commit to user diadakan oleh suatu subjek hukum partikelir, tetapi dengan turut
campur dari pihak pemerintah. Suatu keputusan administrasi negara yang memperkenankan yang bersangkutan mengadakan
perbuatan tersebut, membuat suatu konsensi concessive. Sedangkan Prajudi Atmosudirdjo membedakan dua
macam penetapan yaitu penetapan negatif penolakan dan penetapan positif permintaan dikabulkan. Penetapan negatif
hanya berlaku satu kali saja, sehingga permintaannya boleh diulangi lagi.
d. Syarat-Syarat Pembuatan Ketetapan
Syarat-syarat yang harus diperhatikan dalam pembuatan ketetapan ini mencakup syarat-syarat material dan syarat formal.
1 Syarat Material terdiri dari:
a
Organ Pemerintahan
yang membuat
ketetapan harus
berwenang.
b
Ketetapan tidak boleh mengandung kekurangan-kekurangan yuridis.
c
Ketetapan harus berdasarkan suatu keadaan tetrtentu.
d
Ketetapan harus dapat dilaksanakan dan tanpa melanggar peraturan lainnya, serta isi dan tujuannya harus sesuai dengan
isi dan tujuan peraturan dasarnya. 2 Syarat Formil terdiri dari:
a
Syarat-syarat yang ditentukan berhubung dengan persiapan dibuatnya ketetapan dan berhubung dengan cara dibuatnya
ketetapan harus dipenuhi.
b
Ketetapan harus diberi bentuk yang telah ditentukan dalam peraturan
perundang-undangan yang
menjadi dasar
dikeluarkannya ketetapan itu.
c
Syarat-syarat berhubung dengan pelaksanaan ketetapan itu harus dipenuhi.
commit to user d
Jangka waktu harus ditentukan antara timbulnya hal hal yang menyebabkan dibuatnya dan diumumkannya ketetapan itu
harus diperhatikan. Ridwan, HR.2006:169-170
Keputusan dan ketetapan merupakan fenomena kenegaraan dan pemerintahan. Hampir semua organ pemerintahan berwenang untuk
mengeluarkan ketetapan atau keputusan. Dalam praktik kita mengenal ketetapan atau keputusan yang di keluarkan oleh organ-organ
kenegaraan seperti ketetapan atau keputusan MPR, keputusan Ketua DPR, keputusan presiden atau kepala Negara, keputusan hakim
rechtterlijke beschikking, dan sebagainya. Meskipun demikian, ketetapan atau keputusan yang dimaksud dalam tulisan ini hanyalah
ketetapan yang dikeluarkan oleh pemerintah selaku administrasi Negarawilayah eksekutif. Ketetapan oleh organ-organ kenegaraan
tidak termasuk dalam pengertian ketetapanbeschikking berdasarkan hukum administrasi.
Pembuatan Keputusan Tata Usaha Negara KTUN atau ketetapan tata usaha Negara KTUN harus memperhatikan beberapa
persyaratan agar
keputusan tersebut
menjadi sah
menurut hukumrechtgeldig
dan memiliki
kekuatan hukum
untuk dilaksanakan. Syarat-syarat yang harus dipenuhi tersebut ialah syarat
materiil dan syarat formil. Ketetapan yang telah memenuhi syarat materil dan syarat formil, maka ketetapan itu telah sah menurut hukum
dan dapat diterima sebagai suatu bagian dari tertib hukum.
B . Kerangka Pemikiran
Negara Republik Indonesia yang berbentuk kepulauan ini, menciptakan Bangsa Indonesia yang sangat heterogen dan terdiri dari berbagai
suku, ras dan agama yang membutuhkan interaksi antara anggota masyarakat yang satu dengan masyarakat lainnya, sehingga dari interaksi tersebut
bukanlah suatu hal yang mustahil bila terjadi perkawinan antar suku, antar ras dan bahkan perkawinan beda agama.
commit to user Adanya kemajuan teknologi modern dalam abad informasi dewasa ini,
telah mendorong banyaknya perubahan di berbagai bidang kehidupan dan membawa kesempatan yang lebih besar terjadinya interaksi antar anggota
masyarakat dari luar golongannya. Hal tersebut, sedikit atau banyak ikut menjadi pendorong dan melatar belakangi terjadinya perkawinan beda agama.
