commit to user
3
B. Perumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh penggunaan tepung suweg sebagai subtitusi tepung terigu terhadap karakteristik sifat kimia kadar air, abu, karbohidrat,
protein, lemak dan serat kasar cookies? 2. Bagaimana pengaruh penggunaan tepung suweg sebagai subtitusi tepung
terigu terhadap karakteristik sifat fisik dan sensoris warna, tekstur, rasa, aroma dan keseluruhan cookies?
C. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui pengaruh penggunaan tepung suweg sebagai subtitusi tepung
terigu terhadap karakteristik sifat kimia kadar air, abu, karbohidrat, protein, lemak dan serat kasar cookies.
2. Mengetahui pengaruh penggunaan tepung suweg sebagai subtitusi tepung terigu terhadap karakteristik sifat fisik dan sensoris warna, tekstur, rasa,
aroma dan keseluruhan cookies.
D. Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengurangi penggunaan tepung terigu terutama pada pembuatan cookies.
2. Meningkatkan nilai ekonomis umbi suweg dan diversifikasi pangan berbahan baku umbi suweg.
commit to user
4
II. LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Suweg Tanaman suweg Amorphophallus campanulatus telah lama
dikenal di Indonesia. Pada jaman penjajahan Jepang, umbi suweg berperan sebagai sumber cadangan pangan bagi masyarakat Indonesia, terutama bagi
masyarakat yang terkendala untuk menyediakan beras atau bahan pangan karbohidrat lainnya. Umbi suweg termasuk umbi batang, merupakan
perubahan bentuk dari batang yang berfungsi sebagai penyimpan cadangan makanan sumber karbohidrat Pitojo, 2007.
Menurut Tjitrosoepomo 1988, pada taksonomi tumbuhan, tanaman suweg diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae tumbuh-tumbuhan Divisi
: Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Arales
Famili : Araceae
Genus : Amorphophallus
Spesies : Amorphophallus campanulatus Bl .
Nama umumdagang : Suweg Nama daerah : Suweg Jawa
Tanaman suweg umumnya ditanam di pekarangan dan tegalan. Pertumbuhannya diawali dengan munculnya semacam kuncup bunga dari
dalam tanah pada awal musim hujan. Suweg dapat tumbuh baik hingga elevasi 2.500 m di atas permukaan laut dengan curah hujan 1.000–1.500
mmtahun. Suweg dapat tumbuh pada tanah dengan pH agak masam hingga netral dan toleran penaungan hingga 60. Kuncup bunga tersebut
commit to user
5
merupakan tunas, kemudian tumbuh menjadi tanaman suweg. Pada musim kemarau daun suweg menguning, dan lama-kelamaan mati Lingga, 1986.
Tanaman suweg tumbuh subur di dataran rendah hingga ketinggian 800 m di atas permukaan laut. Kisaran suhu idealnya adalah 25-35
o
C dengan curah hujan 1000-1500 mmtahun. Suweg berkembang biak dengan
pemisahan anakan atau memotong tunas anakan yang tersebar di permukaan umbi. Tanah yang cocok adalah campuran antara tanah humus,
lempung, dan pasir. Tanaman suweg akan menghasilkan umbi siap panen ketika memasuki umur 18 bulan Risa, 2009.
Pada areal Gapoktan yang berada di sekitar hutan KPH Kesatuan Pemangkuan Hutan Perum Perhutani Kendal telah mengembangkan
tanaman suweg pada lahan sebenyak 5 ha. Hasil umbi berkisar antara 30–200 tonha umbi segar. Suweg dapat dipanen 1–2 tahun setelah tanam,
tergantung pada macam bibit dan jenis suweg Matori, 2008. Masa panen suweg dilakukan saat batang suweg sudah membusuk
dan memasuki masa istirahat, saat inilah kandungan pati di dalam suweg maksimal. Berat umbi suweg bisa mencapai 5 kg. Pada rumpun tanaman
suweg yang mati tersebut terdapat umbi yang digunakan sebagai bahan makanan Sutomo, 2008.
