rambut pada manusia memiliki fungsi yang beraneka ragam, salah satunya adalah sebagai pengaturan suhu tubuh. Rambut yang menutupi kulit dapat mengurangi kehilangan panas dari tubuh. Dalam kondisi dingin, pori-pori rambut akan mengecil. Apabila dalam kondisi panas, maka kondisi tersebut berlaku sebaliknya. (M. Ridwan)

2. Fungsi Sebagai Alat Perasa

Rambut memperbesar efek rangsang sentuhan terhadap kulit. Sentuhan terhadap bulu mata menimbulkan reflex menutup kelopak


(21)

mata. Kepekaan kulit terhadap sentuhan berbanding sejajar dengan kelebatan pertumbuhan rambut. Maka kulit kepala dengan kelebatan pertumbuhan rambut 312/cm2 sangat peka terhadap sentuhan. (Kusumadewi, dkk). Rambut meningkatkan kepekaan kulit terhadap rangsangan sentuhan. Pada beberapa spesies yang lebih rendah, fungsi ini mungkin lebih disempurnakan. Sebagai contoh, sungut kucing sangat peka dalam hal ini. Peran rambut yang lebih penting pada hewan-hewan rendah adalah konservasi panas, tetapi fungsi ini tidak begitu bermakna bagi manusia yang relative tidak berbulu. (Sherwood. 2001)

2.1.3 Siklus Aktivitas Folikel Rambut

Setelah pembentukan folikel rambut dan rambut, perkembangan folikel rambut selanjutnya akan berhenti pada bulan ke-5 kehamilan. Folikel mengalami involusi memasuki fase katagen, dimana papilla dermis akan mengalami regresi dan akhirnya folikel memasuki fase istirahat. Sampai saat ini belum diketahui mengapa papilla dermis yang telah terbentuk harus mengalami regresi terlebih dahulu dan kemudian mengalami aktivitas kembali. (Erdina H.D. 2002)

Siklus pertumbuhan folikel rambut adalah demikian. Sejak pertama kali terbentuk folikel rambut mengalami siklus pertumbuhan yang berulang. Fase pertumbuhan dan fase istirahat bervariasi berdasarkan umur dan regio tempat rambut tersebut tumbuh dan juga dipengaruhi faktor fisiologis maupun patologis. Siklus pertumbuhan yang normal adalah masa anagen, masa katagen, dan masa telogen. (Lily Soepardiman. 2010)

1. Masa anagen: sel-sel matriks melalui mitosis membentuk sel-sel baru mendorong sel-sel yang lebih tua ke atas. Aktivitas ini lamanya antara 2-6 tahun. (Lily Soepardiman. 2010)


(22)

2. Masa katagen: masa peralihan yang didahului oleh penebalan jaringan ikat di sekitar folikel rambut, disusul oleh penebalan dan mengeriputnya selaput hialin. Papil rambut lalu mengelisut dan tidak lagi berlangsung mitosis dalam matriks rambut. Bagian tengah akar rambut menyempit dan bagian dibawahnya melebar dan mengalami pertandukan sehingga terbentuk gada (club). Masa peralihan ini berlansung 2-3 minggu. (Kusumadewi, dk; Lily Soepardiman. 2010) 3. Masa telogen atau masa istirahat dimulai dengan memendeknya sel

epitel dan berbentuk tunas kecil yang membuat rambut baru sehingga rambut gada akan trdorong keluar. (Lily Soepardiman. 2010)

Lama masa anagen adalah berkisar 1000 hari, sedang masa telogen sekitar 100 hari sehingga perbandingan rambut anagen dan telogen berkisar antara 9:1. Jumlah folikel rambut pada kepala manusia sekitar 100.000, rambut pirang dan merah jumlahnya lebih sedikit dari rambut hitam. Jumlah rambut yang rontok per hari 100 helai. Densitas folikel rambut pada bayi 1135/cm2 dan berkurang menjadi 615/cm2 pada umur tiga puluhan, karena meluasnya permukaan kulit. Pada umur 50 tahunan ada pengurangan atau kerusakan beberapa folikel sehingga jumlah menjadi 485/cm2. Untuk mengetahui jumlah rambut anagen dan telogen yang disebut trikogram, sedikitnya 50 helai rambut harus dicabut dan diperiksa untuk menghindari deviasi standar yang tinggi. Jumlah rambut anagen pada wanita + 85% dan laki-laki 83% dan jumlah rambut telogen pada wanita + 11%, sedang pada laki-laki 15%. (Lily Soepardiman. 2010)

Tabel 2.2: Siklus Rambut

Fase Masa


(23)

Telogen 3 bulan, 14% kulit kepala

Katagen 3 minggu, 2% kulit kepala

Sumber: (Jaffer, Saeed N dan Abrar A. Qureshi)

2.1.4 Pengaturan dan Siklus Pertumbuhan Rambut

Pertumbuhan dan perkembangan folikel rambut dipengaruhi beberapa oleh beberapa sitokin dan growth factor (GF) yang diproduki oleh sel papilla dermis. Substansi ini memulai dan mengontrol epitel intrafolikular dan interaksi mesenkimal. Juga mempengaruhi poliferasi dan diffrensiasi sel matriks folikel rambut dengan mengeluarkan sinyal spesifik yang menginduksi berbagai stadium siklus rambut. Molekul bioaktif tersebut antara lain interleukin-1 alfa, FGF, EGF, KGF, substansi P, IGF-1, hormone tiroid, paratiroid, dan androgen. Aktivitas sel papilla dermis sendiri dikontrol oleh substansi yang diproduksi oleh lapisan spinosum sarung akar luar dan hormon. Beberapa peptida yang dihasilkan lapisan spinosum dan mempengaruhi papilla dermis antara lain basic fibroblast growth factor (bFGF), platelet derived growth factor (PDGF), dan transforming growth factor beta (TGF-beta). (Erdina H.D. 2002)

Berbagai macam molekul sinyal yang mengontrol siklus rambut tersebut digolongkan dalam3 kelompok:

1. Memulai fase anagen, IGF 1,bFGF, EGF,VEGF, TGF-alfa yang merupakan faktor mitrogenik kuat untuk keratinosit dan sel endotel.

2. Mempertahankan folikel anagen matang, IGF 1, VEGF, yang menstimulasi poliferasi vaskularisasi dan proses diferensiasi.

