Konsentrasi NH HASIL DAN PEMBAHASAN A. pH Cairan Rumen

commit to user 25 mengandung sumber energi yaitu karbohidrat yang cenderung mudah terfementasi menjadi VFA. Banyaknya pakan yang mengandung karbohidrat di dalam rumen akan meningkatkan produksi VFA akibatnya menurunkan pH rumen. Pemberian pakan jerami pada ketiga jenis pakan menunjukkan pH yang relatif stabil. Setelah distribusi pakan konsentrat kedua menyebabkan pH semakin mengalami penurunan. Sesuai yang dikemukakan Kamal 1994 bahwa pakan konsentrat dinaikkan maka asam asetat turun sedangkan asam propionatnya yang naik, ditambahkan Garillo et al., 1995 cit Ananto 2009, pemberian pakan konsentrat tinggi dan fermentabel akan memperbanyak konsentrasi ion H sehingga terjadi penurunan pH. Nilai pH juga dipengaruhi oleh bahan-bahan organik pakan yang mudah terlarut di dalam rumen. Kandungan bahan organik masing-masing pakan TI, MK dan BKS sebesar 51,13; 56,54 dan 56,62. Fermentasi bahan organik yang mudah terlarut akan meningkatkan produksi VFA. Menurut Suprayogi 1998 bahwa meningkatnya produksi VFA terutama asam propionat menyebabkan penurunan pH cairan rumen. Rerata asam propionat pada TI, MK, BKS masing-masing sebesar 22,76; 19,87; 27,42 mmol. pH cairan rumen merupakan salah satu faktor yang menentukan berlangsungnya proses fermentasi secara baik. Rerata pH cairan rumen dari ketiga jenis pakan masih dalam kisaran normal sehingga aktivitas bakteri selulolitik tidak terhambat. Hal ini sesuai dengan pendapat Van Soest 1994 bahwa aktivitas bakteri selulolitik terhambat apabila pH cairan rumen dibawah 6,2 dan aktivitas akan optimal di dalam rumen pada pH 6,7.