Citarasa suweg netral sehingga mudah dipadupadankan dengan beragam bahan sebagai bahan baku kue tradisional dan modern. Suweg
sangat potensial sebagai bahan pangan sumber karbohidrat Sutomo, 2008.
Menurut Faridah 2005, komposisi utama suweg adalah karbohidrat sekitar 80-85. Kandungan serat, vitamin A dan B juga lumayan tinggi.
Kandungan zat gizi pada umbi suweg dapat dilihat pada tabel 2.1. sebagai berikut :
commit to user
6
Tabel 2.1. Kandungan Gizi Suweg dalam 100 g Bahan Kandungan
Jumlah gr Air
4,74 Abu
4,60 Lemak
0,28 Protein
7,20 Karbohidrat
83,18 Sumber : Faridah, 2005.
Kelebihan lain umbi suweg, kandungan serat pangan dan karbohidratnya cukup tinggi yaitu berturut-turut 13,71, dan 80 dengan
kadar lemak yang rendah sebesar 0,28 Faridah, 2005. Karbohidrat suweg mengandung pati, terutama kandungan mannan
sebanyak 30 yang terdiri dari polisakarida manose dan glukose, apabila dicampur dengan air akan menjadi lengket Kasno, 2007.
2. Tepung Suweg Tepung umbi suweg memiliki keunggulan yaitu kandungan protein
serta kandungan serat cukup besar. Telah dilaporkan dari berbagai penelitian bahwa terdapat hubungan erat antar konsumsi serat dan
timbulnya berbagai penyakit. Konsumsi serat dalam jumlah yang tinggi akan memberi pertahanan pada tubuh manusia terhadap timbulnya berbagai
penyakit seperti kanker usus besar, kloesterol, kencing manis Faridah, 2005.
Proses pembuatan tepung suweg Amorphophallus campanulatus Bl. dapat dilakukan dengan cara kering. Umbi yang telah dicabut kemudian
dibersihkan, dikupas dan dicuci dengan air bersih. Selanjutnya umbi suweg diiris tipis-tipis dan dikeringkan dengan cabinet dryer pada suhu 50
C selama 18 jam. Kemudian dilakukan penggilingan dan diayak
menggunakan ayakan berukuran 80 mesh maka akan dihasilkan tepung suweg Faridah, 2005.
commit to user
7
Menurut Pitojo 2007, sifat fisika tepung umbi suweg antara lain halus, berwarna putih keabu-abuan atau kecokelat-cokelatan. Warna tepung
umbi suweg kurang putih dibandingkan dengan tepung terigu, tepung tapioka atau tepung sukun. Tepung suweg berwarna kecoklatan yang
disebabkan terjadinya reaksi browning pencoklatan pada saat pengupasan umbi sehingga chips yang dihasilkan tidak berwarna putih. Sifat kimia
tepung umbi suweg memiliki aroma spesifik. Tepung suweg tidak seperti tepung terigu yang memiliki banyak gluten. Namun demikian tepung
suweg dapat dimanfaatkan sebagai subtitusi dengan tepung terigu atau tepung yang lain untuk membuat aneka makanan.
Tabel 2.2 Komposisi Tepung Suweg dan Tepung Terigu
Komponen Nilai
Tepung Umbi Suweg Tepung Terigu
Kadar Air 4,74
7,800 Kadar Abu
4,60 0,520
Kadar Lemak 0,28
0,900 Kadar Protein
7,20 8,000
Kadar Serat Kasar 5,23
0,430 Kadar Karbohidrat
83,18 82,350
Sumber : Faridah,2005
Berdasarkan Tabel 2.2 dapat dilihat komposisi dari tepung umbi suweg. Tepung terigu dan tepung suweg mempunyai kelebihan masing-
masing pada kandungan gizinya. Tepung suweg mempunyai kadar serat kasar lebih tinggi dibandingkan dengan tepung terigu yaitu sebesar 5,23.