Negara Republik Indonesia merupakan Negara yang berlandaskan hukum, maka dalam hal ini perkawinan diatur dalam Pancasila dan Undang-
Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974. Di dalam Pancasila, dimana sila yang pertama adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, maka perkaitan dianggap
mempunyai hubungan yang erat sekali dengan agama atau kerohanian sehingga perkawinan bukan saja mengandung unsur lahir atau jasmani, tetapi
juga unsur batin atau rohani. Sedangkan, dalam Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 yang berlaku nasional sejak tanggal 2 Januari 1974,
apabila diteliti pasal demi pasal dan penjelasan Undang-Undang tersebut serta peraturan pelaksanaannya Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 maka
tidak ditemukan ketentuan yang mengatur secara tegas masalah perkawinan beda agama.
Kedudukan hukum perkawinan beda agama diatur menurut hokum agamanya masing-masing. Dalam hukum agama Islam perkawinan antar
orang yang berbeda agama tidak dibolehkan. Dalam pelaksanaan perkawinan tersebut dilaksanakan menurut hukum agamanya masing-masing. Pelaksanaan
perkawinan ini mengalami kendala-kendala yang tidak terlalu memberatkan apalagi sampai membatalkan pelaksanaan perkawinan tersebut.
Adapun kerangka pemikiran dari penulisan hukum skripsi ini dapat digambarkan sebagai berikut :
PP No 12 Th 2010 UU No.23 Th. 2006
UU No. 1 Th. 1974
Perkawinan
commit to user
Gambar 2 : Kerangka Pemikiran
Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, dapat diketahui bahwa Bangsa Indonesia yang sangat heterogen tersebut mempunyai peranan penting dalam
terjadinya perkawinan beda agama. Perkawinan beda agama seringkali menimbulkan permasalahan dalam hal kedudukan hukum perkawinannya.
Kedudukan hukum perkawinan disini, diatur oleh masing-masing agama yang dianut oleh kedua mempelai. Dimana, dari keenam agama yang diakui di
Indonesia yaitu Islam, Katholik, Kristen, Hindu,Budha, aliran kepercayaan hanya agama Kristen Katholik-lah yang memperbolehkan adanya perkawinan berbeda
agama diantara umatnya dengan cara dispensasi dari gereja masing-masing dan janji untuk tetap teguh dalam ajaran agamanya.
Perkawinan Beda Agama
Penetapan Pengadilan Negeri
Pencatatan Perkawinan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Diterbitkan Kutipan Akta Perkawinan dan Penulisan pada Buku Register Perkawinan
commit to user
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN 1. Deskripsi Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Wonogiri
Keberadaan Catatan Sipil sejak penjajahan Belanda, yang telah lama melembaga dengan sebutan
”Burgerlijk Stand”. Setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya istilah Burgerlijk Stand diubah
menjadi Catatan Sipil yang merupakan statu lembaga yang bertujuan mengadakan pendaftaran, pencatatan, serta pembukuan yang selengkap-
lengkapnya dan sejelas-jelasnya serta memberi kepastian hukum yang sebesar-besarnya atas peristiwa kelahiran anak, pengakuan dan
pengesahan anak, perkawinan, perceraian juga kematian. Pengalihan Lembaga Pemerintah Belanda tersebut didasarkan pada
Pasal 2 aturan Peralihan Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan: segala badan negara dan Peraturan yang ada masih berlaku selama belum
diadakan yang baru menurut UUD 1945. Pada mulanya Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil kabupaten
Wonogiri berbentuk kantor yang bernama Kantor Catatan Sipil Wonogiri. Kantor Catatan Sipil ini hanya membidangi satu tugas saja, yaitu tugas di
bidang Pencatatan Sipil.
a. Alur Pendaftaran
Pernikahan Beda
Agama di
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Wonogiri
Alur Pendaftaran Pernikahan Beda Agama di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Wonogiri diatur dalam
Peraturan Daerah Kabupaten Wonogiri sebagai berikut :