B. Konsentrasi NH

3 Amonia commit to user 26 Kinetika konsentrasi NH 3 cairan rumen sapi PO berfistula selama penelitian dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Kinetika Konsentrasi NH 3 Cairan Rumen Sapi PO Berfistula mg100ml Kinetika konsentrasi NH 3 cairan rumen mulai saat distribusi pakan pertama untuk TI adalah 11,25; 10,32; 7,57, 7,18; 7,49 mg100ml; MK sebesar 17,77; 13,32; 11,81; 11,33; 12,36 mg100ml dan BKS sebesar 13,47, 9,29, 6,19, 7,58, 4,16 mg100ml. Hasil pengamatan rerata konsentrasi NH 3 cairan rumen dari 3 ekor sapi yang diberi pakan TI, MK dan BKS adalah 8,76; 13,30 dan 8,14 mg100ml. Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa NH 3 cairan rumen berbeda tidak nyata P0,05. Perbedaan yang tidak nyata dari masing-masing perlakuan ditunjukkan dengan kandungan nutrien konsentrat yang cukup baik mengakibatkan efek perlakuan tertutupi sehingga menghasilkan konsentrasi NH 3 yang berbeda tidak nyata. 5 10 15 20 3 6 9 12 waktu s etelah dis tribus i pakan pertama jam k o n s e n tr a s i N m g 1 m l TI MK BKS Gambar 4. Grafik kinetika konsentrasi NH 3 cairan rumen Konsentrasi amonia mencerminkan jumlah protein ransum di dalam rumen dan nilainya sangat dipengaruhi oleh kemampuan mikroba rumen dalam mendegradasi protein ransum. Terlihat pada grafik konsentrasi NH 3 Jam Perlakuan TI MK BKS 11,25 17,77 13,47 3 10,32 13,32 9,29 6 7,57 11,81 6,19 9 7,18 11,33 7,58 12 7,49 12,36 4,16 Rerata 8,76 13,30 8,14 commit to user 27 dari ketiga jenis pakan mengalami penurunan setelah 3 jam distribusi pakan pertama. Penurunan NH 3 berhubungan dengan protein pakan yang terproteksi. Proteksi tersebut mengakibatkan protein lolos dari degradasi mikroba rumen sehingga konsentrasi NH 3 di dalam rumen rendah. Hal ini sesuai dengan pendapat McDonald et al., 1988 cit Nuswantara et al., 2006 bahwa protein tahan terhadap degradasi mikroba rumen maka konsentrasi NH 3 rumen akan rendah. Namun, meningkatkan ketersediaan jumlah protein pakan di dalam saluran pencernaan pasca rumen. Kinetika konsentrasi NH 3 mengalami peningkatan pada pakan BKS terjadi 3 jam setelah distribusi pakan ke dua terlihat pada grafik 9 jam dari distribusi pakan pertama. Sedangkan pakan TI dan MK pada 6 jam setelah distribusi pakan ke dua terlihat pada grafik 12 jam dari distribusi pakan pertama. Produksi NH 3 tergantung dari sumber pakan yang terdegradasi dan dipengaruhi oleh waktu setelah makan Sutardi, 1979 cit Sudarmo, 2006. Peningkatan NH 3 diduga bahwa zat-zat makanan yang masuk ke rumen khususnya protein pakan sudah terdegradasi secara baik oleh mikroba rumen. Degradasi protein pakan tersebut melibatkan enzim proteolitik menghasilkan asam amino, peptida dan NH 3 sebagai produk akhir. NH 3 adalah sumber N yang utama dan sangat penting untuk sintesis protein mikroba rumen. Menurut Erwanto 1995 sekitar 82 spesies mikroba rumen mampu mengunakan NH 3 sebagai sumber nitrogen untuk sintesis protein. Terlihat pada grafik pakan MK cenderung memproduksi NH 3 lebih besar dibandingkan jenis pakan TI dan BKS, walupun secara statistik tidak berbeda nyata. Besarnya konsentrasi NH 3 dari ketiga jenis pakan dipengaruhi oleh kandungan protein dan proteksi. Kandungan protein pakan TI, MK dan BKS masing-masing sebesar 12,18; 13,28; 11,88 dan menghasilkan rerata NH 3 sebesar 8,76; 13,30 dan 8,14 mg100ml. Hal ini diduga proteksi protein dengan formaldehid berdasarkan 2 bahan kering pakan yang menyebabkan kemungkinan adanya sejumlah protein yang tidak terikat dengan larutan formaldehid sehingga memberikan kesempatan pada mikroba rumen untuk mendegradasi protein pakan lebih besar. Haryoko et al., 2001 commit to user 28 menyatakan bahwa protein yang terdegradasi di dalam rumen mempunyai variasi tergantung sumber protein dan perlakuan awal. Sejalan dengan pendapat Erwanto 1995 bahwa sifat-sifat fisik dan kimia pakan akan sangat erat kaitanya dengan aspek potensi degradasi pakan dalam rumen. Protein yang memiliki sifat mudah terdegradasi di dalam rumen akan menghasilkan konsentrasi NH 3 lebih besar dibandingkan dengan protein yang sukar terdegradasi. Hal ini menunjukkan bahwa pakan MK dapat menyediakan ketersediaan NH 3 lebih besar untuk mikroba dalam mensintesis protein tubuhnya. Pakan TI menghasilkan rerata konsentrasi NH 3 sebesar 8,76 mg100ml tabel 5. Hal ini menunjukkan bahwa pakan TI memiliki nilai degradasi rendah disebabkan ikatan protein hewani yang kuat dari pada ikatan protein nabati. Ikatan protein hewani memiliki serat ekstra selluler yang tebal seperti kolagen dan elastin yang melimpah pada tubuh hewan, jumlahnya sebanyak 20-25 dari total protein tubuh dan memiliki bentuk protein multimerik. Protein nabati memiliki bentuk dan ikatan monomerik. Perbedaan ini menimbulkan bedanya degradasi dari bahan pakan hewani dan nabati, hal ini ditunjang dengan degradasi protein tepung ikan sebesar 55,26 dan degradasi protein bungkil kedelai berkisar 80-90 Anonimus, 2005; Widyobroto et al., 2005 cit Sudarmo, 2006. Data tabel 5 menunjukkan bahwa BKS menghasilkan rerata konsentrasi NH 3 sebesar 8,14 mgmol, memiliki kandungan SK dan PK masing-masing sebesar 19,69 dan 11,88 tabel 3. Pakan BKS menpunyai kandungan SK yang lebih besar dan PK yang kecil dibandingkan pakan TI dan MK. Kandungn SK tersebut menyebabkan degradabilitas PK relatif kecil. Sesuai yang dikemukakan Chuezaemi 1989 cit Damayanti 2009 bahwa pakan ternak yang mengadung SK yang tinggi dan kandungan PK yang rendah akan menyebabkan degradabilitas menjadi menurun. Ditambahkan Hungate 1996 cit Yustrantro 2006 konsentrasi NH 3 dalam cairan rumen bervariasi tergantung pada laju degradasi protein dan jumlah protein pakan. commit to user 29 Pada penelitian ini, konsentrasi NH 3 dari ketiga jenis pakan berada pada kondisi yang baik untuk memenuhi kebutuhan mikroba rumen. Menurut Satter dan Slyter 1974 cit Nuswantara et al., 2006 menjelaskan bahwa laju maksimum sintesis protein mikroba akan tercapai jika konsentrasi NH 3 berkisar antara 3,0-8,0 mg100ml cairan rumen. Perombakan protein, mikroba tidak mengenal batas walaupun NH 3 yag dihasilkan telah cukup untuk memenuhi kebutuhan mikroba. Soebarinoto et al., 1991 menyatakan bahwa kelebihan NH 3 dalam rumen 9,83 mg tidak lagi merangsang pertumbuhan mikrobia rumen.