Pada tepung suweg memiliki kandungan karbohidrat yang lebih tinggi daripada tepung terigu yaiti sebesar 83,18. Selain itu kandungan lemak
pada tepung suweg juga rendah yaitu sebesar 0,28 Faridah,2005. Umbi suweg mempunyai nilai daya cerna pati cukup rendah yaitu
sebesar 61,75 bila dibandingkan dengan tepung singkong sebesar 75,25. Rendahnya daya cerna pati disebabkan adanya kandungan serat
dalam tepung suweg. Pati dapat dihidrolisis oleh enzim alfa amylase
commit to user
8
menjadi gula-gula sederhana glukosa, maltose dan alfa limit dekstrin. Semakin tinggi daya cerna suatu pati berarti semakin banyak pati yang
dapat dihidrolisis dalam waktu tertentu yang ditentukan semakin banyaknya glikosa dan maltose yang dihasilkan Farudah, 2005.
3. Kue Kering Kue kering adalah produk makanan kering yang dibuat dengan
memanggang adonan yang mengandung bahan dasar terigu, lemak dan bahan pengembang. dengan atau tanpa penambahan bahan makanan dan
bahan tambahan makanan lain yang diizinkan. Seiring dengan perkembangan jaman, bahan pembuatan cookies juga mengalami
perkembangan yaitu penggantian bahan utama dengan bahan lain Wahyuni, 2006.
Kue kering cookies menurut Whiteley 1971 diklasifikasikan menjadi 2, yaitu adonan keras dan adonan lunak. Jenis adonan keras
biasanya digunakan gula sedikit dan shortening kurang dari 22 dari jumlah tepung. Pada adonan keras tepung sebagai bahan utama biasanya
dicampur dengan air dan bahan-bahan lain seperti garam, ragi, telur, lemak sebelum diuleni dengan tangan atau mesin sehingga kalis tidak lengket di
tangan dan bisa dibentuk, misalnya : adonan roti, donat, pizza dan berbagai jenis kue kering. Untuk jenis adonan lunak menggunakan gula
dan shortening lebih banyak dibandingkan dengan jenis adonan keras. Pada adonan lunak tepung sebagai bahan utama biasanya tidak dicampur air,
melainkan dicampur dengan gula, telur, atau susu sebelum dicampur dikocok dengan tangan atau mesin sehingga terbentuk cairan yang encer,
kental, atau seperti krim, misalnya : adonan cake, bolu dan juga beberapa kue kering.
Cookies merupakan salah satu jenis biskuit yang dibuat dari adonan lunak lembek, berkadar lemak tinggi, relatif renyah bila dipatahkan dan
penampang potongannya bertekstur padat. Cookies dengan penggunaan
commit to user
9
tepung non-terigu biasanya termasuk ke dalam golongan short dough. Di Indonesia, produk kue kering memiliki ketentuan mutu yang diperbolehkan
dan diatur dalam SNI No. 01-2973-1992. Mutu kue kering yang dipersyaratkan sebagai berikut :
Table 2.3. Syarat Mutu Kue Kering
No. Zat Gizi
Jumlah 1.
2. 3.
4. 5.
6. 7.
8. 9.
10 Kalori Kalori100 gram
Air Protein
Lemak Karbohidrat
Abu Serat kasar
Logam berbahaya Bau dan rasa
Warna Minimum 400
Maksimum 5 Minimum 9
Minimum 9.5 Minimum 70
Maksimum 1.5 Maksimum 0.5
Negatif Normal dan tidak tengik
Normal
Sumber : SNI No. 01-2973-1992
Kue kering merupakan camilan yang banyak digemari orang. Bahan–bahan yang digunakan dalam pembuatan kue kering antara lain :
tepung terigu, susu skim, gula, telur, shortening, garam, bahan pengembang dan air Asmadi, 2007.
4. Bahan-bahan Pembuat Kue Kering Cookies Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan kue kering antara
lain : a.