3. Menginduksi fase katagen dan degradasi folikel rambut, IL 1, IL 4, TNF-alfa, TNF-beta, merupakan sitokin pro-apoptotic dan penghambat pertumbuhan. (Erdina H.D. 200)


(24)

2.1.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Rambut

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan rambut adalah sebagai berikut:

2.1.5.1 Keadaan Fisiologik 1. Hormon

Hormon yang berperan adalah androgen,estrogen, tiroksin, dan kortikosteroid. Masa pertumbuhan rambut 0,35 mm/hari, lebuh cepat pada wanita daripada pria. Hormon androgen dapat mempercepat pertumbuhan dan menebalkan rambut di daerah janggut, kumis, ketiak, kemaluan, dada, tungkai laki-laki, serta rambut-rambut kasar lainnya. Namun, pada kulit kepala penderita alopesia androgenetik hormone androgen bahkan memperkecil diameter batang rambut serta memperkecil waktu pertumbuhan rambut anagen. Pada wanita aktivitas hormon androgen akan menyebabkan hirsutisme, sebaliknya hormon estrogen dapat memperlambat pertumbuhan rambut, tetapi memperpanjang anagen. (LiLy Soepardiman. 2010)

2. Nutrisi

Malnutrisi berpengaruh pada pertumbuhan rambut terutama malnutrisi protein dan kalori. Pada keadaan ini rambut menjadi kering dan suram. Adanya kehilangan pigmen setempat sehingga rambut tampak berbagai warna. Kekurangan vitamin B12, asam folat, dan zat besi juga dapat menyebabkan kerontokan rambut. (Lily Soepardiman. 2010)

3. Kehamilan

Pada kehamilan muda, yaitu tiga bulan pertama, jumlah rambut telogen masih dalam batas normal, tetapi pada kehamilan tua menurun sampai 10%. (Kusumadewi, dkk)


(25)

4. Masa baligh

Pada masa ini terjadi peningkatan kadar hormon seks. Ini berakibat pertumbuhan rambut ketiak dan rambut kemaluan, tetapi rambut kepal justru akan rontok. (Kusumadewi, dkk)

5. Kelahiran

Dalam masa 3 bulan setelah melahirkan folikel-folikel rambut kepala sang ibu dengan cepat beralih ke fase telogen, sehingga selama masa ini dijumpai nilai telogen 35%. (Kusumadewi, dkk)

6. Masa baru lahir

Jika rambut janin dalam rahim seluruhnya berada dalam fase anagen, maka beberapa minggu setelah bayi lahir akan tampak kerontokan rambut, yang disusul dengan pertumbuhan rambut baru selama tahun pertama dan kedua kehidupannya. (Kusumadewi, dkk)

7. Masa menjadi tua

Wanita dan pria sama-sama menderita kerontokan rambut karena usia lanjut. Kerontokan dimulai di ubun-ubun, dahi, dan pelipis, lalu bergeser ke belakang. Di bagian-bagian ini fase anagen rambut menjadi singkat, rambut lebih cepat rontok dan rambut halus tumbuh sebagai gantinya (Kusumadewi, dkk), folikel rambut mengalami atrofi, fase pertumbuhan bertambah singkat, rambut lepas lebih cepat dan densitas rambut juga berkurang. (Erdina H.D. 2002)

8. Vaskularisasi

Vaskularisasi dapat mempengaruhi pertumbuhan rambut, namun bukan merupakan penyebab primer dari gangguan pertumbuhan


(26)

pertumbuhan rambut, karena destruksi bagian 2/3 bawah folikel sudah berlangsung sebelum susunan pembuluh darah mengalami perubahan. (Pieter)

2.1.5.2 Keadaan Patologik

1. Peradangan sistemik atau setempat

Kuman lepra yang menyerang kulit akan menyebabkan kulit menjadi atrofi dan folikel rambut rusak, akan terjadi kerontokan rambut pada alis mata dan bulu mata (madarosis). Pada penyakit eritematosis sifilis stadium II dapat menyebabkan rambut menipis secara rata maupun setempat secara tidak rata sehingga disebut moth eaten appearance. Infeksi jamur di kulit kepala dan rambut akan menyebabkan kerontokan, maupun kerusakan batang rambut. (Lily Soepardiman. 2010)

2. Obat

Setiap obat menghalangi pembentukan batang rambut dapat menyebabkan kerontokan, umunya obat antineoplasma misalnya bleomisin, endoksan, vinkristin, dan obat antimitotik, misalnya kolkisin. Obat antikoagulan heparin atau kumarin dapat mempercepat terjadinya folikel anagen ke dalam fase telogen dalam jumlah besar, sehingga menyebabkan effluvium telogen. Logam berat yang akan terikat pada grup sulfhidril dalam keratin anatara lain talium, merkuri dan arsen. (Lily Soepardiman. 2010; Pieter)

3. Mekanis

Mencabut rambut gada atau melukai folikel rambut akan mempercepat terjadinya masa anagen dengan mempersingkat masa telogen. (Kusumadewi, dkk)


(27)

4. Kelainan endokrin

Kelainan endokrin dapat mempengaruhi fisiologi folikel rambut, menambah atau mengurangi produksi rambut. Hipotiroidisme dapat menyebabkan mengecilnya diameter rambut dan meningkatkan kerontokan rambut. (Erdina H.D.2002; Pieter)

5. Penyakit Kronis

Kerontokan rambut tidak selalu didapatkan pada penyakit kronis, kecuali terdapat kekurangan protein dalam jumlah besar. (Pieter)

2.1.6 Efluvium (Kerontokan Rambut) 2.1.6.1 Definisi

Kerontokan rambut adalah kehilangan rambut yang berkisar lebih kurang 120 helai per hari. Dapat terjadi difus atau setempat (lokal). Kelainan setempat dapat berupa unifokal atau multifokal. Bila kerontokan ini berlanjut dapat terjadi kebotakan (alopesia). (Lily Soepardiman. 2010)

2.1.6.2 Etiologi dan Patogenesis

Klasifikasi etiopatogenesis kerontokan rambut dapat membantu menentukan jenis kerontoka rambut:

1. Kegagalan pertumbuhan rambut, umumnya disebabkan oleh karena dysplasia ektodermal akibat gangguan genetik.


(28)

2. Abnormalitas batang rambut: a). instrinsic hair breakage dan b). unruly hair, dapat terjadi secara kongenital akibat kelainan metabolik atau didapat akibat kerusakan mekanik atau kimia.

3. Abnormalitas siklus rambut (jumlah rambut yang lepas meningkat), dapat menyebabkan effluvium telogen, effluvium anagen, dan alopesia areata.

4. Kerusakan folikel rambut dapat disebabkan oleh faktor eksogen (trauma/tekanan), faktor endogen (infeksi/keganasan/beberapa penyakit dengan proses destruktif) dan aplasia kutis kongenital (Pieter)

2.1.6.3 Klasifikasi

Berdasarkan penyebabnya, klasifikasi kerontokan rambut dapat dibagi menjadi: congenital, kelainan siklus pertumbuhan rambut, kelainan batang rambut, obat, gangguan hormonal, trauma, infeksi, dan penyakit dengan proses destruktif. (Pieter )

Kerontokan rambut akibat trauma

Secara umum, kerontokan rambut atau alopesia yang disebabkan oleh trauma mekanis dapat dibagi menjadi 3 tipe, trauma, tekanan, dan tarikan.

a. Alopesia traumatic

Kerontokan rambut sampai alopesia akibat trauma memiliki daerah yang berbatas tegas dan merupakan penyebab tersering alopesia sikatrisial.

b. Alopesia karena tekanan.

