LEONARD PITJUMARFOR, 2015 PELATIHAN PEMUDA PELOPOR DALAM MENINGKATKAN WAWASAN KESANAN PEMUDA DI DAERAH
RAWAN KONFLIK Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI Hal
LEMBAR PENGESAHAN i
PERNYATAAN ii
ABSTRAK iii
KATA PENGANTAR v
UCAPAN TERIMAKASIH vi
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GRAFIK xii
DAFTAR GAMBAR xii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Penelitian
1 B.
Identifikasi Masalah Penelitian 7
C. Rumusan Masalah Penelitian
7 D.
Tujuan Penelitian 8
E. Manfaat Penelitian
9 F.
Struktur Organisasi Tesis 9
BAB II KERANGKA TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN 11
A. KERANGKA TEORI
11 1.
Hakekat Peran Aparatur Pemerintah 11
2. Hakekat Wawasan Kesatuan
13 3.
Hakekat Pemuda 16
4. Hakekat Konflik
18 5.
Hakekat Pelatihan 22
6. Hakekat Pemuda Pelopor
31 7.
Hakekat Pendidikan Luar Sekolah 31
B. KERANGKA PEMIKIRAN
35 BAB III METODOLOGI PENELITIAN
38
A. Metode Penelitian
38 B.
Subjek Penelitian 39
C. Definisi Operasional
39 D.
Langkah-langkah Penelitian 42
LEONARD PITJUMARFOR, 2015 PELATIHAN PEMUDA PELOPOR DALAM MENINGKATKAN WAWASAN KESANAN PEMUDA DI DAERAH
RAWAN KONFLIK Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
ix
E. Teknik Pengumpulan Data
43 F.
Keabsahan Data 47
G. Teknik Analisis Data
48 H.
Instrumen Penelitian 49
BAB IV TEMUAN, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 59
A. TEMUAN
59
1. Gambaran Umum
59 2.
Gambaran Responden 63
B. HASIL PENELITIAN
66
1. Peran Aparatur Pemerintah Badan Kesatuan Bangsa dan Politik
Provinsi DKI Jakarta dalam meningkatkan Wawasan Kesatuan Pemuda
66
2. Pengetahuan Pemuda Tentang Wawasan Kesatuan Sebelum
Mengikuti Pelatihan Pemuda Pelopor 76
3. Penyelenggaraan Pelatihan Pemuda Pelopor Dalam Meningkatkan
Wawasan Kesatuan 77
4. Pengetahuan Pemuda Tentang Wawasan Kesatuan Setelah
Mengikuti Pelatihan Pemuda Pelopor 109
5. Faktor Pendukung dan Penghambat Penyelenggaraan Pelatihan
Pemuda Pelopor 113
C. PEMBAHASAN
115
D. KETERBATASAN PENELITIAN
120
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI 115
A. SIMPULAN
121
B. REKOMENDASI
123
DAFTAR PUSTAKA 124
LAMPIRAN
[Type text]
LEONARD PITJUMARFOR, 2015 PELATIHAN PEMUDA PELOPOR DALAM MENINGKATKAN WAWASAN KESANAN PEMUDA DI
DAERAH RAWAN KONFLIK Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Indonesia  dalam  interaksi  berbangsa  dan  bernegara  terbagi  atas  lapisan- lapisan  sosial  tertentu.  Lapisan-lapisan  tersebut  terbentuk  dengan  sendirinya
sebagai  struktur  sosial  di  masyarakat.  Indonesia  merupakan  negara  yang heterogen  sehingga  muncul  keberagaman  dalam  berbagai  hal  serta  terjadi
pelapisan sosial yang beragam. Indonesia  merupakan  negara  yang  memiliki  struktur  sosial  masyarakat