Tepung Terigu Tepung terigu adalah tepung bubuk halus yang berasal dari
biji gandum Tritikum vulgare, dan digunakan sebagi bahan dasar pembuat kue, mi, dan roti. Tepung terigu mengandung banyak pati,
yaitu karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air. Tepung terigu juga mengandung protein dalam bentuk gluten, yang berperan dalam
menentukan kekenyalan makanan yang terbuat dari bahan terigu. Kadar protein ini menentukan elastisitas dan tekstur sehingga
penggunaannya disesuaiakan dengan jenis dan spesifikasi adonan
commit to user
10
yang akan dibuat. Klasifikasi pertama adalah tepung terigu protein tinggi, yang mengandung kadar protein 11-13 atau bahkan lebih.
Bila terkena bahan cair maka glutennya akan mengembang dan saling mengikat dengan kuat membentuk adonan yang sifatnya liat. Kedua,
protein sedang, yang mengandung kadar protein antara 8-10, digunakan pada adonan yang memerlukan kerangka lembut namun
masih bisa mengembang seperti cake. Tepung terigu jenis ini sangat fleksibel penggunaannya. Ketiga adalah protein rendah, yang
mengandung kadar protein sekitar 6-8, diperlukan untuk membuat adonan yang bersifat renyah sangat cocok untuk membuat
kue kering cookies. Terigu ini biasanya disebut dengan soft wheat atau terigu lunak. Kandungan proteinnya yang rendah membantu
selama proses pencampuran karena lebih mudah menyatu dengan bahan–bahan lain Sutomo, 2006.
Tepung kuat hard wheat adalah tepung terigu yang mampu menyerap air dalam jumlah banyak untuk mencapai konsistensi
adonan yang tepat untuk pembuatan produk bakery, dan adonan tersebut memiliki ekstensibilitas dan sifat elastis yang baik, akan
dapat menghasilkan roti dengan remah yang halus, tekstur yang lembut, dan volume pengembangan yang besar dan mengandung
11-13 protein. Tepung ini cocok untuk pembuatan roti dan produk bakery yang dikembangkan dengan ragi. Tepung kuat
biasanya berwarna krem, terasa kering bila dipegang tidak menggumpal kalau digenggam dan mudah menyebar kalau ditabur.
Tepung lemah soft wheat adalah tepung terigu yang sedikit saja dapat menyerap air dan hanya mengandung 8-9 protein,
kemudian adonan yang terbentuk kurang ekstensibel dan kurang elastis sehingga kurang cocok bila digunakan untuk pembuatan cake
atau bolu, biskuit, cookies, dan crakers. Tepung lemah mempunyai
commit to user
11
warna yang lebih putih, mudah menggumpal jika digenggam, demikian juga kalau ditabur tidak mudah menyebar karena ada
gumpalan-gumpalan kecil Kristinemonia, 2005. Tabel 2.4. Komposisi kimia tepung terigu
Komponen Kadar
Pati Protein
Lemak Abu
Air 65-70
8-13 0,8-1,5
0,-0,6 13-15,5
Sumber : Marsono dan Astanu, 2002. Tepung terigu memiliki kelebihan dibanding tepung serealia
lainnya. Kelebihan tepung terigu dibanding tepung serealia lainnya adalah sifat fisiko kimiawinya, terutama kemampuan protein dalam
membentuk gluten. Tepung terigu banyak mengandung gluten. Sifat ini tidak dimiliki oleh tepung serealia lainnya, apalagi komoditas non
serealia Winarno dan Pudjaatmaka, 1989. b.
Susu skim Susu skim adalah bagian susu yang banyak mengandung
protein. Susu skim dalam pembutan kue berfungsi untuk membentuk warna kulit yang menarik, menambah flavor dan manambah nilai gizi
Sultan, 1981. Susu skim adalah susu yang telah dipisahkan lemaknya dan
kaya protein dan laktosa. Laktosa merupakan disakarida reduksi yang memiliki kemanisan 16 dari sukrosa. Kombinasi laktosa dan
protein dengan adanya panas menyebabkan reaksi maillard. Reaksi ini menghasilkan warna coklat yang atraktif pada permukaan cookies
Manley, 1998. Protein susu skim dalam bentuk kasein, laktalbumin, dan
laktoglobulin. Kasein dapat membantu pembentukan stuktur porous
commit to user
12
dan kekerasan. Susu skim membantu menahan penyerapan air karena protein susu mengikat air sehingga adonan bersifat lebih kuat dan
lengket. Susu skim juga berfungsi sebagai emulsifying agent untuk membentuk campuran homogen yang lembut Smith, 1972.