Tekanan yang lama, misalnya pada pasien yang berbaring lama dapat menyebabkan iskemia, nekrosis, dan ulserasi di kulit kepala. Keadaan


(29)

ini mengakibatkan kerontokan rambut yang berkembang menjadi alopesia sikatrisial yang umumnya bersifat irreversibel.

c. Alopesia karena tarikan

Tarikan kronis dapat menyebabkan atrofi folikel rambut disertai inflamasi folikular dan rambut yang patah mengakibatkan kerontokan rambut sampai alopesia setempat. Keadaan ini dapat dijumpai pada gadis-gadis remaja dengan kuncir ekor kuda yang kencang, dan anak-anak Afro-Karabia dengan kuncir-kuncir kecil di rambut serta pada keadaan trikotilomania. (Pieter)

2.2 Pelurusan Rambut

2.2.1 Meluruskan Rambut Dengan Teknik Rebonding

Ada beberpa teknik pelurusan rambut, diantaranya adalah teknik pengepresan, teknik smoothing (tanpa alat), dan teknik rebonding. Namun penulis akan membahas tentang teknik rebonding saja sesuai judul penelitian ini.

2.2.1.1 Sejarah rebonding

Rebonding atau teknik pelurusan rambut sudah ada sejak zaman dahulu, dengan tahun 1996 penglurusan dilakukan dengan menggunakan teknik papan, dari tahun 1997 sampai 1999 hanya melakukan teknik smoothing, dimana hasil yang didapatkan belum sempurna dan tidak terlihat natural. Pada tahun-tahun tersebut digolongkan pada “Era Straightener”. Memasuki tahun 2000 sampai 2002 ada terobosan baru/penemuan alat catok Ceramid, kemudian sekitar tahun 2003 sampai2005 maju lagi dengan teknik rebonding system, dimana hasil yang didapatkan terlihat alami dan lebih tahan lama. Pada tahun-tahun ini digolongkan pada “Era Rebonding”. Sekitar tahun 2006 sampai 2007


(30)

berkembang teknik terbaru dengan “Natural Express Rebonding”. Dengan kemajuan teknologi canggih, digital turbo ion dan bionic hair drayer dalam waktu tidak sampai 2 jam kita sudah dapat merasakan dan melihat hasilnya dan kita sudah dapat membentuk style sesuka hati ala Natural Express Rebonding. Pada tahun 2007 berkembang Rebon cling with I zone. (Rostamailis,dkk. 2008)

2.2.1.2 Rebonding

Rebonding adalah suatu teknik meluruskan rambut dimana setelah dilakukan smoothing, rambut dicuci dan dikeringkan dengan tingkat kekeringan 50 sampai 70%, kemudian rambut dicatok dengan memakai alat. Kelebihan dari teknik rebonding adalah rambut bisa lurus lebih maksimal dan hasil pelurusan lebih tahan lama. Akan tetapi teknik ini juga mempunyai kekuranagan, dalam penggunaan alat iron hendaklah ekstra hati-hati dan pelaksanaan harus sesuai dengan standar teknik produk yang digunakan. (Rostamaili, dkk. 2008)

Sebelum melakukan pelurusan rambut dengan teknik rebonding, rambut juga harus dianalisa terlebih dahulu seperti yang sudah dijelaskan pada uraian sebelumnya guna menentukan:

1) Formula apa yang akan digunakan/dipakai (sesuai dengan jenis dan kondisi rambut).

2) Rambut re-growth dan rambut yang sudah di rebonding.

a. Rambut tumbuh baru dengan jenis keriting, terbagi: keriting asli dan keriting ikal, maka dilakukan pengolesan cream.

b. Rambut yang sudah di rebonding beberapa waktu yang lalu, maka dilakukan treatment terlebih dahulu.

3) Perlu tidaknya di treatment terlebih dahulu (dengan menggunakan HAIR REPAIR). Ini tergantung tingkat kerusakan rambut. (Rostamailis,dkk. 2008)


(31)

Tingkat kerusakan rambut umumnya dapat dikelompokkan pada tingkatan ringan, sedang (pourositas area 1 dan 2) dan rusak parah (pourositas area 3).

1) Kerusakan ringan, penyebabnya adalah sinar matahari, air dan proses styling. Adapun ciri-ciri rambut terlihat kusam, kering dan kemerahan. 2) Kerusakan sedang (pourositas area 1 dan2), penyebabnya adalah

proses kimia. Ciri-cirinya rambut kusam, kering dan kasar serta kemerahan.

3) Rusak parah (pourositas area 3), penyebabnya bleaching. Ciri-cirinya rambut terlihat kusam, kering dan kasa, kemerahan serta seperti kapas. Sebelum melakukan pelurusan teknik rebonding, lakukan terlebih dahulu; persiapan kerja, peralatan, lenan dan bahan komestika yang diperlukan. Jangan lupa mensterilkan semua peralatan dan lenan yang akan digunakan. Tempatkan model/pelanggan pada tempat yang sudah disediakan. Lakukan pendekatan dan konsultasikan model keinginannnya. Analisa kondisi kulit kepala dan rambut klien dengan seksama, untuk menentukan produk yang cocok untuk dipergunakan. (Rostamailis, dkk. 2008)

Dengan semakin majunya perkembangan IPTEK dibidang kecantikan rambut, maka saat ini banyak produk yang ditawarkan dengan kualitas yang lebih bagus untuk menanggulanngi kerusakan rambut. Seperti halnya produk pelurus rambut telah disediakan berbagai jenis kosmetika yang dalam pemakaiannya disesuaikan dengan kondisi rambut dan penggunaannya secara step by step. (Rostamailis, dkk. 2008)

2.3.Bahan-Bahan Kimia Untuk Kosmetika Rambut 2.3.1 Jenis-jenis Bahan Kimia


(32)

Bahan penyusun atau pembuat kosmetika perawatan rambut biasanya berasal dari campuran bahan-bahan kimia. Beberapa bahan-bahan kimia yang kimia yang digunakan untuk kosmetika rambut, adalah sebagai berikut:

1. Asam

Asam adalah senyawa dengan pH dibawah 7 yang sangat berguna untuk rambut dan kulit kita. Pada dasarnya kulit juga bersifat asam. Oleh karena itu, rambut dapat lebih bertahan bila terdapat senyawa asam selama senyawa tersebut tidak terlalu keras. Larutan ataupun bahan-bahan kosmetika rambut yang bersifat asam banyak digunakan dalam perawatan rambut guna mencapai berbagai tujuan sebagai berikut:

a. Untuk menutup dan memperkecil imbrikasi rambut, yang karena berbagai faktor menjadi terbuka lebih lebar.

b. Untuk memperkuat batang rambut dengan cara membuatnya menyusut lebih padat.

