commit to user 9
C. Perlakuan Kimia Bahan Pakan Formaldehid
Beberapa zat kimia dapat membantu ikatan cross linked dengan grup asam amino dan amida dari ikatan protein yang dapat menurunkan kelarutan
protein dan pH rumen. Reaksi tersebut bolak balik reversible. Ikatan tersebut dapat dirusak dalam suasana asam abomasum sehingga dapat digunakan
dengan baik dalam usus. Zat kimia tersebut antara lain: aldehid, tanin, polimerasi asam karbon silik tak jenuh, halotriasin, sulfonil halide, akroselon
asetal dan mungkin banyak lagi. Akan tetapi hasil penelitian banyak dengan formaldehid Parakkasi, 1999.
Perlakuan dengan formaldehid adalah yang paling murah dan pada pH 6,8 membentuk ikatan gugus methilol
pada gugus terminal α-amino rantai protein dan gugus α-amino lysin. Hasil ini diikuti dengan kondensasi gugus-
gugus tersebut dengan gugus utama amida pada asparagin dan glutamin, serta fermentasi jembatan metilene intermolekular dan intramolekular dengan
gugus guanidil arginin Arora, 1989.
D. Sistem Pencernaan Ternak Ruminansia
Pencernaan adalah rangkaian proses perubahan fisik dan kimia yang dialami oleh bahan makanan di dalam alat pencernaan. Proses pencernaan
makanan ternak ruminansia relatif lebih kompleks dibandingkan dengan proses pencernaan ternak yang lainnya. Lambung ruminansia terdiri dari 4
bagian yaitu rumen, retikulum, omasum dan abomasum Kamal, 1994. Proses pencernaan ternak ruminansia dimulai dari rongga mulut.
Pakan yang masih berbentuk kasar diperkecil menjadi partikel-partikel kecil dengan cara pengunyahan dan pembasahan oleh saliva di dalam mulut
Siregar, 1994. Saliva di dalam mulut dikeluarkan oleh kelenjar submaksilaris atau submandibularis yang terletak pada setiap sisi rahang bawah, kelenjar
sublingualis terletak di bawah lidah, kelenjar parotis terletak di depan kedua telinga Kamal, 1994. Saliva mempunyai fungsi sebagai buffer terhadap asam
lemak volatil yang dihasilkan oleh fermentasi mikrobia di dalam lambung Tillman et al., 1989 dan selanjutnya proses pencernaan berlangsung di dalam
rumen.
commit to user 10
Pada ternak ruminasia terdapat suatu proses yang disebut memamah biak ruminasi. Pakan berserat hijauan yang dimakan ditahan untuk
sementara di dalam rumen. Pada masa hewan beristirahat, pakan dari dalam rumen lalu dikembalikan ke mulut proses regurgitasi untuk dikunyah
kembali proses remastikasi kemudian pakan ditelan kembali proses redeglutasi. Selanjutnya makanan tersebut dicerna lagi oleh enzim-enzim
mikroba rumen Erwanto, 1995. Rumen dihuni tidak kurang dari 4 jenis mikroorganisme anaerob yaitu
bakteri, protozoa, fungi dan virus. Di dalam rumen terkandung berjuta-juta bakteri dan protozoa yang menggunakan campuran makanan dan air sebagai
media hidupnya. Bakteri tersebut memproduksi enzim pencerna serat kasar dan protein serta mensintesis vitamin B yang digunakan untuk
berkembangbiak dan membentuk sel-sel baru. Sel-sel inilah yang akhirnya dicerna oleh ”induk semang” sebagai protein hewani yang dikenal dengan
sebutan protein mikrobia Kartadisastra, 1997. Pencernaan fermentatif yang terjadi didalam rumen lebih banyak dipengaruhi oleh kondisi rumen yang
meliputi temperatur 38-39
o
C, pH 6,7-7,0, berat jenis kurang lebih 1,038, BK isi rumen 10-15 dan kemampuan mempertahankan pH 6,0-7,8.
Rumen mempunyai fungsi yang penting antara lain: menyimpan bahan makanan kemudian difermentasi, merupakan tempat fermentasi, tempat
absorbsi hasil akhir fermentasi, tempat pengadukan mixing dari ingesta Soebarinoto et al., 1991. Pada percenaan fermentatif di dalam rumen
karbohidrat struktural berupa serat selulosa dan hemiselulosa dan karbohidrat sederhana yang fermentabel gula, pati mengalami proses
anaerob oleh mikroba rumen menjadi asam-asam lemak terbanng VFA, gas metan CH
4
dan CO
2
. sebagian VFA akan diserap melalui dinding rumen menjadi sumber energi bagi sel-sel tubuh Erwanto, 1995.
Omasum merupakan lambung ketiga yang ditaburi lamina pada permukaannya sehingga menambah luas permukaan. Papilla kecil yang berada
di atas permukaan menambah luas permukaan 28. Fungsi utamanya untuk menggiling partikel- partikel makanan, mengabsorbsi air bersama-sama Na
commit to user 11
dan K serta asam lemak terbang dari aliran ingesta yang melalui omasum. Sifat mengabsorbsi air pada omasum diduga berfungsi untuk mencegah
turunnya pH pada omasum dengan pengenceran. Abomasum merupakan tempat pertama terjadinya pencernaan makanan secara kimiawi karena adanya
sekresi getah lambung Arora, 1989. Ditambahkan Mukhtar 2006 di dalam abomasum, Ingesta selanjutnya dicampur dan dihancurkan oleh getah lambung
yang mengandung HCL. Selama di dalam abomasum, ingesta bereaksi asam dan akan berubah menjadi alkalis ketika berada di dalam intestinum.
Sebagian besar pencernaan terjadi di dalam usus kecil sehingga sebagian nutrisi tercerna telah diabsorbsi dan sisanya yang belum tercerna kemudian
masuk ke dalam usus besar. Selulosa, hemiselulosa, dan lignin tidak dapat dicerna oleh enzim yang dihasilkan oleh kelenjar getah pencernaan. Kelenjar
pada usus besar terutama hanya kelenjar mucus dan tidak memproduksi enzim. Pencernaan dalam usus kecil ini dilakukan oleh enzim yang terbawa
bersama-sama pakan yang berasal dari bagian saluran pencernaan sebelumnya atau oleh enzim yang berasal dari aktivitas mikroorganisme yang terdapat di
dalam usus besar. Mikrobia tersebut adalah dari tipe proteolitik yaitu laktobaksilluss, streptokokus koliform, bakteroida, klostridia, dan ragi.
Mikrobia tersebut akan memecah sisa- sisa eksogenus dan endogenus menjadi indol, sketol, fenol, amin, ammonia, hydrogen sulfida, dan asam lemak volatil
asetat, propionat, butirat. Di samping itu di dalam usus besar terjadi sintesis beberapa vitamin B yang dapat langsung diabsorbsi untuk dimanfaatkan oleh
ternak. Feses atau bahan sisa yang keluar lewat anus tersusun dari : air, sisa- sisa pakan yang tidak tercerna, getah dari saluran pencernaan, sel- sel epitel
usus, bakteri mikrobia, garam anorganik, indol, sketol, dan hasil- hasil dekomposisi yang lain oleh bakteri Kamal, 1994.
E. Pencernaan Protein Di Dalam Rumen.