Komposisi kimia susu skim dapat dilihat pada Tabel. 2.5.
Tabel 2.5. Komposisi Kimia Susu Skim dalam Persen No.
Zat Gizi Jumlah
1. 2.
Air Lemak
2,5 0,85
3. Protein
26,15 4.
Gula 51,8
5. Mineral
8,7
Sumber : Smith, 1972 c.
Telur Menurut Sultan 1981, fungsi telur dalam adonan untuk
membantu proses pengembangan volume adonan, menambah warna kuning pada produk serta menimbulkan flavour dan rasa gurih.
Putih telur sangat berperan dalam membentuk adonan yang lebih kompak, sedangkan kuning telur sangat mempengaruhi
kelembutan dan rasa kue kering yang dihasilkan. Penggunaan salah satu bagian telur putih, atau kuning telur atau kombinasi keduanya
disesuaikan dengan hasil akhir yang diinginkan Ani, 2007. Zat makan pada putih telur yang terbanyak adalah protein
albumin, dan paling sedikit adalah lemak, sedangkan pada kuning telur, porsi terbanyak adalah lemak dan bagian yang paling sedikit
adalah hidrat arang. Dengan kata lain, putih telur merupakan sumber protein sedangkan kuning telur merupakan sumber lemak. Pada
kuning telur juga dikemukakan bahwa kandungan vitamin A ada dalam jumlah banyak Hadiwiyoto, 1983.
commit to user
13
d. Gula.
Menurut Smith 1972, fungsi gula dalam proses pembuatan cookies selain sebagai pemberi rasa manis, juga berfungsi
memperbaiki tesktur dan memberikan warna pada permukaan cookies. Jumlah gula yang ditambahkan biasanya berpengaruh
terhadap tesktur dan penampilan cookies. Meningkatnya jumlah gula di dalam adonan cookies, akan mengakibatkan cookies menjadi
semakin keras. Hampir semua gula yang digunakan dalam pembuatan
cookies mengandung 99,8 sukrosa, kurang dari 0,05 air dan 0,05 berupa gula invert dan karbohidrat lain selain sukrosa serta
abu. Sukrosa adalah disakarida yang tersusun oleh glukosa dan fruktosa. Sukrosa berkontribusi untuk membantu pembentukan
tekstur remah dan volume adonan selama pencampuran dan pemanggangan Wade, 1995.
Salah satu sifat sukrosa yang penting selama pencampuran adonan adalah ukuran partikel. Satu bagian air mampu melarutkan
dua bagian gula pada suhu ruang. Kelarutan menjadi meningkat pada suhu 100
o
C Wade, 1995. Selama pencampuran adonan, sukrosa menyerap air dan
mencegah hidrasi protein dengan air sehingga penambahan gula mengurangi jumlah air dalam adonan. Selain itu, sukrosa dapat
menaikkan suhu koagulasi telur dan menunda gelatinisasi pati. Penambahan sukrosa lebih dari 55 dari berat tepung menghasilkan
cookies yang keras. Dasar terbentuknya warna dan flavor pada cookies karena terjadi reaksi selama pemanggangan yaitu reaksi
maillard antara asam amino dan gula reduksi dan reaksi karamelisasi Wade, 1995.
commit to user
14
Gula yang digunakan dalam pembuatan kue kering adalah gula halus. Gula halus mudah larut dalam campuran bahan-bahan lain
yang ditambahkan dalam pembuatan kue kering Surjani, 2009. e.
Shortening Menurut Sultan 1981, shortening biasa digunakan dalam
pembuatan kue kering dengan tujuan untuk membantu pengempukan produk akhir, memperbaiki rasa dan tekstur produk yang dihasilkan.