c. Untuk membersihkan secara lebih sempurna sisa sampo, yang pada dasarnya bersifat basa atau mencuci.

d. Untuk membuat hidrogen peroksida stabil dalam penyimpanan. Dalam keadaan stabil, hydrogen peroksida dapat disimpan lebih lama. (Endang; Zahida. 2001)

Menurut Kusumadewi dkk, asam dapat dibedakan dalam dua golongan seperti dibawah ini:

a) Asam inorganik, yaitu asam keras yang banyak digunakan dalam industri pupuk, pewarna, obat-obatan, dan sebagainya. Asam ini tidak digunakan untuk bahan kosmetika rambut. Yang termasuk dalam golongan ini ialah asam sulfat, asam klorida, asam fosfat, dan asa nitrat.

b) Asam organik, yaitu asam yang berasal dari hewan dan tumbuh-tumbuhan, seperti asam sitrat dari buah jeruk, asam asetat dari cuka,


(33)

dan asam laktat dari susu. Asam-asam tersebut merupakan asam lemah yang banyak digunakan sebagai pembilas rambut, lotion kulit, dan sebagainya.

Beberapa golongan asam yang dipakai sebagai bahan dasar kosmetika rambut adalah sebagai berikut:

a) Asam asetat: penggunaan asam asetat dalam penataan rambut adalah untuk membuat rambut mudah disisir dan diatur serta untuk mengkilapkan rambut.

b) Asam sitrat: asam sitrat digunakan dalam penataan rambut sebagai lemon rinse agar rambut mudah diatur.

c) Asam salisilat: dalam penataan rambut, asam ini digunakan sebagai bahan dasar beberapa komestika perawatan kulit seperti tonik atau lotion rambut.

d) Asam tioglikolat (thioglycolyc acid): sebagai bahan dasar larutan pengeriting (cold wave solution) yang dapat mengubah susunan/bentuk rambut dengan melepaskan ikatan-ikatan antara molekul-molekul tanduk.

2. Garam

Garam adalah hasil persenyawaan antara asam dengan basa. Garam yang banyak dipakai sebagai bahan dasar dalam pembuatan kosmetika untuk penataan rambut biasanya berupa kristal, bisa bewarna maupun tidak berwarna.

3. Basa

Senyawa basa atau alkali juga banyak digunakan dalam pembuatan kosmetika untuk rambut. Jika pemakaiannya kurang berhati-hati, dapat


(34)

menjadi penyebab utama berbagai kerusakan rambut. Larutan dan kosmetika rambut yang bersifat basa digunakan untuk mencapai beberapa tujuan sebagai berikut:

a. Untuk membuka dan memperbesar imbrikasi rambut yang menutup terlalu rapat.

b. Untuk membuat batang rambut mengembang dan menjadi lebih lunak sehingga mudah dibentuk.

c. Untuk membersihkan minyak/lemak alami terutama yang berada di celah-celah antara sisik selaput rambut secar lebih bersih dan lebih mudah.

d. Untuk membuat larutan hidrogen peroksida menjadi tidak stabil sehingga larutan tersebut siap digunakan.

Basa atau alkali yang banyak digunakan dalam pembuatan kosmetika untuk penataan rambut adalah sebagai berikut:

a) Amonium hidroksida, yang berguna untuk mengaktifkan hidrogen peroksida dalam proses bleaching.

b) Kalsium oksida, sebagai sumber panas eksoternik dalam keriting panas.

c) Kalsium hidroksida, untuk membuat sabun lunak atau sabun hijau (green soap).

d) Natrium hidroksida, berguna untuk menghilangkan lemak dan minyak serta dapat digunakan juga sebagai bahan dasar kosmetika pelurus rambut.

4. Hidrogen Peroksida

Di dalam bahan kosmetika untuk pengeritingan rambut, hydrogen peroksida digunakan untuk meregangkan hubungan antara sirip-sirip kutikula rambut dan menghentikan daya kerja larutan pengeritingan dengan memulihkan ikatan antara molekul-molekul tanduk.


(35)

5. Amonium Tioglikolat

Larutan garam ini adalah cairan dingin dengan pH 9-9,5. Bila pH-nya terletak antara 9-11, garam ini dapat digunakan untuk menghilangkan bulu. Di dalam penggunaannya, harus memakai sarung tangan karena dapat mengakibatkan kemerah-merahan bila di dalam rambut terdapat garam besi.

6. Tembaga Sulfat

Tembaga sulfat digunakan dalam cat rambut yang memberikan warna cokelat dan hitam. Warna tersebut terjadi karena tembaga sulfat berubah menjadi tembaga oksida.

7. Seng Oksida

Seng oksida berwujud serubuk putih dan digunakan bersama seng karbonat dalam calamine lotion yang sangat berguna untuk mengatasi rasa terbakar pada kulit setelah melakukan pengecatan rambut.

8. Damar gandarukem diperoleh dari tumbuh-tumbuhan dan digunakan untuk mempercepat pengeringan setting lotion dan membuat rambut menjadi mengilap. (Endang; Zahida. 2001)


(36)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel dependen

Pelurusan Rambut Rambut Rontok

(Rebonding)

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

3.2 Definisi Operasional 3.2.1 Rebonding

Rebonding (pelurusan rambut) adalah meluruskan rambut agar rambut jatuh lebih lurus dan lebih indah.

3.2.2Kerontokan Rambut

Kerontokan rambut adalah kehilangan rambut yang berkisar lebih dari 100 helai per hari kira-kira senggenggam tangan.

Tabel 3.1 : Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala Rebonding Rebonding (pelurusan

rambut) adalah meluruskan


(37)

Rambut rontok

rambut agar rambut jatuh lebih lurus dan lebih indah.

Kerontokan rambut adalah kehilangan rambut yang berkisar lebih dari 100 helai per hari.

Kuesioner Nominal

3.3 Hipotesis

Ada hubungan antara rebonding (pelurusan rambut) dengan kejadian rambut rontok.


(38)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat analitik dengan rancangan penelitian cross sectional study (potong lintang).

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian direncanakan akan dilakukan di SMA Negeri 1 Medan karena sampel dari penelitian ini adalah siswi-siswi yang menjalani studinya di SMA Negeri 1 Medan. Penelitian akan dilakukan pada bulan Agustus sampai dengan Oktober 2012.

4.3 Populasi Penelitian

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswi-siswi kelas 1 dan 2 SMA Negeri 1 Medan yang melakukan rebonding (pelurusan rambut).

