Konsentrasi VFA Volatile Fatty Acid

commit to user 29 Pada penelitian ini, konsentrasi NH 3 dari ketiga jenis pakan berada pada kondisi yang baik untuk memenuhi kebutuhan mikroba rumen. Menurut Satter dan Slyter 1974 cit Nuswantara et al., 2006 menjelaskan bahwa laju maksimum sintesis protein mikroba akan tercapai jika konsentrasi NH 3 berkisar antara 3,0-8,0 mg100ml cairan rumen. Perombakan protein, mikroba tidak mengenal batas walaupun NH 3 yag dihasilkan telah cukup untuk memenuhi kebutuhan mikroba. Soebarinoto et al., 1991 menyatakan bahwa kelebihan NH 3 dalam rumen 9,83 mg tidak lagi merangsang pertumbuhan mikrobia rumen.

C. Konsentrasi VFA Volatile Fatty Acid

Kinetika konsentrasi VFA cairan rumen sapi PO berfistula selama penelitian dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6. Kinetika Konsentrasi VFA Cairan Rumen Sapi PO Berfistula mmol Kinetika konsentrasi VFA cairan rumen mulai saat distribusi pakan pertama untuk TI adalah 87,38; 108,45; 131,22; 133,56; 139,43 mmol, MK sebesar 91,36; 99,94; 106,71; 149,90; 130,14 mmol dan BKS sebesar 129,14; 136,38; 147,40; 148,39; 131,27 mmol. Hasil pengamatan rerata VFA cairan rumen dari 3 ekor sapi yang diberi pakan TI, MK dan BKS adalah 120,01; 115,61 dan 138,52 mmol. Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa VFA cairan rumen berbeda tidak nyata P0,05. Hal ini berarti bahwa penggunaan TI, MK dan BKS terproteksi dalam ransum tidak mempengaruhi konsentrasi VFA cairan rumen sapi PO berfistula. Jam Perlakuan TI MK BKS 87,38 91,36 129,14 3 108,45 99,94 136,38 6 131,22 106,71 147,40 9 133,56 149,90 148,39 12 139,43 130,14 131,27 Rerata 120,01 115,61 138,52 commit to user 30 50 100 150 200 3 6 9 12 waktu s etelah dis tribus i pakan pertama jam P ro d u k s i V F A m TI MK BKS Gambar 5. Grafik kinetika konsentrasi VFA cairan rumen VFA merupakan produk akhir dari proses pencernaan mikrobial terhadap karbohidrat. Kinetika konsentrasi VFA cairan rumen dari ketiga jenis pakan cenderung mengalami peningkatan setelah 3 jam distribusi pakan pertama. Hal ini disebabkan konsentrat mengandung banyak sumber energi terutama karbohidrat. Fermentasi karbohidrat mudah larut akan meningkatkan produksi VFA di dalam rumen. Menurut Haryoko et al., 2001 selain dari karbohidart VFA juga berasal dari fermentasi protein namun dalam jumlahnya sangat sedikit. Konsentrasi VFA di dalam rumen dan proporsinya dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tipe ransum, pengolahan ransum, pemanasan, bentuk pellet dan frekuensi pemberian ransum Preston dan Willis, 1974 cit Suprayogi, 1998. Terlihat pada grafik bahwa konsentrasi VFA cairan rumen dari ketiga jenis pakan mencapai puncak setelah 9 jam distribusi pakan pertama. Hal ini dikarenakan pengaruh frekuensi pemberian pakan sehingga meningkatkan konsumsi bahan organik dari ransum. Banyaknya bahan organik dari ransum yang masuk dalam rumen terutama karbohidrat mudah larut menyebabkan VFA cairan rumen yang diproduksi semakin meningkat. Kandungan bahan organik dari pakan TI, MK dan BKS nilainya adalah 53,13; 56,54; 56,62 dan kandungan BETN masing-masing sebesar 49,48; 51,10; 50,30. Adanya karbohidrat yang mudah terdegradasi memungkinkan mikroba mendapatkan energi yang lebih banyak untuk membentuk protein tubuh. Meningkatnya produksi VFA tersebut diikuti dengan turunnya pH cairan rumen gambar 3. Menurut Suprayogi 1998 bahwa meningkatnya commit to user 31 produksi VFA terutama asam propionat menyebabkan turunnya pH cairan rumen. Terlihat pada grafik bahwa konsentrasi VFA setelah mencapai puncak kemudian mengalami penurunan. Hal ini berhubungan dengan aktivitas mikroba dan absorsi VFA. Penurunan tersebut disebabkan aktivitas mikroba dalam memanfaatkan VFA sebagai sumber atom C untuk membentuk struktur protein mikroba rumen. Selain itu juga adanya absorbsi VFA melalui dinding rumen sehingga menyebabkan konsentrasi VFA di dalam rumen menurun. Menurut Van Soest 1994 bahwa 90 VFA yang dihasilkan dari fermentasi diabsorsi melalui dinding rumen dan akan digunakan sebagai sumber energi bagi induk semang. Kandungan SK dari pakan TI, MK dan BKS nilainya adalah 16,89; 16,99; 19,69, kandungan BETN masing-masing sebesar 49,48; 51,10; 50,30 dan menghasilkan rerata VFA sebesar 120,01; 115,61; 138,52 mmol. Rerata produksi VFA menunjukkan pakan BKS lebih baik dibanding TI dan MK, walaupun secara statistik tidak berbeda nyata. Hal ini diduga bahwa BKS mempunyai kandungan karbohidarat non struktural lebih banyak sehingga memberikan kemudahan pada mikroba untuk mendegradasi. Menurut Jouany 1991 cit Damayanti 2009 bahwa proses pencernaan bahan pakan sumber karbohidrat non struktural di dalam rumen lebih mudah dan lebih cepat terfementasi jika dibandingkan dengan karbohidrat struktural. Kisaran pH dari ketiga jenis pakan dalam kondisi normal. Hal ini karena pH dapat dipertahankan sehingga mikroba rumen dapat beraktivitas secara optimal dan mengakibatkan serat kasar dapat didegradasi oleh mikroba secara efektif, sehingga dapat meningkatkan proses fermentasi rumen secara keseluruhan dan konsentrasi VFA tetap stabil. Pada penelitian ini kisaran konsentrasi VFA sebesar 87,38-149,90 mmol, tersedia lebih dari cukup untuk sintesis protein mikroba. Menunjang pertumbuhan mikroba yang optimum, dibutuhkan konsentrasi VFA rumen berkisar antara 80-160 mM atau 10-70 mmol McDonald et al., 1988 cit Nuswantara et al., 2006. commit to user 32

