Telaah Literatur TINJAUAN PUSTAKA

commit to user 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Setelah membahas pendahuluan di Bab I. Pada Bab II ini akan menjelaskan mengenai tinjauan pustaka, kerangka konseptual, serta penelitian terdahulu dan pengembangan hipotesis dalam penelitian ini.

A. Telaah Literatur

Pada telaah literatur dalam penelitian ini akan dijabarkan teori agensi, manajemen laba, corporate governance dan mekanisme corporate governance.

1. Teori Agensi

Perspektif hubungan keagenan merupakan dasar yang digunakan untuk memahami corporate governance dan manajemen laba. Jensen dan Meckling 1976 menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara manajer agent dengan pemilik principal. Konflik kepentingan antara pemilik dan agen terjadi karena kemungkinan agen tidak selalu berbuat sesuai dengan kepentingan principal, sehingga memicu biaya keagenan agency cost . Ali dalam Ujiyantho dan Pramuka, 2007 menyatakan bahwa timbulnya manajemen laba dapat dijelaskan dengan teori agensi. Sebagai agen, manajer secara moral bertanggung jawab untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik principal dan sebagai imbalannya akan memperoleh kompensasi sesuai dengan kontrak. Dengan demikian terdapat commit to user 14 dua kepentingan yang berbeda didalam perusahaan dimana masing-masing pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendaki. Adanya perbedaan kepentingan oleh principal dan agen dalam sebuah organisasi cenderung menimbulkan konflik keagenan diantara principal dan agen. Jensen dan Meckling 1976, Watts Zimmerman dalam Herawaty, 2008 menyatakan bahwa laporan keuangan yang dibuat dengan angka-angka akuntansi diharapkan dapat meminimalkan konflik diantara pihak-pihak yang berkepentingan. Dengan laporan keuangan yang dilaporkan oleh agen sebagai pertanggungjawaban kinerjanya, principal dapat menilai, mengukur dan mengawasi sampai sejauh mana agent tersebut bekerja untuk meningkatkan kesejahteraannya dan serta sebagai dasar pemberian kompensasi kepada agen. Corporate governance yang merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberi keyakinan kepada investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang mereka investasikan. Shleifer dan Vishny dalam Herawaty, 2008 menyatakan bahwa corporate governance berkaitan dengan bagaimana investor yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi investor, yakin bahwa manajer tidak akan mencuri atau menggelapkan atau menginvestasikan ke dalam proyek-proyek yang tidak menguntungkan berkaitan dengan dana capital yang telah ditanamkan oleh investor dan berkaitan dengan bagaimana para investor mengendalikan para manajer. commit to user 15