4.3.1 Kriteria inklusi 1. Melakukan rebonding

2. Jenis kelamin perempuan

4.3.2 Kriteria eksklusi

1. Sedang mengalami trauma psikis dan stress berat

2. Sedang mengkonsumsi obat-obat anti pembekuan darah, obat henti jantung, obat kontrasepsi, dan lain-lain

3. Sedang mengalami infeksi berat/demam tinggi 4. Sedang mengalami penyakit kronis/menahun 5. Melakukan cat rambut < 6 bulan


(39)

6. Infeksi di kepala, seperti Tinea kapitis, dan Ptiriasis sicca.

4.4 Besar Sampel

Sampel dari penelitian ini adalah seluruh siswi SMA Negeri 1 Kelas 1 sampai Kelas 2 yang melakukan rebonding (pelurusan rambut) atau disebut dengan total sampling. Total sampling digunakan apabila subjeknya kurang dari 100 orang. (Suharsimi, Arikunto. 2006)


(40)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Berikut ini akan dijelaskan hasil dari penelitian tentang hubungan rebonding dengan kejadian rambut rontok pada siswi SMA Negeri 1 Medan kelas X dan XI, yang dilakukan pada bulan Agustus sampai Oktober 2012 di SMA Negeri 1 Medan dengan jumlah yang melakukan rebonding sebanyak 53 orang.

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Medan, Jalan Teuku Cik Ditiro No 1, Medan, Sumatra Utara.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Tabel 5.1. Distribusi Berdasarkan Karakteristik Kerontokan Rambut Kerontokan Rambut Jumlah (Orang) Persentase (%) <100 helai/hari (Fisiologis) 17 32,1

>100 helai/hari (Patologis) 36 67,9

Total 53 100,0

Berdasarkan tabel 5.1. tersebut, dari 53 orang yng melakukan rebonding, menunjukkan 17 orang (32,1 %) mengalami kerontokan rambut yang fisiologis (<100 helai/hari), dan 36 orang (67,9 %) mengalami kerontokan yang patologis (>100 helai/hari). Dengan demikian, sampel yang diikutkan dalam pembahasan penelitian ini berjumlah 36 orang.


(41)

5.1.3. Deskripsi Karakteristik Responden 5.1.3.1. Usia

Tabel 5.2. Distribusi Sampel Berdasarkan Usia

Usia (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)

14 8 22,2

15 10 27,8

16 14 38,9

17 4 11,1

Total 36 100,0

Bedasarkan tabel 5.2. kebanyakan sampel berusia 16 tahun sebanyak 14 orang (38,9 %), usia 15 tahun sebanyak 10 orang (27,8 %), usia 14 tahun sebanyak 8 orang (22,2 %), dan usia 17 tahun sebanyak 4 orang (11,1 %).

5.1.3.2. Kelas

Tabel 5.3. Distribusi Sampel Berdasarkan Kelas

Kelas Jumlah (Orang) Persentase (%)

X 16 44,4

XI 20 55,6

Total 36 100,0

Berdasarkan tabel 5.3. kebanyakan sampel berasal dari kelas XI sebanyak 20 orang (55,6 %), dan dari kelas X sebanyak 16 orang (44,4 %).


(42)

5.1.3.3. Frekuensi Rebonding

Tabel 5.4. Distribusi Sampel Berdasarkan Frekuensi Rebonding Frekuensi Rebonding Jumlah (Orang) Persentase (%)

1x6 bulan 11 30,6

1x1 tahun 20 55,6

1x2 tahun 4 11,1

1x3 tahun 1 2,7

Total 36 100,0

Berdasarkan tabel 5.4. kebanyakan sampel melakukan rebonding dengan frekuensi 1x1 tahun, yaitu sebanyak 20 orang (55,6 %), 1x6 bulan, yaitu sebanyak 11 orang (30,6 %), 1x2 tahun, yaitu sebanyak 4 orang (11,1 %), dan 1x3 tahun, yaitu sebanyak 1 orang (2,7 %).

5.2. Hasil Analisis Data

5.2.1. Kerontokan Rambut Setelah Rebonding

Tabel 5.5. Distribusi Sampel Berdasarkan Waktu Kerontokan Rambut Setelah Rebonding

Kerontokan Rambut Setelah Rebonding

Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 minggu-1 bulan 12 33,3

1-3 bulan 13 36,1

3-6 bulan 6 16,7


(43)

Total 36 100,0

Berdasarkan tabel 5.5. kebanyakan sampel mengalami kerontokan rambut 1-3 bulan setelah rebonding, yaitu 13 orang (36,1 %), yang mengalami kerontokan 1minggu-1 bulan setelah rebonding, yaitu 12 orang (33,3 %), 3-6 bulan, yaitu 6 orang (16,7 %), dan 6 bulan-1 tahun, yaitu sebanyak 5 orang (13,9 %).

5.2.2. Hubungan Rebonding Dengan Kejadian Rambut Rontok Tabel 5.6. Kelompok Rebonding Dengan Kelompok Rambut Rontok

Rebonding Kerontokan Rambut

(Orang)

Persentase (%)

< 1 tahun 31 86,1

> 1 tahun 5 13,9

Total 36 100,0

Uji hipotesis penelitian ini menggunakan metode Chi-Square. Tabel ini layak diuji dengan Chi-Square karena tidak adanilai expected yang kurang dari lima.

Pada hasil uji Chi-Square, nilai yang dipakai adalah nilai pada Person Chi-Square. Nilai significancy yang didapat adalah 0,001. Confidence Interval yang digunakan adalah 95 %. Karena faktor peluang (p value) kurang dari 5 %, maka hasil tersebut bermakna. Artinya Ho ditolak, terdapat hubungan antara rebonding dengan kerontokan rambut.

5.3. Pembahasan

Sampel dari penelitian ini adalah seluruh siswi SMA Negeri 1 Medan kelas X dan XI yang melakukan rebonding atau yang disebut dengan total sampling. Setelah dilakukan penelitian maka didapatkan 53 orang yang melakukan rebonding. Dari


(44)

jumlah tersebut, yang mengalami kerontokan rambut sebanyak 36 orang (67,9 %). Maka responden yang diikitkan dalam penelitian ini sebanyak 36 orang saja.

Rentang usia dari 36 orang itu berkisar 14-17 tahun, dengan usia tebanyak 16 tahun yaitu sebanyak 14 orang (38,9 %) dan paling sedikit usia 17 tahun yaitu sebanyak 4 orang (11,1 %).

Rentang kelas dari 36 orang itu bervariasi, mulai dari kelas X-XI. Kebanyakan sampel berasal dari kelas XI (55,6 %) sebanyak 20 orang, dan dari kelas X sebanyak 16 orang (44,4 %).

Rentang frekuensi melakukan rebonding dari 36 orang itu juga bervariasi. Kebanyakan sampel melakukan rebonding dengan frekuensi 1x1 tahun, yaitu sebanyak 20 orang (55,6 %), kemudian 11 orang (30,6 %) melakukannya 1x6 bulan, 4 orang (11,1 %) melakukannya 1x2 tahun, dan 1 orang (12,7 %) melakukannya 1x3 tahun.