C. Konsentrasi VFA Volatile Fatty Acid

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENGGUNAAN MINYAK IKAN LEMURU, MINYAK KELAPA SAWIT, DAN BUNGKIL KELAPA SAWIT TERPROTEKSI TERHADAP pH, KONSENTRASI NH3, VFA, DAN PROTEIN MIKROBIA RUMEN SAPI P

0 6 60

PENGARUH PENGGUNAAN MINYAK IKAN LEMURU, MINYAK KELAPA SAWIT, DAN BUNGKIL KELAPA SAWIT TERPROTEKSI TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING, BAHAN ORGANIK, PROTEIN, pH DAN NH3 CAIRAN RUMEN SAPI PO BERFISTUL

0 5 50

PENGARUH MENIR KEDELAI, TEPUNG IKAN DAN BUNGKIL KELAPA SAWIT TERPROTEKSI TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING, BAHAN ORGANIK DAN PROTEIN KASAR RANSUM SAPI PO BERFISTULA

1 9 45

PENGARUH PEMBERIAN CAMPURAN MENIR KEDELAI TERPROTEKSI DAN MINYAK IKAN LEMURU TERHADAP KECERNAAN NDF DAN ADF RANSUM SAPI SIMMENTAL PERANAKAN ONGOLE.

0 2 3

PENGGUNAAN MENIR KEDELAI TERPROTEKSI DAN MINYAK IKAN LEMURU DALAM RANSUM DITINJAU DARI TAMPILAN ESTRUS INDUK SAPI PERANAKAN ONGOLE.

0 3 3

Pengaruh Penggunaan Menir Kedelai Terproteksi dan Minyak Ikan Lemuru dan Jenis Otot yang Berbeda terhadap Kualitas Fisik Daging Sapi Simmental Peranakan Ongole.

0 0 12

Pengaruh Penggunaan Menir Kedelai dan Minyak Ikan Lemuru Terproteksi terhadap Kecernaan Bahan Organik dan Protein Kasar Sapi Simmental Peranakan Ongole.

0 0 13

Pengaruh Penggunaan Menir Kedelai dan Minyak Ikan Lemuru Terproteksi Terhadap Kualitas Kimia Otot Longissimus Dorsi dan Biceps Sapi Simmental Peranakan Ongole.

1 1 4

PENGARUH PENGGUNAAN MENIR KEDELAI TERPROTEKSI DAN MINYAK IKAN LEMURU DAN TIPE OTOT YANG BERBEDA TERHADAP KUALITAS KIMIA DAGING SAPI SIMMENTAL PERANAKAN ONGOLE.

0 0 3

PENGGUNAAN MENIR KEDELAI TERPROTEKSI DAN MINYAK IKAN LEMURU DALAM RANSUM INDUK SAPI PERANAKAN ONGOLE DITINJAU DARI KECERNAAN BAHAN ORGANIK DAN PROTEIN KASAR.

0 2 3