2. Manajemen laba

Para manajer memiliki fleksibilitas untuk memilih beberapa alternatif dalam mencatat transaksi sekaligus memilih opsi-opsi yang ada dalam perlakuan akuntansi. Fleksibilitas ini digunakan oleh manajemen perusahaan untuk mengelola laba. Perilaku manajemen yang mendasari lahirnya manajemen laba adalah perilaku opportunistic manajer dan efficient contracting . Sebagai perilaku opportunistic, manajer memaksimalkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, hutang dan political cost Scott, 2006. Perilaku manajemen oportunis dikenal dengan istilah manajemen laba, oleh Heally dan Wahlen 1999:368 didefinisikan sebagai berikut: manajemen laba terjadi ketika manajemen menggunakan judgment dalam pelaporan keuangan yang dapat merubah laporan keuangan sehingga menyesatkan pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Sugiri 1998 membagi definisi manajemen laba menjadi dua, yaitu: a. Definisi Sempit Manajemen laba dalam hal ini hanya berkaitan dengan pemilihan metode akuntansi manajamen laba dalam artian sempit ini di definisikan sebagai perilaku manajer untuk bermain dengan komponen discretionary accruals dalam menentukan besarnya laba. b. Definisi Luas Manajemen laba merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan mengurangi laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit di mana manajer commit to user 16 bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan peningkatan penurunan keuntungan ekonomis jangka panjang unit tersebut. Jika Sugiri 1998 memberikan definisi manajemen laba secara teknis, maka Surifah 1999 memberikan pendapatnya mengenai dampak manajemen laba terhadap kredibilitas laporan keuangan. Menurut Surifah 1999 manajemen laba dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan apabila digunakan untuk pengambilan keputusan, karena manajemen laba merupakan suatu bentuk manipulasi atas laporan keuangan yang menjadi sarana komunikasi antara manajer dan pihak eksternal perusahaan. Mengacu pada pendapat Sugiri 1998 dan Surifah 1999 di atas maka manajemen laba dinyatakan dalam perspektif opurtinistis. Pada umumnya studi tentang manajemen laba dinyatakan dalam perspektif opurtinistis dibandingkan perspektif efisiensi. Perspektif efisiensi menyatakan bahwa manajer melakukan pilihan atas kebijakan akuntansi untuk memberikan informasi yang lebih baik cash flow yang akan datang dan untuk meminimalkan agency cost yang terjadi karena konflik kepentingan antara stakeholder dan manajer Jiambalvo 1996 dalam Agnes Utari 2001. Scott 2006 berpendapat bahwa ada beberapa faktor yang dapat memotivasi manajer melakukan manajemen laba seperti berikut ini: a Rencana bonus Bonus scheme. Para manajer yang bekerja pada perusahaan yang menerapkan rencana bonus akan berusaha mengatur laba yang di laporkannya dengan tujuan dapat memaksimalkan jumlah bonus yang akan diterimanya. commit to user 17 b Kontrak utang jangka panjang Debt covenant. Ini menyatakan bahwa semakin dekat suatu perusahaan kepada waktu pelanggaran perjanjian utang maka para manajer akan cenderung untuk memilih metode akuntansi yang dapat memindahkan laba periode mendatang ke periode berjalan dengan harapan dapat mengurangi kemungkinan perusahaan mengalami pelanggaran kontrak utang. c Motivasi politik Political motivation. Ini menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan dengan skala besar dan industri strategis cenderung untuk menurunkan laba guna mengurangi tingkat visibilitasnya terutama saat periode kemakmuran yang tinggi. Upaya ini dilakukan dengan harapan memperoleh kemudahan serta fasilitas dari pemerintah. d Motivasi perpajakan Taxation motivation. Ini menyatakan bahwa perpajakan merupakan salah satu motivasi mengapa perusahaan mengurangi laba yang dilaporkan. Tujuannya adalah dapat meminimalkan jumlah pajak yang harus dibayar. e Pergantian CEO Chic Executive Officer. Biasanya CEO yang akan pensiun atau masa kontraknya menjelang berakhir akan melakukan strategi memaksimalkan jumlah pelaporan laba guna meningkatkan jumlah bonus yang akan mereka terima. Hal yang sama akan dilakukan oleh manajer dengan kinerja yang buruk. Tujuannya adalah menghindarkan diri dari pemecatan sehingga mereka cenderung untuk meminimalkan jumlah laba yang dilaporkan. commit to user 18 f Penawaran saham perdana Initial public offering. Menyatakan bahwa pada awal perusahaan menjual sahamnya kepada publik, informasi keuangan yang dipublikasikan dalam prospektus merupakan sumber informasi yang sangat penting. Informasi ini penting karena dapat dimanfaatkan sebagai sinyal kepada investor potensial terkait dengan nilai perusahaan. Guna mempengaruhi keputusan yang dibuat oleh para investor maka manajer akan berusaha untuk menaikkan jumlah laba yang dilaporkan. Berdasarkan uraian di atas secara umum dapat disimpulkan bahwa praktek manajemen laba telah dilakukan di banyak negara, termasuk Indonesia. Banyaknya motivasi manajer ketika melakukan manajemen laba menimbulkan kesulitan dalam membedakan apakah motivasi manajemen bersifat oportunistis ataukah efisien