Peneliti juga melihat adanya variasi dalam hal waktu terjadinya kerontokan rambut setelah dilakukan rebonding. Kebanyakan sampel mengalami kerontokan rambut 1-3 bulan setelah rebonding, yaitu 13 orang (36,1%). Kemudian 1 minggu-1 bulan setelah rebonding sebanyak 12 orang (33,3 %), 3-6 bulan setelah rebonding sebanyak 6 orang (16,7 %), dan 6 bulan-1 tahunsetelah rebonding sebanyak 5 orang (13,9 %).

Dari seluruh mahasiswi yang melakukan rebonding, didapatkan sampel yang mengalami kerontokan rambut (>100 helai/hari) sebanyak 36 orang (67,9%) sedangkan sampel yang tidak mengalami kerontokan rambut (≤ 100 helai/hari) sebanyak 17 orang (32,1 %). Hasil tersebut menyatakan bahwa terdapat hubungan antara rebonding dengan kerontokan rambut, dimana p value < 0,05. (Wahyuni, Arlinda Sari)

Menurut Clara Lana (2011) menyatakan bahwa rambut rontok dapat disebabkan karena aktivitas penataan rambut yang berlebihan, termasuk aktivitas pelurusan rambut. Pelurusan rambut akan mengakibatkan folikel rambut menjadi lemah dan akan menyebabkan kerusakan pada struktur rambut, sehingga akan meningkatkan


(45)

resiko kerontokan rambut. Juga dikatakan (Supardiman, Lily) bahwa tarikan kronis dapat menyebabkan atrofi folikel rambut disertai inflamasi folikular dan rambut yang patah mengakibatkan kerontokan rambut sampai alopesia setempat.


(46)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

 Sampel dari penelitian ini sebanyak 36 orang, karena dari 56 orang yang melakukan rebonding, didapatkan 36 orang (67,9 %) yang mengalami kerontokan rambut.

 Yang terbanyak dari sampel penelitian ini berusia 16 tahun, sebanyak 14 orang (38,9 %).

 Yang terbanyak dari sampel penelitian ini yaitu kelas XI, sebanyak 20 orang (55,6 %).

 Yang terbanyak dari sampel penelitian ini melakukan rebonding dengan frekuensi 1x1 tahun, sebanyak 20 orang (55,6 %).

 Sampel penelitian yang melakukan rebonding <1 tahun sebanyak 31 orang (86,1 %), sedangkan yang melakukan rebonding >1 tahun sebanyak 5 orang (13,9 %).

 Dari pengukuran dengan metode chi-square didapatkan bahwa faktor peluang (p value) kurang dari 5 %, maka hasil tersebut bermakna. Artinya terdapat hubungan antara rebonding dengan kerontokan rambut.

6.2. Saran

Dari penelitian yang saya lakukan dan melihat hasil yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara rebonding dengan kerontokan rambut, maka ada beberapa saran yang bias diberikan:


(47)

 Perlu dilakukan penelitian lanjutan yang berkaitan dengan judul ini agar lebih menambah wawasan masyarakat, khususnya para wanita dengan sampel yang lebih banyak.

 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pengaruh frekuensi rebonding dan jenis obat yang digunakan terhadap terjadinya kerontokan rambut.

 Kepada masyarakat khusunya para wanita agar berkonsultasi terlebih dahulu sebelum melakukan rebonding.

 Kepada produsen yang bergerak di bidang kecantikan rambut, agar menjelaskan kepada pelanggan efek samping yang diakibatkan dari aktivitas rebonding.

 Diharapkan juga agar seluruh pihak bisa memberikan kritik yang membangun terhadap penelitian ini, agar bisa semakin disempurnakan dan lebih dapat dirasakan manfaatnya oleh seluruh masyarakat, khususnya para wanita.


(48)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta, 134.

Brown, Robin Graham dan Tony Burns. Dermatologi Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga, 4-6.

http://mediawanita-samoa.blogspot.com/2011/01/ [Accesed on 2 March 2011]

Jaffer, Saeed N dan Abrar A. Qureshi. Dermatology Quick Glance. Mc Graw-Hill, 150.

Kusumadewi, dkk. 2001. Pengetahuan dan Seni Tata Rambut Moderen. Jakarta: Meutia Cipta Sarana & DPP. Tiara Kusuma, 19-36.

Lana, Clara. 2011. Tanda Gejala Penyebab Rambut Rontok. Media Wanita. Available from:

Olsen, E. A, dkk. 1994. Hair Growth Disorders. Mc Graw-Hill, 754.

Pusponegoro, Erdina H.D. 2002. Kerontokan Rambut Etiopatogenesis. Dalam: Wasitaadmadja, Sjarif M, dkk. Kesehatan dan Keindahan Rambut. Jakarta: Kelompok Studi Dermatologi Kosmetik Indonesia, 1-13.

Ridwan, Muhammad. 2009. Keajaiban Rambut Mahkota yang sering Terabaikan. Semarang: Pustaka Widyamara, 4.


(49)

Soepardiman, Lily. 2010. Kelainan Rambut. Dalam: Djuanda, Adhi, dkk. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 301-311.

Suling, Pieter L. Hair Fall. Dalam: Cosmetic Dermatology Update. Simposium Nasional, Pameran, dan Pelatihan Dermatologi Kosmetik, 1-15.

Supardiman, Lily. 2002. Berbagai Macam Kerontokan Rambut. Dalam: Wasitaadmadja,

Sjarif M, dkk. Kesehatan dan Keindahan Rambut. Jakarta: Kelompok Studi

Dermatologi Kosmetik Indonesia, 15-27.

Wahyuni, Arlinda Sari. 2008. Statistika Kedokteran. Jakarta: Bamboedoea Communication, 91.


(50)

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Rika Octaviani

Tempat/Tanggal Lahir: Pkl. Susu, 18 Oktober 1990

Agama : Islam

Alamat : Jl. T.Imam Bonjol N0.208, Binjai

Riwayat Pendidikan : 1. SD Dharma Patra, Pkl. Susu

2. SMP Dharma Patra, Pkl. Susu

3. SMA Dharma Patra, Pkl. Brandan

Riwayat Pelatihan : 1. Balut Bidai TBM FK USU 2010


(51)

Lampiran 2

LEMBAR PENJELASAN SUBYEK PENELITIAN

Saya Rika Octaviani, mahasiswa dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara akan mengadakan penelitian yang berjudul “Hubungan Antara Pelurusan Rambut (Rebonding) Dengan Kejadian Rambut Rontok Pada Siswi SMA Negeri 1 Medan”. Saya mengikut sertakan saudari dalam penelitian ini untuk mengetahui efek pelurusan rambut (rebonding) dengan kejadian rambut rontok.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana tindakan pelurusan rambut dengan teknik rebonding bisa mempengaruhi kerontokan rambut.

Partisipasi saudari dalam penelitian ini adalah sukarela. Identitas saudari dalam penelitian ini akan disamarkan. Kerahasiaan identitas saudara/i akan di jamin sepenuhnya.

