commit to user
xvi berwarna  kuning  kecoklatan  dan  berdinding  agak  tebal,  baunya  wangi  dan
rasanya pahit Riandi, 2010. Pegagan  Centella  asiatica  L.  Urban  merupakan  salah  satu  jenis
tumbuhan yang memiliki khasiat sebagai obat. Khasiat obat dalam pegagan ini berasal  dari  kandungan  senyawa  kimia  hasil  metabolisme  sekunder.  Pegagan
mengandung  senyawa  triterpenoid  yaitu  asam  asiatikat,  asam  madekasat, asiatikosida dan madekasosida. Kegunaan pegagan antara lain obat sakit perut,
luka,  obat  cacing,  kencing  batu,  demam,  pembersih  darah,  batuk  kering  dan hidung  berdarah,  bahkan  dianggap  lebih  bermanfaat  dibandingkan  dengan
ginko biloba atau ginseng yang berasal dari Korea  Ika Puspitasari, 2006. Salah satu pabrik jamu memerlukan lebih kurang 100 ton pegagan setiap
tahunnya.  Dari  sepuluh  jenis  jamu  yang  beredar  di  pasaran,  pegagan merupakan  bahan  baku  yang  dipergunakan,  dengan  kadar  simplisia  yang
dicantumkan  dalam  kemasannya  antara  15-25  .  Maka  dari  itu  dibutuhkan sekali  alternatif  dalam  budidaya  tanaman  pegagan  sehingga  dapat
menghasilkan tanaman dalam skala besar  yang bisa memenuhi keperluan  dari pabrik jamu Januwati M, 2005.
B. Kultur Invitro
Bioteknologi  di  bidang  pertanian  telah  berkembang  pesat,  salah  satu contohnya  adalah  kultur  jaringan.  Kultur  jaringan  tanaman  merupakan  teknik
menumbuh  kembangkan  bagian  tanaman,  baik  berupa  sel  jaringan  atau  organ tanaman  dalam  kondisi  aseptis  secara  in  vitro.  Ciri  teknik  ini  adalah  kondisi
kultur yang aseptis, penggunaan media kultur buatan dengan kandungan nutrisi lengkap,  dan  kondisi  lingkungan  kultur  yang  sesuai.  Lingkungan  yang  sesuai
dapat dipenuhi dengan menentukan media tumbuh yang sesuai dan penempatan pada  kondisi  yang  terkendali  berkaitan  dengan  intensitas  dan  periodisitas,
cahaya,  temperatur,  dan  kelembaban  serta  keharusan  sterilisasi  Mattjik,  NA, 2005.
commit to user
xvii Kendala utama berkaitan dengan proses pertumbuhan adalah bila eksplan
yang  ditanam  mengalami  stagnasi,  dari  mulai  tanam  hingga  kurun  waktu tertentu  tidak  mati  tetapi  tidak  tumbuh.  Untuk  menghindari  hal  itu  dapat
dilakukan  dengan  preventif  menghindari  bahan  tanam  yang  tidak  juvenil  atau tidak meristematik. Karena awal pertumbuhan eksplan akan dimulai dari sel-sel
yang  muda  yang  aktif  membelah,  atau  dari  sel-sel  tua  yang  muda  kembali. Media juga dapat menjadi sebab terjadinya stagnasi pertumbuhan, karena dari
kondisi  medialah  suatu  sel  dapat  atau  tidak  terdorong  melakukan  proses pembelahan dan pembesaran dirinya Nugroho, 1996.
Untuk  memecahkan  masalah  pengadaan  bibit  tanaman  secara  besar- besaran  dan  penanaman  secara  masal  dalam  rangka  memenuhi  kebutuhan
konsumen yang semakin meningkat dapat dipenuhi dengan kultur jaringan. Di Negara-negara maju seperti Jepang, Eropa, dan AS kultur aseptik telah umum
digunakan sebagai sarana perbanyakan tanaman terutama untuk tanaman buah- buahan Purbiati dan Triatminingsih, 1992.
Cara  memilih  eksplan  harus  didasarkan  oleh  ilmu  pengetahuan  tentang sel,  yaitu  bagian-bagian  tanaman  yang  mempunyai  sel  aktif  membelah
meristem. Pada bagian sel meristem mengandung hormon tanaman, sehingga hasilnya akan sesuai seperti  yang diharapkan  yakni dapat memunculkan tunas
maupun bagian lain dari tanaman Hendaryono dan Wijayani, 1994.
C. Mahkota Dewa