yang heterogen. Struktur masyarakat  Indonesia ditandai dengan dua cirinya yang bersifat  unik  Nasikun,  1995:  28.  Dua  jenis  pelapisan  masyarakat  Indonesia
adalah  pelapisan  secara  horizontal  dan  pelapisan  secara  vertikal.  Perbedaan horizontal  ditandai  dengan  perbedaan  ras,  agama,  serta  adat  istiadat  yang  ada
dalam  masyarakat  Indonesia.  Sedangkan  perbedaan  secara  vertikal  ditandai dengan adanya lapisan atas dan lapisan bawah berdasarkan tingkatan ekonomi dan
tingkatan  lain  misalnya  pekerjaan,  dan  sebagainya.  Adanya  lapisan  atas  dan lapisan  bawah  dalam  masyarakat  Indonesia  dinilai  berpotensi  adanya  gap  antara
lapisan atas dan lapisan bawah. Indonesia  sebagai  negara  dengan  struktur  masyarakat  yang  majemuk
sebagaimana  yang  diungkapkan  oleh  Furnivall  Nasikun,  1994:  29  bahwasanya Indonesia  merupakan  masyarakat  majemuk,  dimana  masyarakatnya  terdiri  atas
dua atau lebih elemen yang hidup sendiri-sendiri tanpa ada pembauran satu sama lain  di  dalam  suatu  kesatuan  politik.  Struktur  masyarakat  Indonesia  yang
majemuk  dapat  dipengaruhi  oleh  beberapa  factor  diantaranya,  keadaan  geografis yang membagi Indonesia menjadi banyak pulau menjadikan Indonesia kaya akan
kelompok etnik. Ada sekitar 300 kelompok etnik di Indonesia yang tersebar dalam 6000 pulau Hefner, 2005: 79. Letak Indonesia yang strategis juga menyebabkan
beragamnya  agama  yang  berkembang  di  Indonesia.  Indonesia  menjadi  sasaran penyebaran  berbagai  agama  besar  di  dunia  sehingga  masyarakat  Indonesia
1
LEONARD PITJUMARFOR, 2015 PELATIHAN PEMUDA PELOPOR DALAM MENINGKATKAN WAWASAN KESANAN PEMUDA DI
DAERAH RAWAN KONFLIK Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
memeluk  agama  yang  beragam.  Iklim  juga  merupakan  faktor  kemajemukan struktur  masyarakat  Indonesia.  Perbedaan  curah  hujan  menyebabkan  kesuburan
lahan  berbeda-beda  sehingga  mempengaruhi  tingkat  ekonomi  masyarakat Indonesia Nasikun, 1995.
Struktur  majemuk  masyarakat  Indonesia  cenderung  akan  menimbulkan konflik.  Konflik  justru  berpotensi  terjadi  dalam  kemajemukan  di  Indonesia.
Konflik yang dapat terjadi dalam dua macam yaitu konflik yang bersifat ideologis dan  konflik  yang  bersifat  politis   Nasikun,  1995:  63.  Pada  tingkat  konflik
ideologis,  konflik  terwujud  dalam  perbedaan  presepsi  dari  masing  masing golongan  masyarakat  dalam  melihat  dan  menilai  suatu  hal.  Seperti  misalnya
perbedaan  pandangan  umat  Muslim  dan  umat  selain  Muslim  menilai  tentang terorisme  akhir-akhir  ini.  Sementara  dari  tingkatan  politis,  konflik  terjadi  karena
pertentangan  dalam  pembagian  sumber-sumber  kekuasaan.  Seperti  misalnya penyebaran pendidikan yang tidak merata karena masalah ekonomi.