Saya mengucapkan terima kasih atas bantuan, partisipasi dan kesedian waktu saudari sekalian dalam penelitian ini.

Peneliti,


(52)

Lampiran 3

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN ( Informed Consent )

Saya yang bertanda tangan dibawah bawah ini :

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Kelas :

Alamat :

Setelah mendapat keterangan dan penjelasan secara lengkap, maka dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan, saya menandatangani dan menyatakan bersedia berpartisipasi pada penelitian ini.

Peneliti, Medan, / / 2012

Peserta penelitian,


(53)

Lampiran 4

KUESIONER PENELITIAN TENTANG HUBUNGAN ANTARA PELURUSAN RAMBUT (REBONDING) DENGAN KEJADIAN RAMBUT RONTOK PADA SISWI SMA NEGERI 1 MEDAN KELAS 1 SAMPAI KELAS 2

Nama : Kelas :

Umur : Tanda Tangan :

Nb: Pertanyaan No 7 harap dihitung benar-benar untuk kerontokan rambut yang terjadi, mulai bangun tidur sampai tidur kembali, baik saat sisiran, cuci rambut, bangun tidur, dan lain-lain.

1. Berapa kali Anda melakukan rebonding (pelurusan rambut)?

A. 1x6 bulan C. 1x2 tahun E. Lainnya ……… B. 1x1 tahun D. 1x3 tahun

2. Dimana Anda melakukan rebonding (pelurusan rambut)? A. Rumah kecantikan

B. Salon

C. Lainnya ………..

3. Apa alasan Anda melakukan rebonding (pelurusan rambut)? A. Kecantikan

B. Trend


(54)

4. Berapa biaya yang dibutuhkan untuk sekali rebonding (pelurusan rambut)? A. Rp 10.000-Rp 50.000

B. Rp 50.000-Rp 100.000 C. Lainnya ……….

5. Apakah Anda mengalami kerontokan rambut setelah melakukan rebonding (pelurusan rambut)?

A. YA B. TIDAK

Jika Ya, jawab soal No 6-13

6. Berapa lama setelah melakukan rebonding (pelurusan rambut) Anda mengalami kerontokan rambut?

A. 1 minggu-1bulan C. 3 bulan-6 bulan E. Lainnya ………. B. 1 bulan-3 bulan D. 6 bulan-1 tahun

7. Berapa helai kerontokan rambut yang Anda alami? A. < 50/hari C. 100-120/hari

B. 50-100/hari D. > 120/hari

8. Apakah saat ini Anda sedang mengkonsumsi obat-obatan? A. YA

B. TIDAK

9. Jika Ya, obat apa saja dibawah ini yang sedang Anda konsumsi? A. Anti kanker C. Obat henti jantung E. Hormon


(55)

10. Apakah Anda pernah mengalami penyakit kulit di kepala? A. YA

B. TIDAK

11. Bila Ya, sebutkan apa saja?

A. Tinea kapitis C. Ptiriasis sicca/ketombe

B. Lupus eritematosus D. Lainnya ………

12. Apakah Anda pernah mencat rambut Anda? A. YA

B. TIDAK

13. Jika Ya, berapa kali Anda mencat rambut Anda? A. 1x3 bulan C. 1x1 tahun E. Lainnya ………. B. 1x6 bulan D. 1x2 tahun

Pertanyaan Jawaban

Ya Tidak

Apakah saat ini Anda sedang mengalami penyakit kronis/menahun?

Apakah dalam 3 bulan ini Anda mengalami demam berat?

Apakah saat ini Anda sedang mengalami penyakit tiroid?


(56)

ketat?


(57)

Lampiran 6

Tabel 5.1. Distribusi Berdasarkan Karakteristik Kerontokan Rambut

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid <100/hari 17 32.1 32.1 32.1

>100/hari 36 67.9 67.9 100.0

Total 53 100.0 100.0

Tabel 5.2. Distribusi Sampel Berdasatkan Usia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 14 8 22.2 22.2 22.2

15 10 27.8 27.8 50.0

16 14 38.9 38.9 88.9

17 4 11.1 11.1 100.0

Total 36 100.0 100.0

Tabel 5.3. Distribusi Sampel Berdasarkan Kelas

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid X 16 44.4 44.4 44.4

XI 20 55.6 55.6 100.0


(58)

Tabel 5.4. Distribusi Sampel Berdasarkan Frekuensi Rebonding

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1x1 thn 20 55.6 55.6 55.6

1x2 thn 4 11.1 11.1 66.7

1x3 thn 1 2.8 2.8 69.4

1x6 bln 11 30.6 30.6 100.0

Total 36 100.0 100.0

Tabel 5.5. Distribusi Sampel Berdasarkan Waktu Kerontokan Rambut Setelah Rebonding

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1 bln - 3 bln 13 36.1 36.1 36.1

1 mggu - 1 bln 12 33.3 33.3 69.4

3 bln - 6 bln 6 16.7 16.7 86.1

6 bln - 1 thn 5 13.9 13.9 100.0


(59)

Tabel 5.6. Kelompok Rebonding Dengan Kelompok Rambut Rontok

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid < 1 tahun 31 86.1 86.1 86.1

> 1 tahun 5 13.9 13.9 100.0

Total 36 100.0 100.0

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 11.490a 1 .001

Continuity Correctionb 9.382 1 .002

Likelihood Ratio 11.106 1 .001

Fisher's Exact Test .002 .001

Linear-by-Linear Association

11.273 1 .001

N of Valid Cases 53

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.81.


(60)

Lampiran 7

DATA INDUK MAHASISWI REBONDING YANG TIDAK MENGALAMI KERONTOKAN RAMBUT (≤ 100 HELAI/HARI)

No Kelas Usia Frekuensi Rebonding Kerontokan Setelah Rebonding

1 X 15 1x1 tahun 1 minggu-1 bulan

2 X 15 1x2 tahun 1-3 bulan

3 X 15 1x3 tahun 1-3 bulan

4 X 15 1x3 tahun 1-3 bulan

5 XI 16 1x2 tahun 1 minggu-1 bulan

6 XI 16 1x3 tahun 1-3 bulan

7 XI 16 1x2 tahun 3-6 bulan

8 XI 16 1x3 tahun 1-3 bulan

9 XI 16 1x1 tahun 1-3 bulan

10 XI 17 1x1 tahun 1 minggu-1 bulan

11 XI 16 1x1 tahun 3-6 bulan

12 XI 16 1x2 tahun 1-3 bulan

13 XI 16 1x3 tahun 1-3 bulan


(61)

15 XI 16 1x1 tahun 3-6 bulan

16 X 15 1x2 tahun 6 bulan-1 tahun

17 XI 16 1x1 tahun 3-6 bulan

DATA INDUK SISWI REBONDING YANG MENGALAMI KERONTOKAN RAMBUT (> 100 HELAI/HARI)