D. Protein Mikroba

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENGGUNAAN MINYAK IKAN LEMURU, MINYAK KELAPA SAWIT, DAN BUNGKIL KELAPA SAWIT TERPROTEKSI TERHADAP pH, KONSENTRASI NH3, VFA, DAN PROTEIN MIKROBIA RUMEN SAPI P

0 6 60

PENGARUH PENGGUNAAN MINYAK IKAN LEMURU, MINYAK KELAPA SAWIT, DAN BUNGKIL KELAPA SAWIT TERPROTEKSI TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING, BAHAN ORGANIK, PROTEIN, pH DAN NH3 CAIRAN RUMEN SAPI PO BERFISTUL

0 5 50

PENGARUH MENIR KEDELAI, TEPUNG IKAN DAN BUNGKIL KELAPA SAWIT TERPROTEKSI TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING, BAHAN ORGANIK DAN PROTEIN KASAR RANSUM SAPI PO BERFISTULA

1 9 45

PENGARUH PEMBERIAN CAMPURAN MENIR KEDELAI TERPROTEKSI DAN MINYAK IKAN LEMURU TERHADAP KECERNAAN NDF DAN ADF RANSUM SAPI SIMMENTAL PERANAKAN ONGOLE.

0 2 3

PENGGUNAAN MENIR KEDELAI TERPROTEKSI DAN MINYAK IKAN LEMURU DALAM RANSUM DITINJAU DARI TAMPILAN ESTRUS INDUK SAPI PERANAKAN ONGOLE.

0 3 3

Pengaruh Penggunaan Menir Kedelai Terproteksi dan Minyak Ikan Lemuru dan Jenis Otot yang Berbeda terhadap Kualitas Fisik Daging Sapi Simmental Peranakan Ongole.

0 0 12

Pengaruh Penggunaan Menir Kedelai dan Minyak Ikan Lemuru Terproteksi terhadap Kecernaan Bahan Organik dan Protein Kasar Sapi Simmental Peranakan Ongole.

0 0 13

Pengaruh Penggunaan Menir Kedelai dan Minyak Ikan Lemuru Terproteksi Terhadap Kualitas Kimia Otot Longissimus Dorsi dan Biceps Sapi Simmental Peranakan Ongole.

1 1 4

PENGARUH PENGGUNAAN MENIR KEDELAI TERPROTEKSI DAN MINYAK IKAN LEMURU DAN TIPE OTOT YANG BERBEDA TERHADAP KUALITAS KIMIA DAGING SAPI SIMMENTAL PERANAKAN ONGOLE.

0 0 3

PENGGUNAAN MENIR KEDELAI TERPROTEKSI DAN MINYAK IKAN LEMURU DALAM RANSUM INDUK SAPI PERANAKAN ONGOLE DITINJAU DARI KECERNAAN BAHAN ORGANIK DAN PROTEIN KASAR.

0 2 3