Menurut Lewis A. Coser Konflik sosial adalah perselisihan mengenai nilai- nilai  atau  tuntutan-tuntutan  berkenaan  dengan  status,  kuasa,  dan  sumber-sumber
kekayaan  yang  persediaannya  terbatas.  Pihak-pihak  yang  sedang  berselisih  tidak hanya bermaksud untuk memperoleh sumber-sumber yang diinginkan, tetapi juga
memojokkan, merugikan atau menghancurkan lawan mereka. Jakarta  sebagai  ibukota  Negara  Republik  Indonesia  yang  diatur  dalam
Undang-Undang  Nomor  29  Tahun  2007  tentang  Pemerintahan  Provinsi  Daerah Khusus  Ibukota  Negara  Republik  Indonesia,  memiliki  karakteristik  kekhususan
tersendiri  dibandingkan  dengan  daerah  provinsi  lainnya.  Kompleksitas  Jakarta selalu  berkaitan  erat  dengan  keberadaan  sebagai  pusat  pemerintahan,  faktor  luas
wilayah yang terbatas dan populasi penduduk yang tinggi. Provinsi  DKI  Jakarta  memiliki  jumlah  penduduk  yang  cukup  besar  dan
heterogen. Hal ini dikarenakan Jakarta memiliki daya tarik dalam aspek ekonomi, politik,  pendidikan,  dan  lain-lain,  sehingga  tingkat  urbanisasi  di  Provinsi  DKI
Jakarta  menjadi  sangat  tinggi.  Tingginya  urbanisasi  dan  heterogenitas  penduduk DKI  Jakarta  mampu  menciptakan  kontribusi  positif  berupa  pembangunan  dan
perekonomian  yang  berkembang  pesat.  Namun  demikian,  dampak  negatif  dari
LEONARD PITJUMARFOR, 2015 PELATIHAN PEMUDA PELOPOR DALAM MENINGKATKAN WAWASAN KESANAN PEMUDA DI
DAERAH RAWAN KONFLIK Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
kondisi ini adalah munculnya berbagai potensi kerawanan maupun konflik sosial di  DKI  Jakarta.  Kerawanan  dan  konflik  sosial  tersebut  dapat  mengakibatkan
hilangnya rasa aman, timbulnya rasa takut, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda,  korban  jiwa  dan  trauma  psikologis  masyarakat  dendam,  benci,  anti  pati,
dan  sebagainya,  sehingga  pada  gilirannya  menghambat  pembangunan  secara keseluruhan.
Badan  Pusat  Statistik  Provinsi  DKI  Jakarta  dalam  Indeks  Potensi Kerawanan  Sosial  IPKS  di  DKI  Jakarta  tahun  2013  memperoleh  data  sebagai
berikut :
Grafik. I.1
Presentase Kelurahan Menurut Kelompok Kriteria Indeks Potensi Kerawanan Sosial IPKS dan KabupatenKota Di DKI Jakarta Tahun 2013
Krisis  multi  dimensi  yang  kompleks  sekarang  ini,  membawa  implikasi pada  kondisi  masyarakat  Jakarta  yang  rentan  terhadap  timbulnya  gejolak  sosial
LEONARD PITJUMARFOR, 2015 PELATIHAN PEMUDA PELOPOR DALAM MENINGKATKAN WAWASAN KESANAN PEMUDA DI
DAERAH RAWAN KONFLIK Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
yang  diwarnai  kekerasan,  sehingga  masyarakat  cenderung  mencari  jalan  pintas dalam  menyelesaikan  berbagai  masalah  yang  dihadapi.  Kondisi  sosial  tersebut
seringkali  terjadi  tindak  pelanggaran  diluar  koridor  hukum  yang  ada,  baik  yang dilakukan oleh perorangan maupun kelompok masyarakat. Oleh karena itu, upaya
menanggulangi  masalah  tersebut  diperlukan  metode  penanganan  melalui kelembagaan secara tepat dan terencana dengan baik.
Jakarta  merupakan  daerah  yang  berpotensi  terjadinya  konflik  sosial. Beragam  suku,  agama,  ras  dan  kepentingan  menjadi  potensi  utama  dalam
terjadinya  konflik  di  Jakarta.  Kehidupan  sosial  yang  menuntut  untuk  bertahan hidup  menjadi  dasar  dimana  semua  orang  rela  melakukan  apa  saja  untuk
mempertahankan sumber daya yang ada disekitarnya. Setiap  kelompok  masyarakat  di  Jakarta  saat  ini  terdapat  potensi-potensi
konflik.  Setiap  warga  mempunyai  kepentingan  yang  harus  dipenuhi  yang  dalam pemenuhannya  dapat  mengorbankan  kepentingan  warga  lainnya.  Bila  dilakukan
tanpa  mengikuti  aturan  hukum  atau  konvensi  sosial  yang  dianggap  adil  dan beradab,  akan  menjadi  potensi  konflik.  Potensi  konflik  juga  diakibatkan  adanya
perasaan  tertekan.  Selain  itu  juga  diakibatkan  ketidakadilan  dan  kesewenang- wenangan terhadap harta benda, jatidiri, kehormatan, keselamatan, dan nyawa.