3. Corporate Governance

Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang diharapkan dapat memberikan dan meningkatkan nilai perusahaan kepada para pemegang saham Herawaty, 2008. Sedangkan Isgiyarta dan Triatiarini 2005 mendefinisikan corporate governance sebagai seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengelola perusahaan, pihak kreditor, pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang commit to user 19 berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan. Komite Nasional Kebijakan Governance menjelaskan bahwa corporate governance merupakan acuan bagi perusahaan dalam rangka: a. Mendorong tercapainya kesinambungan perusahaan melalui pengelolaan yang didasarkan pada asas transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi serta kewajaran dan kesetaraan. b. Mendorong pemberdayaan fungsi dan kemandirian masing-masing organ perusahaan, yaitu dewan komisaris, direksi, dan Rapat Umum Pemegang Saham RUPS. c. Mendorong pemegang saham, anggota dewan komisaris, dan anggota direksi agar dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakannya dilandasi oleh nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan. d. Mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar perusahaan. e. Mengoptimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dengan tetap memperhatikan pemangku kepentingan lainnya. f. Meningkatkan daya saing perusahaan secara nasional maupun internasional, sehingga meningkatkan kepercayaan pasar yang dapat mendorong arus investasi dan pertumbuhan ekonomi nasional yang berkesinambungan. commit to user 20 Menurut Barnhart dan Rosenstein 1998 dalam Siswantaya 2007 mekanisme corporate governance dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: a. Mekanisme internal internal mechanism, seperti struktur dewan direksi, kepemilikan manajerial dan kompensasi eksklusif. b. Mekanisme eksternal external mechanism, seperti pasar untuk kontrol perusahaan, kepemilikan institusional dan tingkat pendanaan dengan hutang. Sasaran utama corporate governance Siswantaya, 2007 adalah: a. Secara internal yaitu adanya sistem dan struktur yang menjamin berjalannya fungsi dari organ-organ perusahaan RUPS, komisaris dan direksi secara seimbang. Hal ini berkaitan dengan masalah tersebut antara lain adanya pemenuhan hak-hak pemegang saham secara adil, pengendalian yang efektif oleh dewan komisaris, serta pengelolaan perusahaan yang transparan dan bertanggung jawab oleh direksi. b. Secara eksternal menyangkut pemenuhan tanggung jawab perusahaan kepada para pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Hal ini terkait dengan bagaimana perusahaan mengakomodasi kepentingan pihak-pihak tersebut termasuk pemenuhan kewajiban perusahaan untuk taat kepada peraturan yang ada. Untuk merealisasikan sasaran tersebut digunakan empat prinsip utama Isgiyarta dan Tristiarini, 2005 yaitu: commit to user 21 1. Transparansi Tranparency Transparansi berhubungan dengan kualitas informasi yang disampaikan perusahaan. Kepercayaan investor akan sangat tergantung dengan kualitas informasi yang disampaikan perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan dituntut untuk menyediakan informasi yang jelas, akurat, tepat waktu dan dapat dibandingkan dengan indikator-indikator yang sama. Penyampaian informasi kepada publik secara terbuka, benar, kredibel dan tepat waktu akan memudahkan untuk menilai kinerja dan risiko yang dihadapi perusahaan. Praktek yang dikembangkan dalam rangka transparansi diantaranya perusahaan diwajibkan untuk mengungkapkan transaksi-transaksi penting yang terkait dengan perusahaan, risiko-risiko yang dihadapi dan rencana atau kebijakan perusahaan corporate action yang akan dijalankan. Selain itu, perusahaan juga perlu untuk menyampaikan kepada seluruh pihak struktur kepemilikan perusahaan serta perubahan-perubahan yang terjadi. 2. Kewajaran Fairness Prinsip ini menekankan pada jaminan perlindungan hak-hak para pemegang saham, termasuk hak-hak pemegang saham minoritas dan para pemegang saham asing serta perlakuan yang setara terhadap semua investor. Praktek kewajaran ini juga mencakup adanya sistem hukum dan peraturan serta penegakannya yang jelas dan berlaku bagi semua pihak. Hal ini penting untuk melindungi kepentingan pemegang saham khususnya pemegang saham minoritas dari praktek kecurangan fraud dan praktek-praktek insider trading. commit to user 22 3. Akuntabilitas Accountability Akuntabilitas berhubungan dengan adanya sistem yang mengendalikan hubungan antara organ-organ yang ada di perusahaan. Akuntabilitas diperlukan sebagai salah satu solusi mengatasi masalah keagenan yang timbul antara pemegang saham dan direksi serta pengendaliannya oleh komisaris. Oleh karena itu, akuntabilitas dapat diterapkan dengan mendorong seluruh organ perusahaan menyadari tanggung jawab, wewenang dan hak kewajibannya. Praktek-praktek yang diharapkan muncul dalam menerapakan akuntabilitas diantaranya pemberdayaan dewan komisaris, memberikan jaminan perlindungan kepada pemegang saham khususnya pemegang saham minoritas dan pembatasan kekuasaan yang jelas di jajaran direksi. Pengangkatan komisaris independen merupakan bentuk implementasi prinsip akuntabilitas, dengan tujuan untuk meningkatkan pengendalian oleh pemegang saham terhadap kinerja perusahaan. 4. Responsibilitas Responsibility Responsibilitas menekankan pada adanya sistem yang jelas untuk mengatur mekanisme pertanggungjawaban perusahaan kepada pemegang saham dan pihak-pihak lain yang berkepentingan. Hal tersebut untuk merealisasikan tujuan yang hendak dicapai dalam good corporate governance yaitu mengakomodasi kepentingan pihak-pihak yang berkaitan dengan perusahaan seperti masyarakat, pemerintah, asosiasi bisnis dan sebagainya. commit to user 23 Responsibilitas juga berkaitan dengan kewajiban perusahaan untuk mematuhi semua peraturan dan hukum yang berlaku. Kepatuhan terhadap ketentuan yang ada akan menghindarkan dari sanksi, baik sanksi hukum maupun sanksi moral masyarakat akibat dilanggarnya kepentingan mereka.

