commit to user 13
Lebih lanjut McDonald et al., 1988 cit Nuswantara et al., 2006 menambahkan bahwa apabila pakan rendah kandungan proteinnya atau tahan
terhadap degradasi mikrobia rumen maka konsentrasi amonia rumen akan rendah dan pertumbuhan mikrobia rumen lambat, akibatnya degradasi
karbohidarat akan terlambat. Mikroorganisme di dalam rumen dapat membentuk protein tubuhnya dari peptida, asam amino ataupun senyawa N
sederhana yang berupa amonia atau nitrogen non protein Kamal, 1994. Protein yang tahan terhadap degradasi mikroba rumen, sehingga langsung
masuk ke dalam abomasum dan usus halus dan mengalami pencernaan oleh enzim hewan induk semang seperti pada non ruminansia disebut bypass
protein Soebarinoto et al., 1991. Laju maksimum sintesis protein mikroba akan tercapai jika
konsentrasi NH
3
berkisar antara 3,0-8,0 mg100ml cairan rumen Satter dan Slyter, 1974 cit Nuswantara et al., 2006. Degradasi protein dan deaminasi
asam amino akan terus berlangsung, walaupun telah terjadi akumulasi amonia yang cukup tinggi di dalam rumen Sutardi, 1976 cit Erwanto, 1995.
Soebarinoto et al., 1991 menyatakan bahwa kelebihan amonia dalam rumen 9,83 mg tidak lagi merangsang pertumbuhan mikrobia rumen.
F. Pencernaan Karbohidarat Di Dalam Rumen.
Pakan ternak ruminansia umumnya berasal dari karbohidarat sebagai komponen utamanya. Lebih kurang 60-75 dari ransum yang diberikan pada
ternak terdiri dari karbohidrat. Percernaan karbohidrat di dalam rumen ada 2 tingkat.
Tingkat pertama,
karbohidrat yang
masuk ke
dalam rumen akan dihidrolisa menjadi monosakarida, terutama glukosa dengan
bantuan enzim-enzim
yang dihasilkan
oleh mikroba
rumen. Sutardi et al., 1983 cit Sari, 2008. Selulosa dipecah menjadi selobiosa
kemudian diubah menjadi glukosa. Pati menjadi maltosa dan isomaltosa selanjutnya diubah menjadi glukosa. Hemiselulosa oleh pengaruh enzim akan
dipecah dan menghasilkan silosa dan asam uronat. Asam uronat kemudian diubah menadi silosa juga. Silosa juga dapat berasal dari hidrolisis silan
Kamal, 1994.
commit to user 14
Tahap kedua, glukosa-glukosa sederhana mengalami metabolisme intraseluler di dalam mikroba. Glukosa tersebut akan difermentasi menjadi
VFA berupa asetat, propionat, dan butirat serta CH
4
dan CO
2
. VFA ini penting untuk pertumbuhan mikroorganisme yang membantu mencerna serat kasar
dalam rumen serta sebagai sumber kerangka karbon bagi pembentukan protein mikroba Sutardi et al., 1983 cit Sari, 2008. Sekitar 90 VFA yang
dihasilkan dari fermentasi diabsorsi melalui dinding rumen dan akan digunakan sebagai sumber energi bagi induk semang, sedangkan CO
2
dan CH
4
dikeluarkan dengan jalan eruktasi, absorbsi dan pernafasan lewat paru-paru Van Soest, 1994.
Gambar 2. Skema fermentasi karbohidrat dalam rumen Kamal, 1994 Selulosa
Hemiselulosa Pati
selobiosa maltosa
isomaltosa Glukosa-1-fosfat
glukosa Glukosa-6-fosfat
pektin Asam uronat
silosa fruktosa-6-fosfat
fruktosa-1,6-difosfat silan
sukrosa fruktan
fruktosa
Asam piruvat format
Metan Asetil Ko A
Laktat Oksal asetat Metil malonil Ko A
Malonil Ko A Aseto asetil Ko A
Laktil Ko A Malat
β- hidroksil butiril Ko A Akriril Ko A Fumarat Krotoril Ko A
Propionil Ko A Suksinat Suksinil Ko A
Butiril Ko A Butirat
Propionat Asetil fosfat
Asetat
CO
2
H
2
commit to user 15
Konsentrasi VFA di dalam rumen dan proporsinya dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tipe ransum komposisi ransum, pengolahan
ransum, pemanasan, bentuk pellet dan frekuensi pemberian ransum Preston dan Willis, 1974 cit Suprayogi, 1998. Banyak sedikitnya VFA, CO
2
dan CH
4
dipengaruhi oleh macam ransum yang diberikan. Ternak yang mendapat pakan hijauan maka VFA yang terbanyak adalah asam asetat
50-65, disusul asam propionat 18-25 dan terakhir asam butirat 12-20. Pada keadaan pakan dengan konsentrat tinggi maka komposisi
asetat turun sedangkan propionat naik Tillman et al., 1989. Volatile Fatty Acid VFA yang biasa disebut asam lemak terbang
merupakan salah satu produk fermentasi karbohidrat di dalam rumen yang menjadi sumber energi utama bagi ternak ruminansia. Konsentrasi VFA pada
cairan rumen dapat digunakan sebagai salah satu tolok ukur fermentabilitas pakan dan sangat erat kaitannya dengan aktivitas mikroba rumen
Parakkasi, 1999.
G. pH rumen