Pemuda merupakan elemen terpenting dari pondasi bagi setiap Negara, tak terkecuali di Indonesia. Banyak sudah sejarah besar bangsa Indonesia merupakan
hasil  dari  kontribusi  dan  peran  serta  pemuda.  Kondisi  yang  terjadi  saat  ini  di Jakarta  justru  berbanding  terbalik  dengan  pada  masa  kejayaan  pemuda  dimasa
lampau. Pemuda di Jakarta kini sudah mulai mengkotak-kotakkan diri satu dengan yang  lainnya  yang  pada  akhirnya  terjadi  konflik  dalam  mempertahankan
kepentingan masing-masing. Konflik  sosial  yang  terjadi  diakibatkan  kurangnya  pengetahuan  dan
wawasan  mengenai  kesatuan  bangsa.  Jiwa  nasionalis  pemuda  perlu  dibangun kembali  sehingga pemuda dapat  lebih memandang bahwa jika bersatu  lebih kuat
dibandingkan  terpecah  belah  menjadi  organisasi  yang  memiliki  kepentingan masing-masing.
LEONARD PITJUMARFOR, 2015 PELATIHAN PEMUDA PELOPOR DALAM MENINGKATKAN WAWASAN KESANAN PEMUDA DI
DAERAH RAWAN KONFLIK Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Munculnya  berbagai  jenis  Organisasi  Massa  Ormas  di  Jakarta  dinilai menjadi  salah  satu  pemicu  awal  terjadinya  konflik.  Berdasarkan  data  POLDA
Metro  Jaya  melalui  survey  tahun  2012,  sebagian  besar  konflik  yang  terjadi  di Jakarta  dilakukan  oleh  ormas-ormas  yang  rata-rata  pelakunya  adalah  pemuda.
Oleh karena itu, perlu sebuah solusi yang dapat meminimalisir terjadinya konflik di Jakarta.
Berdasarkan  data  statistik  dari  Badan  Pusat  Statistik  tahun  2013,  Jakarta Timur  memiliki  tiga  daerah  kecamatan  teratas  yang  terindikasi  menjadi  lokasi
rawan  konflik.  Tiga  daerah  tersebut  diantaranya  adalah  kecamatan  jatinegara, kecamatan cakung dan kecamatan pulogadung.
Lemahnya wawasan kesatuan yang dimiliki masyarakat menjadi penyebab meningkatnya  konflik  horizontal.  Padahal  dengan  wawasan  kesatuan,  berfungsi
menjadi  perekat  dalam  kehidupan  masyarakat.  Sehingga  masalah  yang  menjadi pemicu  konflik  dapat  diminimalisir  serta  diatasi  lebih  dini.  Kosongnya  wawasan
kesatuan  membuat  masyarakat  menjadi  sangat  mudah  marah  dan  cenderung menyelesaikan  masalah  dengan  cara  berkonflik  antar  sesama.  Makna  wawasan
kesatuan dan implementasinya pada masa sekarang ini tentu telah berbeda dengan apa  yang terjadi pada zaman menjelang dan mempertahankan kemerdekaan pada
tahun  1945. Kondisi  dan  situasi  telah  berubah  dengan  segala  tantangannya  dan dalam kaitan itulah rekonstruksi kesatuan harus dilakukan.
Aparatur  Pemerintah  merupakan  ujung  tombak  yang  menjadi  penopang dalam  mewujudkan  persatuan  dan  kesatuan.  Strategi  yang  digunakan  harus  terus
berkembang  sesuai  dengan  kebutuhan  dan  perkembangan  zaman.   Aparatur pemerintah diharapkan dapat benar-benar memahami dan menindaklanjuti arti dan
makna  wawasan  kesatuan  dalam  upaya  mewujudkan  persatuan  dan  kesatuan bangsa dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.  Aparatur pemerintah
memegang  peranan  strategis  untuk  mencegah  timbulnya  disintegrasi  bangsa. Untuk  itu,  diharapkan  dapat  terwujudnya  aparatur  pemerintah  yang  berwawasan
kesatuan sebagai pedoman masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Aparatur  pemerintah  berperan  sebagai  penyemai,  penumbuh  semangat
LEONARD PITJUMARFOR, 2015 PELATIHAN PEMUDA PELOPOR DALAM MENINGKATKAN WAWASAN KESANAN PEMUDA DI
DAERAH RAWAN KONFLIK Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
kebersamaan  di  kalangan  masyarakat  dalam  melanjutkan  estafet  pembangunan dan perjuangan bangsa.