No Kelas Usia Frekuensi Rebonding Kerontokan Setelah Rebonding

1 X 15 1x1 tahun 3-6 bulan

2 X 15 1x6 bulan 1-3 bulan

3 X 14 1x3 tahun 6 bulan-1 tahun

4 X 15 1x2 tahun 6 bulan-1 tahun

5 X 15 1x1 tahun 1 minggu-1 bulan

6 X 15 1x2 tahun 1 minggu-1 bulan

7 X 15 1x1 tahun 6 bulan-1 tahun

8 X 14 1x1 tahun 1-3 bulan

9 X 14 1x1 tahun 6 bulan-1 tahun

10 X 14 1x1 tahun 1 minggu-1 bulan

11 X 14 1x1 tahun 1 minggu-1 bulan

12 X 14 1x6 bulan 1-3 bulan

13 X 15 1x1 tahun 1 minggu-1 bulan


(62)

15 X 14 1x2 tahun 1-3 bulan

16 XI 16 1x1 tahun 1 minggu-1 bulan

17 XI 16 1x1 tahun 3-6 bulan

18 XI 16 1x1 tahun 1-3 bulan

19 XI 17 1x6 bulan 3-6 bulan

20 XI 16 1x1 tahun 1-3 bulan

21 XI 16 1x6 bulan 3-6 bulan

22 XI 17 1x6 bulan 1-3 bulan

23 XI 17 1x1 tahun 1 minggu-1 bulan

24 XI 16 1x6 bulan 1-3 bulan

25 XI 16 1x1 tahun 3-6 bulan

26 XI 16 1x1 tahun 1 minggu-1 bulan

27 XI 16 1x6 bulan 1 minggu-1 bulan

28 XI 15 1x6 bulan 1-3 bulan

29 XI 17 1x1 tahun 6 bulan-1 tahun

30 XI 16 1x1 tahun 1 minggu-1 bulan

31 XI 16 1x1 tahun 3-6 bulan

32 XI 15 1x2 tahun 1-3 bulan

33 XI 16 1x6 bulan 1 minggu-1 bulan

34 X 16 1x1 tahun 1 minggu-1 bulan

35 X 15 1x1 tahun 1-3 bulan


(63)

(1)

Tabel 5.4. Distribusi Sampel Berdasarkan Frekuensi Rebonding

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1x1 thn 20 55.6 55.6 55.6

1x2 thn 4 11.1 11.1 66.7

1x3 thn 1 2.8 2.8 69.4

1x6 bln 11 30.6 30.6 100.0

Total 36 100.0 100.0

Tabel 5.5. Distribusi Sampel Berdasarkan Waktu Kerontokan Rambut Setelah Rebonding

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1 bln - 3 bln 13 36.1 36.1 36.1

1 mggu - 1 bln 12 33.3 33.3 69.4

3 bln - 6 bln 6 16.7 16.7 86.1

6 bln - 1 thn 5 13.9 13.9 100.0


(2)

Tabel 5.6. Kelompok Rebonding Dengan Kelompok Rambut Rontok

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid < 1 tahun 31 86.1 86.1 86.1

> 1 tahun 5 13.9 13.9 100.0

Total 36 100.0 100.0

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 11.490a 1 .001

Continuity Correctionb 9.382 1 .002

Likelihood Ratio 11.106 1 .001

Fisher's Exact Test .002 .001

Linear-by-Linear Association

11.273 1 .001

N of Valid Cases 53

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.81. b. Computed only for a 2x2 table


(3)

Lampiran 7

DATA INDUK MAHASISWI REBONDING YANG TIDAK MENGALAMI

KERONTOKAN RAMBUT (≤ 100 HELAI/HARI)

No Kelas Usia Frekuensi Rebonding Kerontokan Setelah

Rebonding

1 X 15 1x1 tahun 1 minggu-1 bulan

2 X 15 1x2 tahun 1-3 bulan

3 X 15 1x3 tahun 1-3 bulan

4 X 15 1x3 tahun 1-3 bulan

5 XI 16 1x2 tahun 1 minggu-1 bulan

6 XI 16 1x3 tahun 1-3 bulan

7 XI 16 1x2 tahun 3-6 bulan

8 XI 16 1x3 tahun 1-3 bulan

9 XI 16 1x1 tahun 1-3 bulan

10 XI 17 1x1 tahun 1 minggu-1 bulan

11 XI 16 1x1 tahun 3-6 bulan

12 XI 16 1x2 tahun 1-3 bulan

13 XI 16 1x3 tahun 1-3 bulan


(4)

15 XI 16 1x1 tahun 3-6 bulan

16 X 15 1x2 tahun 6 bulan-1 tahun

17 XI 16 1x1 tahun 3-6 bulan

DATA INDUK SISWI REBONDING YANG MENGALAMI KERONTOKAN RAMBUT (> 100 HELAI/HARI)

No Kelas Usia Frekuensi Rebonding Kerontokan Setelah

Rebonding

1 X 15 1x1 tahun 3-6 bulan

2 X 15 1x6 bulan 1-3 bulan

3 X 14 1x3 tahun 6 bulan-1 tahun

4 X 15 1x2 tahun 6 bulan-1 tahun

5 X 15 1x1 tahun 1 minggu-1 bulan

6 X 15 1x2 tahun 1 minggu-1 bulan

7 X 15 1x1 tahun 6 bulan-1 tahun

8 X 14 1x1 tahun 1-3 bulan

9 X 14 1x1 tahun 6 bulan-1 tahun

10 X 14 1x1 tahun 1 minggu-1 bulan

11 X 14 1x1 tahun 1 minggu-1 bulan

12 X 14 1x6 bulan 1-3 bulan

13 X 15 1x1 tahun 1 minggu-1 bulan


(5)

15 X 14 1x2 tahun 1-3 bulan

16 XI 16 1x1 tahun 1 minggu-1 bulan

17 XI 16 1x1 tahun 3-6 bulan

18 XI 16 1x1 tahun 1-3 bulan

19 XI 17 1x6 bulan 3-6 bulan

20 XI 16 1x1 tahun 1-3 bulan

21 XI 16 1x6 bulan 3-6 bulan

22 XI 17 1x6 bulan 1-3 bulan

23 XI 17 1x1 tahun 1 minggu-1 bulan

24 XI 16 1x6 bulan 1-3 bulan

25 XI 16 1x1 tahun 3-6 bulan

26 XI 16 1x1 tahun 1 minggu-1 bulan

27 XI 16 1x6 bulan 1 minggu-1 bulan

28 XI 15 1x6 bulan 1-3 bulan

29 XI 17 1x1 tahun 6 bulan-1 tahun

30 XI 16 1x1 tahun 1 minggu-1 bulan

31 XI 16 1x1 tahun 3-6 bulan

32 XI 15 1x2 tahun 1-3 bulan

33 XI 16 1x6 bulan 1 minggu-1 bulan

34 X 16 1x1 tahun 1 minggu-1 bulan

35 X 15 1x1 tahun 1-3 bulan


(6)