5. Konsentrasi kepemilikan

Konsentrasi kepemilikan dapat menjadi mekanisme internal pendisiplinan manajemen, sebagai salah satu mekanisme yang dapat digunakan untuk meningkatkan efektivitas monitoring karena dengan kepemilikan yang besar menjadikan pemegang saham memiliki akses informasi yang cukup signifikan untuk mengimbangi keuntungan informasional yang dimiliki manajemen. Jika ini dapat diwujudkan maka tindakan moral hazard manajemen berupa manajemen laba dapat dikurangi Hubert dan Langhe, 2002. Di negara-negara dengan derajat perlindungan terhadap investor rendah seperti halnya Indonesia, pemegang saham merasa khawatir akan kemungkinan berbedanya pendapatan yang diperoleh dengan yang diekspektasikan. Akibatnya, mereka memperbesar persentase kepemilikan atas perusahaan sebagai salah satu cara untuk melindungi diri. Mereka dapat mengendalikan perusahaan melalui voting power, atau representasi mereka di manajemen sehingga hak-hak mereka terlindungi La Porta dan Silanez 1999. Musnadi 2006 melakukan penelitian tentang struktur kepemilikan sebagai mekanisme corporate govenrnance, serta dampaknya terhadap kinerja commit to user 24 keuangan perusahaan, dengan menggunakan emiten non financial yang berkapitalisasi menengah besar yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta sekarang BEI. Hasilnya menunjukan bahwa kepemilikan terkonsentrasi terbesar memiliki pengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hasil ini bermakna bahwa kepemilikan saham terkonsentrasi dapat berperan sebagai mekanisme corporate governance dalam mengurangi persoalan keagenan, sebab konsentrasi kepemilikan dapat menjadikan pemegang saham pada posisi yang kuat untuk dapat mengendalikan manajemen secara efektif, sehingga mendorong manajemen bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham.