Shortening yang digunakan dalam pembuatan roti dan kue dapat berupa margarin atau mentega.
Shortening merupakan tipe lemak yang memiliki kemampuan untuk melumas lubricating dan mengempukan bahan pangan
khususnya cookies. Kemampuan shortening lemak atau minyak dipengaruhi oleh komposisi asam lemak Ketaren, 2005. Shortening
yang digunakan berupa lemak yang sudah dijernihkan. Shortening terbagi dua yaitu margarin dan mentega. Margarin merupakan produk
minyak nabati sedangkan mentega adalah produk minyak hewani. Margarin adalah emulsi WO yang mana bulatan-bulatan
bergaris tengah antara 1 sampai 20 µm tersebar dalam fase lemak semi-padat mengandung kristal-kristal lemak dan minyak cair.
Emulsi yang terdiri atas 80 lemak ini dihasilkan melalui tahap homogenisasi yang berlangsung hanya beberapa detik sampai
beberapa menit sebelum dipompa melewati unit pendingin, kemudian diemulsi lebih lanjut sampai fase lemak membentuk kristal. Tidak
seperti emulsi yang lain, emulsi margarin tidak terlalu kuat, karena kemampuan mengemulsinya dapat dicapai antara lain karena
pendinginan cepat Ketaren, 2006. f.
Garam Garam digunakan sebagai penambah rasa dan menghilangkan
flavor hambar. Garam secara tidak langsung dapat mempengaruhi
commit to user
15
warna kue. Jika tidak ada garam yang ditambahkan ke dalam adonan maka warna kue akan pucat. Garam yang digunakan dalam
pembuatan kue kering biasanya menggunakan garam halus agar lebih cepat larut dan meresap ke dalam adonan Lange, 2004.
Garam berkontribusi untuk flavor dan meningkatkan flavor bahan lain seperti memperkuat kemanisan. Jenis garam yang
digunakan adalah garam NaCl. Garam efektif digunakan pada konsentrasi 1-1,5 dari jumlah tepung. Apabila digunakan lebih
besar dari 2,5, menyebabkan flavor yang kurang menyenangkan. Oleh karena itu, jumlah yang digunakan dalam adonan sedikit.
Ukuran partikel tidak berpengaruh karena semua larut dalam adonan. Jika garam dikurangi, bahan lain harus ditingkatkan untuk mengganti
kehilangan flavor Manley, 1998. g.
Air Air terdiri dari molekul-molekul H2O yang terikat satu sama
lain dengan ikatan hidrogen yang bersifat polar. Sifat ini mampu melemahkan ikatan hidrogen bahan lain sehingga mempercepat
proses pencampuran dan pembentukan adonan. Daya larut bahan yang melibatkan ikatan hidrogen meningkat dengan meningkatnya
suhu misalnya kelarutan gula Winarno, 2002. h.
Bahan Pengembang Soda kue merupakan bahan pengembang yang dibuat dengan
mencampur bahan bereaksi asam dengan sodium bikarbonat ditambah air akan menghasilkan CO2, yang terdispersi dalam air.
Dalam oven, CO2 bersama-sama dengan udara dan uap air mengembang dan mengembangkan adonan Winarno, 2002.
Menurut Smith 1972, saat pengembangan, gas CO2 dipengaruhi suhu menyebabkan peningkatan volume dan merentangkan adonan.
commit to user
16
Peningkatan volume tergantung dari kekuatan struktur yang telah terbentuk. Gas CO2 bersama uap air dan udara kemudian keluar
dari adonan ke oven. Perpindahan ini menyebabkan keutuhan struktur menjadi berlubang dan permukaan cookies menjadi retak.
Namun tidak semua gas berpindah, perpindahan gas dari adonana ke oven berlangsung sampai struktur menjadi lebih kuat Smith, 1972.