Konflik  sosial  di  masyarakat  menjadi  ancaman  yang  berpotensi mengganggu
keutuhan dan
mengikis semangat
nasionalisme bangsa.
Kemajemukan  masyarakat  Indonesia  bukan  lagi  dianggap  sebagai  kekayaan namun  bisa  menjelma  menjadi  bibit  permusuhan  yang  dapat  memecah  belah
bangsa.  Dalam  hal  ini  konflik  sosial  diartikan  sebagai  perkelahian  antar masyarakat  atau  perkelahian  yang  melibatkan  massa  yang  besar  dan  melibatkan
antar kelompok, golongan maupun suku bangsa. Konflik sosial ini dapat dipahami sebagai  akibat  adanya  upaya-upaya  untuk  menguasai  sumber-sumber  daya  atau
kekuasaan  yang  berkenaan  dengan  kepentingan  umum.  Upaya-upaya  untuk menguasai
kekuasaan tersebut
antara lain
memperebutkan atau
mempertahankannya dengan cara konflik dan saling menghancurkan. Konflik ini umumnya didahului dengan konflik pribadi dan aksi premanisme.
Aparatur  Pemerintah  Bidang  Kewaspadaan  Badan  Kesatuan  Bangsa  dan Politik  Provinsi  DKI  Jakarta  merupakan  lembaga  kepemerintahan  daerah  yang
memiliki  tugas  dalam  menjaga  keutuhan  Negara  Kesatuan  Republik  Indonesia NKRI. Oleh karena itu, perlu segera diadakannya berbagai alternatif solusi yang
dapat memecahkan masalah konflik sosial yang terjadi di masyarakat. Pendidikan  nonformal  atau  yang  juga  disebut  dengan  pendidikan  luar
sekolah merupakan suatu lingkup pendidikan yang kepemilikannya terfokus pada masyarakat,  menyangkut  kemandirian,  pendanaan,  pengelolaan  dan  aspek-aspek
lainnya, yang kegiatannya dari, oleh dan untuk masyarakat. UU Sisdiknas No. 20 Tahun  2003  Pendidikan  luar  sekolah  itu  sendiri  dikatakan  sebagai  pelengkap,
penambah, serta pengganti jalur pendidikan formal. Berbagai satuan pendidikan nonformal saat ini telah banyak diterapkan di
Indonesia, baik oleh masyarakat, swasta, maupun perorangan. Pendirian berbagai satuan  pendidikan  nonformal  tersebut  tidak  hanya  didasari  oleh  filosofi
pendidikan nonformal  di atas, tetapi lebih karena kebutuhan  yang dirasakan felt need oleh masyarakat.
LEONARD PITJUMARFOR, 2015 PELATIHAN PEMUDA PELOPOR DALAM MENINGKATKAN WAWASAN KESANAN PEMUDA DI
DAERAH RAWAN KONFLIK Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Pelatihan  merupakan  salah  satu  alternatif  solusi  Pendidikan  Non  Formal dalam  upaya  pencegahan  terjadinya  konflik.  Pelatihan  merupakan  bentuk
penerapan  peran  Pendidikan  Luar  Sekolah  sebagai  Penambah  Suplement  jalur Pendidikan  Formal  Artinya,  bahwa  pendidikan  luar  sekolah  dilaksanakan  untuk
menambah  pengetahuan,  keterampilan  yang  kurang  didapatkan  dari  pendidikan sekolah.