6. Komposisi anggota dewan komisaris

Dewan komisaris adalah pihak yang berperan penting dalam menyediakan laporan keuangan perusahaan yang reliable. Keberadaan dewan komisaris mempunyai pengaruh terhadap kualitas laporan keuangan dan dipakai sebagai ukuran tingkat rekayasa yang dilakukan oleh manajer Chtourou et al., 2001. Dewan komisaris menggambarkan puncak dari sistem pengendalian pada perusahaan besar, yang memiliki peran ganda yaitu peran untuk memonitor dan pengesahan ratification. Fama dan Jensen 1983 dalam Kusumaning 2004 menyatakan bahwa pengendalian keputusan yang efektif merupakan fungsi positif dari rasio dewan komisaris eksternal dengan total keanggotaan dewan komisaris. Tujuan dari aktivitas pengawasan oleh dewan commit to user 25 komisaris eksternal adalah untuk memberikan sinyal kepada pasar mengenai reputasi aktivitas pengawasan yang efektif di dalam perusahaan. Dewan komisaris yang independen secara umum mempunyai pengawasan yang lebih baik terhadap manajemen, sehingga mempengaruhi kemungkinan kecurangan dalam menyajikan laporan keuangan yang dilakukan oleh manajer Chtourou et al ., 2001 atau dengan kata lain, semakin kompeten dewan komisaris maka semakin mengurangi kemungkinan kecurangan dalam pelaporan keuangan. Dewan komisaris dapat melakukan tugasnya sendiri maupun dengan mendelegasikan kewenangannya pada komite yang bertanggung jawab pada dewan komisaris. Dewan komisaris harus memantau efektifitas praktek pengelolaan korporasi yang baik good corporate governance yang diterapkan perseroan bilamana perlu melakukan penyesuaian. Proporsi dewan komisaris harus sedemikian rupa sehingga memungkinkan pengambilan keputusan yang efektif, tepat dan cepat serta dapat bertindak secara independen. Menurut Peraturan Pencatatan nomor IA tentang Ketentuan Umum Pencatatan Efek bersifat Ekuitas di Bursa yaitu jumlah komisaris independen minimum 30. Dalam rangka penyelenggaraan pengelolaan perusahaan yang baik good corporate governance, perusahaan tercatat wajib memiliki komisaris independen yang jumlahnya proporsional sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki oleh bukan pemegang saham pengendali dengan ketentuan jumlah komisaris independen sekurang- kurangnya 30 tiga puluh perseratus dari jumlah seluruh anggota komisaris. Kusumaning, 2004. commit to user 26

7. Reputasi auditor

Meutia 2004 mengatakan bahwa kualitas audit bukanlah merupakan suatu yang dapat langsung diamati. Persepsi terhadap kualitas audit berkaitan dengan reputasi auditor. Dalam hal ini reputasi baik dari perusahaan audit merupakan gambaran yang paling penting. Auditor diharapkan dapat membatasi praktek manajemen laba serta membantu menjaga dan meningkatkan kepercayaan masyarakat umum terhadap laporan keuangan. Sehingga reputasi auditor merupakan variabel penting yang mempengaruhi manajemen laba. Menurut Niemi 2002 kualitas audit dapat diukur dengan melihat reputasi auditor, pengalaman kerja, jumlah klien, total pendapatan KAP. Francis et al., 1999 dalam Zhou dan Elder 2001 menyatakan bahwa resputasi auditor merupakan variabel yang mempengaruhi manajemen untuk melaporkan discretionary accrual. Widyaningdyah 2001 menyebutkan terdapat dugaan bahwa auditor bereputasi baik dapat mendeteksi kemungkinan adanya manajemen laba secara lebih dini, sehingga dapat memperkecil kemungkinan bagi manajer untuk melakukan manajemen laba. Scott et al., 2000 dalam Meutia 2004 mengatakan bahwa auditor yang independen dapat menjadi pelindung terhadap praktek-praktek akuntansi yang memperdayakan, karena auditor tidak hanya dianggap memiliki pengetahuan yang mendalam dibidang akuntansi tetapi juga dapat commit to user 27 berhubungan dengan komite audit dan dewan direksi yang bertanggung jawab untuk memeriksa dengan teliti para pembuat keputusan di perusahaan. Akuntansi menyediakan informasi yang mempunyai nilai relevan tentang perusahaan kepada investor. Menurut penelitian Ching, Firth Rui 2002 dalam Fidyati 2004 laba tidak dapat langsung dilihat oleh investor, yang terlihat dalam laporan keuangan adalah pengungkapan pelaporan laba yang dilakukan oleh manajer. Pelaporan laba tersebut tidak tepat karena kekacauan fleksibilitas dan subyektivitas aturan-aturan akuntansi dan bias potensial dan mengarah pada sikap opportunistik dan mementingkan kepentingan pribadi manajemen. Oleh karena itu, dalam aturan ekonomi terdapat audit yang dapat menjaga kredibilitas laporan laba yang dibuat oleh manajemen. Fracis et al., 1999 dalam Fidyati 2004 melakukan penelitian dengan data perusahaan di Amerika, menemukan bahwa perusahaan yang diaudit oleh Big -6-auditor mempunyai jumlah absolut discretionary accrual yang lebih rendah. sedangkan Becker et al., 1998 juga menemukan adanya discretionary accrual yang lebih rendah pada perusahaan yang diaudit oleh Big -6 auditor. Goldman dan Barlev 1974 dalam Meutia 2004 menyatakan bahwa laporan auditor mengandung kepentingan tiga kelompok yaitu: 1 manajer perusahaan yang diaudit; 2 pemegang saham perusahaan; dan 3 pihak ketiga atau pihak luar seperti calon investor, kreditor dan suplier. Masing- masing kepentingan ini merupakan sumber gangguan yang akan memberikan commit to user 28 tekanan pada auditor untuk menghasilkan laporan yang mungkin tidak sesuai dengan standar profesi.

