Keabsahan Akta Perkawinan HASIL PENELITIAN 1. Deskripsi Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Wonogiri

commit to user akan melangsungkan perkawinan diatur dalam Undang- Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 Juncto Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974. Dalam Pasal 36 Undang-Undang Nomor 23 tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, bahwa ”Dalam hal perkawinan tidak dapat dibuktikan dengan Akta Perkawinan, pencatatan, perkawinan dilakukan setelah adanya penetapan pengadilan”. Hal ini berarti dengan dikeluarkan Penetapan ijin menikah dari Pengadilan Negeri Wonogiri, maka Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil menindak lanjuti atas Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1983 Pasal 5 Ayat 2 bahwa Lembaga Kependudukan dan Catatan Sipil yang mempunyai kewenangan untuk menerbitkan Akta Perkawinan.

3. Keabsahan Akta Perkawinan

Dalam penerapannya Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 pada pasal 2 ayat 1 disampaikan bahwa perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya. Hal ini menunjukkan bahwa hukum agama merupakan landasan filosofis dan landasan hukum yang merupakan persyaratan mutlak dalam menentukan keabsahan perkawinan. Oleh karena dengan mendasarkan pada Undang-undang Nomor 1 tahun 1974, tidak dimungkinkan adanya perkawinan beda agama, karena pada masing-masing agama telah ada ketentuan hukum yang mengikat kepada mereka dan mengandung perbedaan yang prinsip serta tidak mungkin untuk dipersatukan. Akibat yang ditimbulkan dari adanya perkawinan beda agama tidak memiliki dasar hukum yang kuat untuk menentukan keputusan dan penetapan baik dalam hal harta benda, anak yang dihasilkan dari perkawinan beda agama dan selanjutnya akan menyisakan permasalahan ketika ada sengketa dalam penentuan waris. Hal ini terjadi karena setiap menentukan dan atau menetapkan hal-hal yang berhubungan dengan akibat perkawinan selalu berhubungan dengan sah tidaknya perkawinan. Sedangkan perkawinan beda agama secara jelas tidak dapat dianggap sah karena tidak dapat memenuhi ketentuan-ketentuan yang dipersyaratkan dalam perkawinan. commit to user Ketetapan yang sah dan sudah dinyatakan berlaku, juga akan melahirkan prinsip praduga rechtmatig bahwa, setiap ketetapan yang dikeluarkan oleh pemerintah atau administrasi Negara dianggap sah menurut hukum. Asas praduga rechmatig ini membawa konsekuensi bahwa setiap ketetapan yang dikeluarkan oleh pemerintah tidak untuk dicabut kembali, kecuali setelah ada pembatalanvernietiging dari pengadilan. Disamping itu dalam asas-asas umum pemerintahan yang layak AAUPL mengenai asas kepastian hukum juga berkehendak sama dengan prinsip praduga rechtmatig, bahwa dalam banyak keadaan, asas kepastian hukum menghalangi badan pemerintahan untuk menarik kembali suatu keputusan atau mengubahnya untuk kerugian yang berkepentingan. Dengan kata lain, asas ini menghendaki dihormatinya hak yang telah diperoleh seseorang berdasarkan suatu keputusan pemerintah, meskipun keputusan itu salah. Jadi demi kepastian hukum, setiap keputusan yang telah dikeluarkan pemerintah tidak untuk dicabut kembali sampai dibuktikan sebaliknya dalam proses pengadilan. Meskipun diasumsikan bahwa setiap ketetapan yang telah dikeluarkan dianggap sah menurut hukum, didalam praktiknya hampir semua surat ketetapan memiliki klausula pengaman yang pada umumnya berbunyi: apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan atau kekurangan maka surat keputusan ini dapat ditinjau kembali,. Rumusan klausula seperti ini disatu sisi bertentangan dengan asas kepastian hukum dan disisi lain, bertentangan dengan prinsip praduga rechmatig. Dengan kata lain klausula pengaman itu merupakan suatu hal yang keliru sebab dapat menggoyahkan sendi-sendi kepastian hukum Penetapan yang dikeluarkan oleh Pengadilan Negeri Wonogiri, hanya bersifat dispensasi untuk melakukan perkawinan. Didalam isi penetapannya bahwa masing-masing para pihak yang melaksanakan perkawinan beda agama tersebut mengesampingkan agamanya, berarti disini para pihak tidak memenuhi syarat materiel dari Dalam Pasal 36 Undang-Undang Nomor 23 tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, bahwa ”Dalam hal perkawinan tidak dapat dibuktikan dengan Akta Perkawinan, pencatatan, perkawinan dilakukan commit to user setelah adanya penetapan pengadilan”. Hal ini berarti dengan dikeluarkan Penetapan ijin menikah dari Pengadilan Negeri Wonogiri, maka Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil menindak lanjuti atas Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1983 Pasal 5 Ayat 2 bahwa Lembaga Kependudukan dan Catatan Sipil yang mempunyai kewenangan untuk menerbitkan Akta Perkawinan. commit to user

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen yang terkait

Studi tentang pertimbangan hakim Dalam menjatuhkan penetapan permohonan Perkawinan beda agama (studi kasus di pengadilan negeri surakarta)

1 12 83

TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERKAWINAN BEDA AGAMA (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA) Tinjauan Yuridis Pelaksanaan Perkawinan Beda Agama (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Surakarta).

0 1 13

PENDAHULUAN Tinjauan Yuridis Pelaksanaan Perkawinan Beda Agama (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Surakarta).

0 2 12

TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERKAWINAN BEDA AGAMA (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA) Tinjauan Yuridis Pelaksanaan Perkawinan Beda Agama (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Surakarta).

0 1 23

SKRIPSI TINJAUAN YURIDIS PERKAWINAN BEDA AGAMA Tinjauan Yuridis Perkawinan Beda Agama (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta).

0 0 13

TINJAUAN YURIDIS PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta) Tinjauan Yuridis Perkawinan Beda Agama (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta).

0 1 21

PENCATATAN PERKAWINAN BEDA AGAMA YANG MENDAPAT PENETAPAN PENGADILAN NEGERI MENURUT PASAL 35 HURUF A UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 (TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN) DI DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPILKOTA SURAKARTA SKRIPSI.

0 0 2

TINJAUAN TERHADAP PENETAPAN PENGADILAN NEGERI DALAM UPAYA PELAKSANAAN PERKAWINAN BEDA AGAMA (STUDI PENETAPAN NOMOR : 111/ PDT.P/ 2007/ PN.SKA).

0 1 14

ANALISIS PERKAWINAN BEDA AGAMA (STUDI TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI TERKAIT DENGAN IZIN PERKAWINAN BEDA AGAMA)

0 4 187

PELAKSANAAN PERKAWINAN BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF YURIDIS (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA)

0 0 10