5. Proses Pembuatan Kue Kering Cookies Menurut Smith 1972, proses pembuatan kue kering dibagi
menjadi 3 tahapan yaitu proses pencampuran, pencetakan, dan pemanggangan.
a. Proses pencampuran. Pencampuran merupakan salah satu tahapan yang paling
penting dalam pembuatan kue kering. Adonan diaduk agar semua bahan dapat bercampur dengan baik. Cara pencampuran bahan ada 2
yaitu pertama adalah Creaming yaitu mencampur lebih dahulu lemak dan gula bersama baru dimasukkan tepungnya. Cara kedua disebut All
In Method yaitu mencampurkan semua bahan menjadi satu hingga homogen. Pembentukan kerangka kue kering diawali selama
pencampuran. Menurut Smith 1972, ada 2 metode pencampuran secara
creaming yaitu two stage method dan three stage method. Pada two stage method, semua bahan selain tepung dan baking powder dicampur
selama 4-10 menit, kemudian dilakukan pencampuran kedua dengan menambahkan tepung dan baking powder. Three stage method yang
digunakan dalam creaming, terdiri atas : a Pencampuran shortening, gula, susu dengan kecepatan putaran
tinggi selam 3-7 menit. b Penambahan garam, telur, dan air dengan kecepatan sedang
selama 1-3 menit.
commit to user
17
c Pencampuran dilanjutkan dengan dimasukkannya tepung dan leavening agent dengan kecepatan putaran rendah selama 3-10
menit. Setelah homogen lalu dilakukan pencetakan dan pemanggangan.
Metode pencampuran ini digunakan untuk mengontrol penyebaran dan volume selama pemanggangan. Pada two stage
method adonan yang dihasilkan lebih banyak mengikat air dari pada three stage method. Sehingga jumlah air yang digunakan menjadi
faktor yang sangat menentukan dalam pencampuran. b. Proses pencetakan
Menurut Smith 1972, pencetakan dimaksudkan untuk memperoleh produk cookies dengan bentuk yang seragam dan
meningkatkan daya tarik. Pencetakan biasanya dilakukan pada loyang dengan diberi jarak untuk menghindari agar cookies tidak saling
lengket. Sebelum dilakukan pencetakan perlu dilakukan pendinginan terlebih dahulu selama 10 menit pada suhu 0-4
o
C. Pendinginan dilakukan agar terjadi sedikit pengembangan pada adonan. Alat yang
digunakan untuk mencetak roti kering terbuat dari alumunium yang mudah digunakan dan dibersihkan. Bentuk dan cetakan kue kering
bermacam–macam dan dapat disesuaikan dengan selera. Metode pencetakan juga tergantung pada bentuk adonan.
Berdasarkan bentuk adonan cookies terbagi dua yaitu hard dough dan soft dough. Hard dough merupakan adonan cookies yang memiliki
kandungan air tinggi, kandungan lemak dan gula relatif rendah. Sedangkan soft dough merupakan adonan cookies yang memiliki
kandungan air rendah, kandungan lemak dan gula relatif tinggi. Perbedaan ini terjadi karena jumlah penggunaan shortening yang
berbeda, soft dough lebih banyak menggunakan shortening dari pada hard dough Manley, 1998.
commit to user
18
c. Proses pemanggangan Selama pemanggangan akan terjadi perubahan fisik maupun
kimiawi. Perubahan fisik meliputi megembangnya gas dan menguapnya air. Sedangkan perubahan kimiawi meliputi gelatinisasi
pati, koagulasi protein, karamelisasi gula, dan reaksi maillard. Pengembangan akan terjadi tidak hanya sebagai hasil
peningkatan volume gas yang sudah berada dalam rongga udara, tetapi juga sebagai akibat lebih lanjut dari pengembangan CO
2
, peningkatan tekanan uap air serta hilangnya senyawa-senyawa yang mudah
menguap. Koagulasi protein dan gelatinisasi pati merubah sifat dinding sel berongga udara adonan menjadi lebih permeabel terhadap CO
2
. Pada proses pemanggangan biasanya menggunakan suhu berkisar 150-
170
o
C. Suhu pemanggangan tidak boleh terlalu tinggi, agar penguapan berjalan perlahan-lahan sehingga pemasakan terjadi rata Smith, 1972.
B. Kerangka Berpikir