8. Proporsi komite audit

Komite audit adalah sekelompok orang yang dipilih oleh kelompok yang lebih besar, untuk mengerjakan pekerjaan tertentu untuk melakukan tugas-tugas khusus. Di dalam perusahaan, komite ini sangat berguna untuk menangani masalah-masalah yang membutuhkan integrasi dan koordinasi sehingga dimungkinkan permasalahan-permasalahan yang signifikan atau penting dapat segera teratasi Kusumaning, 2004. Secara definisional, dewan komisaris berwenang mengatur hal-hal bisnis. Komisaris dipilih oleh pemegang saham sehingga mereka bertanggung jawab terhadap pemegang saham. Dewan komisaris melakukan pekerjaannya sendiri atau dengan memberikan otoritasnya kepada komite yang bertanggung jawab terhadap dewan. Sebagai pihak yang diberi otoritas oleh dewan komisaris, komite audit bertugas untuk mengawasi proses pelaporan keuangan dalam perusahaan, sehingga keberadaan komite audit dalam perusahaan akan memperkecil kemungkinan terjadinya manajemen laba. Komite audit bukan bersifat wajib mandatory dan tidak selalu ada pada perusahaan kecil. Tanggung jawab komite audit meliputi: mengawasi laporan keuangan, mengawasi audit eksternal, dan mengamati sistem pengendalian internal termasuk audit internal. Dari ketiga tanggung jawab tersebut, pengawasan pada laporan keuangan dan pengawasan pada audit commit to user 29 eksternal adalah yang berkaitan dengan aktivitas manajemen laba. Pengawasan pada laporan keuangan meliputi laporan keuangan dan kebijakan akuntansi. Adanya kewajiban dibentuknya komite audit pada perusahaan- perusahaan publik oleh Bursa Efek Jakarta dalam pengaturan pencatatan No I- A, dalam rangka penyelenggaraan pengelolaan perusahaan yang baik menunjukkan bahwa BEJ ingin meningkatkan pengawasan terhadap pengelolaan perusahaan sehingga dapat mengurangi aktivitas manajemen melalui akrual diskrisioner. Hal ini seperti yang dinyatakan oleh Verschoor 1993 dalam Kusumaning 2004 mengenai pengawasan pada audit eksternal diharapkan dapat meningkatkan independensi auditor sehingga dapat memperbaiki efektivitas audit. Oleh karena itu, keberadaan komite audit yang cukup independen dapat membantu dalam mengurangi aktivitas manajemen laba. Kusumaning, 2004. Semakin tinggi persentase anggota independen maka semakin kecil manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan. Chtourou, Bedard dan Chtourou, 2003.

