pH rumen TINJAUAN PUSTAKA A.

commit to user 15 Konsentrasi VFA di dalam rumen dan proporsinya dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tipe ransum komposisi ransum, pengolahan ransum, pemanasan, bentuk pellet dan frekuensi pemberian ransum Preston dan Willis, 1974 cit Suprayogi, 1998. Banyak sedikitnya VFA, CO 2 dan CH 4 dipengaruhi oleh macam ransum yang diberikan. Ternak yang mendapat pakan hijauan maka VFA yang terbanyak adalah asam asetat 50-65, disusul asam propionat 18-25 dan terakhir asam butirat 12-20. Pada keadaan pakan dengan konsentrat tinggi maka komposisi asetat turun sedangkan propionat naik Tillman et al., 1989. Volatile Fatty Acid VFA yang biasa disebut asam lemak terbang merupakan salah satu produk fermentasi karbohidrat di dalam rumen yang menjadi sumber energi utama bagi ternak ruminansia. Konsentrasi VFA pada cairan rumen dapat digunakan sebagai salah satu tolok ukur fermentabilitas pakan dan sangat erat kaitannya dengan aktivitas mikroba rumen Parakkasi, 1999.

G. pH rumen

Umumnya pH rumen berkisar antara 6,7-7,0. Semakin banyak asam- asam hasil fermentasi makin cepat terjadinya absorbsi. Keasaman rumen diatur oleh adanya natrium bikarbonat dan fosfat pada waktu adanya fermentasi yang cepat Soebarinoto et al., 1991. Menurut Van Soest 1994, kondisi pH rumen tetap konstan ini disebabkan adanya buffering capacity yang berasal dari saliva karena banyak mengandung bicarbonat dan fosfat serta sistem absorbsi VFA melalui dinding rumen. Soebarinoto et al., 1991 keasaman di dalam rumen dipengaruhi oleh jenis pakan, produk fermentasi dan saliva. Bila pakan mengandung banyak konsentrat maka pH akan turun, sedangkan hijauan akan meningkatkan pH. Partikel pakan yang kecil akan menurunkan pH. Garillo et al., 1995 cit Ananto 2009, pemberian pakan konsentrat tinggi dan fermentabel akan memperbanyak konsentrasi ion H sehingga terjadi penurunan pH. Menurut Arora 1989 kondisi pH rumen akan mempengaruhi absorbsi amonia melalui dinding rumen. Absorbsi amonia akan menurun apabila commit to user 16 pH rumen rendah dan sebaliknya akan meningkat bila pH 7,3. Owens dan Zinn 1988 cit Suprayogi 1998 bahwa pada pH yang rendah sebagian besar amonia diubah menjadi amonium sehingga tidak dapat diabsorbsi oleh dinding rumen karena bersifat tidak permeabel. Permeabilitas dinding rumen akan meningkat apabila pH rumen tinggi sehingga dapat terjadi penyerapan NH 3 . H. Sintesis Protein Mikroba Di dalam rumen terkandung berjuta-juta binatang bersel tunggal bakteri dan protozoa yang mengunakan campuran makanan dan air sebagai media hidupnya. Bakteri tersebut memproduksi enzim pencernaan serat kasar dan protein serta mensintesis vitamin B yang digunakan untuk berkembangbiak dan membentuk sel-sel baru. Sel-sel inilah yang akhirnya dicerna oleh “induk semang” sebagai protein hewani yang dikenal dengan sebutan protein mikroba Kartadisastra, 1997. Transformasi nutrien menjadi protein mikroba membutuhkan lingkungan dan kondisi rumen yang optimal bagi pertumbuhan mikroba antara lain tersedianya berbagai zat nutrisi dalam jumlah, komposisi dan waktu yang tepat. Senyawa N, karbohidrat, vitamin, mineral, kofaktor dan berbagai faktor pertumbuhan merupakan unsur pertumbuhan mikroba rumen, namun senyawa N dan karbohidrat dibutuhkan dalam jumlah terbesar dan harus tersedia secara simultan untuk mendorong pertumbuhan mikroba dengan cepat Ginting, 2005. VFA merupakan sumber energi dan kerangka karbon sedangkan NH 3 sebagai sumber N untuk protein mikroba. Maksimum laju sintesis protein mikroba akan tercapai jika konsentrasi NH 3 berkisar antara 3,0-8,0 mg100ml cairan rumen, Konsentrasi VFA berkisar antara 10-70 mmmol Satter dan Slyter, 1974; McDonald et al., 1988 cit Nuswantara, 2006. Selain itu pH, temperatur, ukuran dan kepadatan partikel pakan, keberadaan oksigen juga mempengaruhi sintesis protein mikrobia, dan sintesis protein mikrobia dipengaruhi oleh perkembangan mikrobia terutama mikrobia pada waktu terjadi proses fermentasi Tillman et al., 1989. commit to user 17

