Etiologi dan Patogenesis Klasifikasi

4. Kelainan endokrin Kelainan endokrin dapat mempengaruhi fisiologi folikel rambut, menambah atau mengurangi produksi rambut. Hipotiroidisme dapat menyebabkan mengecilnya diameter rambut dan meningkatkan kerontokan rambut. Erdina H.D.2002; Pieter 5. Penyakit Kronis Kerontokan rambut tidak selalu didapatkan pada penyakit kronis, kecuali terdapat kekurangan protein dalam jumlah besar. Pieter 2.1.6 Efluvium Kerontokan Rambut 2.1.6.1 Definisi Kerontokan rambut adalah kehilangan rambut yang berkisar lebih kurang 120 helai per hari. Dapat terjadi difus atau setempat lokal. Kelainan setempat dapat berupa unifokal atau multifokal. Bila kerontokan ini berlanjut dapat terjadi kebotakan alopesia. Lily Soepardiman. 2010

2.1.6.2 Etiologi dan Patogenesis

Klasifikasi etiopatogenesis kerontokan rambut dapat membantu menentukan jenis kerontoka rambut: 1. Kegagalan pertumbuhan rambut, umumnya disebabkan oleh karena dysplasia ektodermal akibat gangguan genetik. Universitas Sumatera Utara 2. Abnormalitas batang rambut: a. instrinsic hair breakage dan b. unruly hair, dapat terjadi secara kongenital akibat kelainan metabolik atau didapat akibat kerusakan mekanik atau kimia. 3. Abnormalitas siklus rambut jumlah rambut yang lepas meningkat, dapat menyebabkan effluvium telogen, effluvium anagen, dan alopesia areata. 4. Kerusakan folikel rambut dapat disebabkan oleh faktor eksogen traumatekanan, faktor endogen infeksikeganasanbeberapa penyakit dengan proses destruktif dan aplasia kutis kongenital Pieter

2.1.6.3 Klasifikasi

Berdasarkan penyebabnya, klasifikasi kerontokan rambut dapat dibagi menjadi: congenital, kelainan siklus pertumbuhan rambut, kelainan batang rambut, obat, gangguan hormonal, trauma, infeksi, dan penyakit dengan proses destruktif. Pieter Kerontokan rambut akibat trauma Secara umum, kerontokan rambut atau alopesia yang disebabkan oleh trauma mekanis dapat dibagi menjadi 3 tipe, trauma, tekanan, dan tarikan. a. Alopesia traumatic Kerontokan rambut sampai alopesia akibat trauma memiliki daerah yang berbatas tegas dan merupakan penyebab tersering alopesia sikatrisial. b. Alopesia karena tekanan. Tekanan yang lama, misalnya pada pasien yang berbaring lama dapat menyebabkan iskemia, nekrosis, dan ulserasi di kulit kepala. Keadaan Universitas Sumatera Utara ini mengakibatkan kerontokan rambut yang berkembang menjadi alopesia sikatrisial yang umumnya bersifat irreversibel. c. Alopesia karena tarikan Tarikan kronis dapat menyebabkan atrofi folikel rambut disertai inflamasi folikular dan rambut yang patah mengakibatkan kerontokan rambut sampai alopesia setempat. Keadaan ini dapat dijumpai pada gadis-gadis remaja dengan kuncir ekor kuda yang kencang, dan anak- anak Afro-Karabia dengan kuncir-kuncir kecil di rambut serta pada keadaan trikotilomania. Pieter 2.2 Pelurusan Rambut 2.2.1 Meluruskan Rambut Dengan Teknik Rebonding Ada beberpa teknik pelurusan rambut, diantaranya adalah teknik pengepresan, teknik smoothing tanpa alat, dan teknik rebonding. Namun penulis akan membahas tentang teknik rebonding saja sesuai judul penelitian ini.

2.2.1.1 Sejarah rebonding

Rebonding atau teknik pelurusan rambut sudah ada sejak zaman dahulu, dengan tahun 1996 penglurusan dilakukan dengan menggunakan teknik papan, dari tahun 1997 sampai 1999 hanya melakukan teknik smoothing, dimana hasil yang didapatkan belum sempurna dan tidak terlihat natural. Pada tahun-tahun tersebut digolongkan pada “Era Straightener”. Memasuki tahun 2000 sampai 2002 ada terobosan barupenemuan alat catok Ceramid, kemudian sekitar tahun 2003 sampai2005 maju lagi dengan teknik rebonding system, dimana hasil yang didapatkan terlihat alami dan lebih tahan lama. Pada tahun-tahun ini digolongkan pada “Era Rebonding”. Sekitar tahun 2006 sampai 2007 Universitas Sumatera Utara