Pelatihan menjadi salah satu cara yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi DKI  Jakarta  dalam  menanggulangi  masalah  konflik  sosial  yang  terjadi  di
masyarakat. Setiap
tahun, Pemerintah
khususnya Pemerintah
Bidang Kewaspadaan  Badan  Kesatuan  Bangsa  dan  Politik  Provinsi  DKI  Jakarta
merancang  program  pelatihan  dalam  rangka  menanggulangi  konflik  sosial  di Provinsi  DKI  Jakarta.  Pelatihan  dianggap  dapat  mengurangi  dan  mengantisipasi
terjadinya konflik sosial di masyarakat. Pelatihan  pemuda  pelopor  merupakan  salah  satu  alternatif  solusi  dalam
meredam konflik sosial terutama yang dilakukan oleh berbagai ormas yang ada di Jakarta  timur.  Dengan  adanya  pelatihan  ini  diharapkan  dapat  meningkatkan
pemahaman  pemuda  dalam  hal  wawasan  kesatuan  bangsa  sehingga  dapat meredam perpecahan yang berujung pada konflik sosial.
Sasaran  pada  pelatihan  pemuda  pelopor  adalah  pemuda  yang  memiliki peran  strategis  di  masyarakat,  sehingga  pemuda  yang  sudah  mengikuti  pelatihan
menjadi  agen  bagi  pemerintah  untuk  mensosialisasikan  isu  perdamaian  di masyarakat. Biasanya pemuda di rekrut dari berbagai ormas yang ada di wilayah
Provinsi  DKI  Jakarta,  strategi  ini  dinilai  efektif  mengingat  data  konflik  sosial yang  terjadi  di  masyarakat  sebagian  besar  dilakukan  oleh  pemuda  yang  berasal
dari ormas. Pelatihan  pemuda  pelopor  merupakan  produk  baru  dari  Pemerintah
Provinsi  DKI  Jakarta  dalam  menanggulangi  masalah  konflik  sosial,  oleh  karena itu  program  ini  perlu  dikaji  untuk  mendapatkan  gambaran  mengenai  peran
Aparatur  Pemerintah  sebagai  fasilitator  kegiatan  pelatihan,  perubahan  tingkat pengetahuan peserta pelatihan setelah mengikuti pelatihan serta faktor pendukung
dan faktor penghambat selama proses penyelenggaraan pelatihan.
LEONARD PITJUMARFOR, 2015 PELATIHAN PEMUDA PELOPOR DALAM MENINGKATKAN WAWASAN KESANAN PEMUDA DI
DAERAH RAWAN KONFLIK Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
B. Identifikasi Masalah Penelitian
Berdasarkan latar
belakang masalah
di atas,
maka peneliti
mengidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut: 1.
Indonesia adalah negera yang struktur masyarakatnya majemuk, kemajemukan tersebut sangat berpotensi terjadinya konflik.
2. Berdasarkan  data  POLDA  Metro  Jaya  melalui  survey  tahun  2012,  sebagian
besar  konflik  yang  terjadi  di  Jakarta  dilakukan  oleh  ormas-ormas  yang  rata- rata pelakunya adalah pemuda.
3. Berdasarkan  data  statistik  yang  dilakukan  Badan  Pusat  Statistik  tahun  2013,
Kecamatan Pulogadung menduduki peringkat ketiga di wilayah Jakarta Timur yang merupakan lokasi terindikasi rawan konflik sosial.
4. Kurangnya pembekalan dan pemahaman wawasan kesatuan bagi pemuda yang
mengakibatkan  memudarnya  rasa  toleransi  antar  pemuda  sehingga menimbulkan konflik.
5. Pelatihan  merupakan  salah  satu  alternatif  solusi  bagi  Pemerintah  dalam
menanggulangi masalah konflik sosial yang terjadi di masyarakat. 6.
Pelatihan  Pemuda  Pelopor  merupakan  produk  Pemerintah  Badan  Kesatuan Bangsa  dan  Politik  Provinsi  DKI  Jakarta  dalam  menanggulangi  masalah
konflik sosial yang terjadi di Masyarakat. 7.
Sasaran  program  pelatihan  Pemuda  Pelopor  adalah  pemuda  dari  ormas  yang diharapkan  dapat  menjadi  agen  bagi  Pemerintah  dalam  mensosialisasikan  isu
perdamaian dalam menanggulangi masalah konflik sosial di masyarakat.
C. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan  latar  belakang,  dan  identifikasi  tersebut  di  atas,  diajukan rumusan  masalah  sebagai  berikut:
“Bagaimana  peran  Aparatur  Pemerintah Badan  Kesatuan  Bangsa  dan  Politik  Provinsi  DKI  Jakarta  dalam
meningkatkan  wawasan  kesatuan  pemuda  di  daerah  rawan  konflik  melalui pelatihan pemuda pelopor Provinsi DKI Jakarta?”
LEONARD PITJUMARFOR, 2015 PELATIHAN PEMUDA PELOPOR DALAM MENINGKATKAN WAWASAN KESANAN PEMUDA DI
DAERAH RAWAN KONFLIK Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana peran Aparatur Pemerintah Bidang Kewaspadaan Badan Kesatuan
Bangsa dan Politik Provinsi DKI Jakarta dalam merancang program pelatihan pemuda pelopor untuk meningkatkan wawasan kesatuan pemuda?
2. Bagaimana perubahan tingkat pengetahuan pemuda tentang wawasan kesatuan
sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan Pemuda Pelopor? 3.
Bagaimana  penyelenggaraan  Pelatihan Pemuda  Pelopor  dalam  meningkatkan wawasan kesatuan?
4. Bagaiamana  faktor  pendukung  dan  penghambat  penyelenggaraan  pelatihan
Pemuda Pelopor?
D.
Tujuan Penelitian
Tujuan  penelitian  Penerapan  Pelatihan  Pemuda  Pelopor  sebagai  upaya penanggulangan konflik sosial di kecamatan Pulo gadung adalah sebagai berikut :
1. Menganalisis  peran  Aparatur  Pemerintah  Provinsi  DKI  Jakarta  pada  fungsi
manajemen dalam meningkatkan wawasan kesatuan pemuda. 2.
Menganalisis tingkat pengetahuan pemuda tentang wawasan kesatuan sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan Pemuda Pelopor.
3. Menganalisis  bagaimana  penyelenggaraan  pelatihan  pemuda  pelopor  dalam
meningkatkan wawasan kesatuan bagi pemuda di kawasan rawan konflik. 4.
Menganalisis  faktor  pendukung  dan  penghambat  penyelenggaraan  pelatihan Pemuda Pelopor.
E. Manfaat Penelitian
1. Teoritik
Dari  temuan  di  lapangan  yang  diperoleh,  diharapkan  dapat  memberikan sumbangan  terhadap  pengembangan  teori  ilmu  pendidikan  terutama  tentang
konsep  penyelenggaraan  pelatihan  dan  konsep  wawasan  Kesatuan  bagi  pemuda
khususnya di wilayah Provinsi DKI Jakarta. 2.
Praktis
LEONARD PITJUMARFOR, 2015 PELATIHAN PEMUDA PELOPOR DALAM MENINGKATKAN WAWASAN KESANAN PEMUDA DI
DAERAH RAWAN KONFLIK Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
a. Sebagai  bahan  kajian  instansi  dan  lembaga  terkait,  fungsinya  untuk
mengelola berbagai kegiatan kepemudaan.
b. Sebagai bahan masukan bagi pengembangan ilmu terutama dalam konsep
pengembangan  masyarakat  dalam  rangka  peningkatan  kualitas  sumber daya  manusia  di  Indonesia,  serta  memperkaya  dan  menunjang  konsep
pembelajaran dalam Pendidikan Luar Sekolah.
c. Sebagai  pengalaman  praktis  bagi  peneliti  dalam  mengaplikasikan  konsep
dan  teori  yang  diperoleh  selama  perkuliahan  pada  Program  Studi
Pendidikan Luar Sekolah UPI.
F. Struktur Organisasi Tesis
BAB I :  Pendahuluan,  yang  didalamnya  membahas  latar  belakang
masalah,  identifikasi  masalah,  rumusan  masalah,  tujuan  penelitian,  kerangka berpikir, serta sistematika penulisan terkait dengan topik bahasan penelitian.
BAB II : Kerangka Teori  Kerangka Berpikir merupakan landasan teori,