III. MATERI DAN METODE

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 05 Oktober 2009 sampai 15 Desember 2009 di kandang Sapi Percobaan Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Analisis bahan pakan dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret, analisis NH 3 dan protein mikroba di Laboratorium Biokimia Nutrisi Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, dan VFA cairan rumen di Pusat Studi Pangan dan Gizi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

B. Bahan dan Alat Penelitian

1. Ternak Sapi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sapi PO berfistula berjumlah 3 ekor dengan rata- rata bobot badan 289,3 ± 28,3 kg. 2. Pakan Pakan yang digunakan terdiri dari jerami padi fermentasi, konsentrat, menir kedelai, tepung ikan dan bungkil kelapa sawit terproteksi. Menir kedelai, tepung ikan dan bungkil kelapa sawit diproteksi dengan penambahan formaldehid 37 sebanyak 2 dari bahan kering bahan pakan yang diproteksi. Konsentrat terdiri dari campuran: bungkil kedelai 8, bungkil kelapa sawit 5, kopra 20, jagung giling 6, dedak halus 30, pollard 14, onggok 14, mineral 2 dan garam 1. Pemberian air minum secara ad libitum. Jumlah pakan yang diberikan pada sapi adalah 3 dari berat badan. Kebutuhan nutrien sapi potong dengan bobot badan 250 kg, PBB 0,3 Kghari, kandungan nutrien bahan pakan penyusun ransum, susunan ransum dan komposisi ransum perlakuan dapat dilihat pada tabel 1, tabel 2 dan tabel 3.

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENGGUNAAN MINYAK IKAN LEMURU, MINYAK KELAPA SAWIT, DAN BUNGKIL KELAPA SAWIT TERPROTEKSI TERHADAP pH, KONSENTRASI NH3, VFA, DAN PROTEIN MIKROBIA RUMEN SAPI P

0 6 60

PENGARUH PENGGUNAAN MINYAK IKAN LEMURU, MINYAK KELAPA SAWIT, DAN BUNGKIL KELAPA SAWIT TERPROTEKSI TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING, BAHAN ORGANIK, PROTEIN, pH DAN NH3 CAIRAN RUMEN SAPI PO BERFISTUL

0 5 50

PENGARUH MENIR KEDELAI, TEPUNG IKAN DAN BUNGKIL KELAPA SAWIT TERPROTEKSI TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING, BAHAN ORGANIK DAN PROTEIN KASAR RANSUM SAPI PO BERFISTULA

1 9 45

PENGARUH PEMBERIAN CAMPURAN MENIR KEDELAI TERPROTEKSI DAN MINYAK IKAN LEMURU TERHADAP KECERNAAN NDF DAN ADF RANSUM SAPI SIMMENTAL PERANAKAN ONGOLE.

0 2 3

PENGGUNAAN MENIR KEDELAI TERPROTEKSI DAN MINYAK IKAN LEMURU DALAM RANSUM DITINJAU DARI TAMPILAN ESTRUS INDUK SAPI PERANAKAN ONGOLE.

0 3 3

Pengaruh Penggunaan Menir Kedelai Terproteksi dan Minyak Ikan Lemuru dan Jenis Otot yang Berbeda terhadap Kualitas Fisik Daging Sapi Simmental Peranakan Ongole.

0 0 12

Pengaruh Penggunaan Menir Kedelai dan Minyak Ikan Lemuru Terproteksi terhadap Kecernaan Bahan Organik dan Protein Kasar Sapi Simmental Peranakan Ongole.

0 0 13

Pengaruh Penggunaan Menir Kedelai dan Minyak Ikan Lemuru Terproteksi Terhadap Kualitas Kimia Otot Longissimus Dorsi dan Biceps Sapi Simmental Peranakan Ongole.

1 1 4

PENGARUH PENGGUNAAN MENIR KEDELAI TERPROTEKSI DAN MINYAK IKAN LEMURU DAN TIPE OTOT YANG BERBEDA TERHADAP KUALITAS KIMIA DAGING SAPI SIMMENTAL PERANAKAN ONGOLE.

0 0 3

PENGGUNAAN MENIR KEDELAI TERPROTEKSI DAN MINYAK IKAN LEMURU DALAM RANSUM INDUK SAPI PERANAKAN ONGOLE DITINJAU DARI KECERNAAN BAHAN ORGANIK DAN PROTEIN KASAR.

0 2 3