9. Bonus plan

Merupakan salah satu motif pemilihan suatu metode akuntansi tidak terlepas dari teori akuntansi positif. Bonus adalah yang paling menarik untuk dibahas karena bonus diberikan kepada direksi “setiap tahun” jika perusahaan membukukan “laba”. Komponen perhitungan bonus tidak semata tergantung commit to user 30 pada kinerja keuangan perusahaan tahun bersangkutan tetapi juga pada kinerja tahun lalu dan target anggaran budget perusahaan. Penggunaan ukuran kinerja, standar kinerja dan struktur hubungan antara pembayaran bonus dan kinerja dalam skema bonus, menjadikan skema bonus menjadi sangat firm- spesifik dan implikasinya juga menjadi lebih kompleks. Meskipun semua skema bonus tahunan ditujukan untuk memberikan insentif guna meningkatkan keuntungan perusahaan, skema bonus dimaksud dapat mendorong manajer untuk memanipulasi laba tersebut guna memaksimalkan penerimaan bonusnya. Hasil-hasil penelitian sebagian besar mengarah pada bukti adanya pola manajemen laba yang meningkatkan laba atau income increasing Watts, 1977; Watts dan Zimmerman, 1978; Dye, 1988; Scott, 1997 dan the big bath accountingatau income decreasing ketika kinerja atau laba rendah Healy, 1985; McNichols dan Wilson, 1988; Pourciau, 1993; Burgstahler dan Dichev, 1997 yang kesemuanya bertujuan untuk memaksimalkan penerimaan bonus the bonus plan hypothesis. Metode akrual biasa digunakan dalam pola manajemen laba yang ditujukan untuk memaksimalkan bonus. Healy 1985 menemukan bukti bahwa manajer perusahaan dengan skema bonus berbasis laba bersih secara sistematis mengadopsi kebijakan akrual untuk memaksimalkan ekspektasi bonus mereka. Mengingat bahwa skema bonus berdasarkan laba merupakan cara yang paling populer dalam memberikan penghargaan kepada eksekutif perusahaan, maka adalah logis bila manajer akan memanipulasi laba tersebut untuk memaksimalkan penerimaannya. Watts 1977 dan Watts dan Zimmerman commit to user 31 1978 menyatakan bahwa skema bonus menciptakan insentif bagi manajemen untuk meningkatkan present value dari penerimaan bonus mereka. Sedangkan Healy 1985, menemukan bukti bahwa manajer perusahaan dengan skema bonus berbasis laba bersih secara sistematis mengadopsi kebijakan akrual untuk memaksimalkan ekspektasi bonus mereka. Gao dkk 2002 membuktikan bahwa intensitas manajemen laba, yang diukur dengan nilai absolut dari akrual diskresioner saat ini, berhubungan dengan desain kontrak kompensasi dan hal tersebut sesuai dengan prediksi bahwa manajer bertindak oportunistik.

10. Leverage

Rasio-rasio keuangan yang termasuk dalam kategori rasio leverage merupakan rasio-rasio yang menjelaskan proporsi besarnya sumber-sumber pendanaan jangka pendek atau jangka panjang terhadap ekuitas perusahaan. Leverage yang digunakan dalam penelitian ini adalah perbandingan antara total hutang pada ekuitas yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menjamin seluruh hutangnya dengan modal yang dimilikinya. Menurut Jiambalvo 1996 seperti dikutip oleh Widyaningdyah 2001, perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi, diduga melakukan manajemen laba. Manajemen laba dilakukan untuk dapat memberikan posisi bargaining yang lebih baik yang berkaitan dengan sumber dana eksternal atau pada saat terjadi negosiasi ulang apabila perusahaan benar-benar tidak dapat melunasi kewajibannya. commit to user 32 Sweny 1994 dalam Veronica dan Bactiar 2003 menemukan bukti bahwa manajer melakukan manajemen laba untuk meningkatkan laba bersih sebelum ditemukannya pelanggaran persyaratan hutang, karena semakin besar hutang yang dimiliki perusahaan maka semakin ketat pengawasan yang dilakukan oleh kreditor, sehingga fleksibilitas manajemen untuk melakukan manajemen laba semakin berkurang. Perusahaan yang mempunyai rasio leverage tinggi diduga melakukan manajemen laba karena perusahaan terancam default yaitu tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran utang pada waktunya. Widyaningdyah 2001, Guenther 1994 dalam Setiawati 2000 menemukan bahwa tingkat manajemen laba perusahaan dengan tingkat leverage utang yang tinggi relatif lebih tinggi dibandingkan perusahaan dengan tingkat leverage utang rendah.

B. Kerangka Teoritis

Dokumen yang terkait

Pengaruh Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Di Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI (2010-2012)

0 32 97

PENGARUH KOMPENSASI BONUS,PROFITABILITAS DAN LEVERAGE KEUANGAN TERHADAP MANAJEMEN LABA PADAPERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI.

0 3 28

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG GO PUBLIC PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2007 – 2009.

0 0 15

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 14

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI).

0 0 15

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA Pengaruh Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bei) Tahun 2008-2010.

0 0 14

ANALISIS PENGARUH KOMPENSASI BONUS, UKURAN PERUSAHAAN, MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2008-2011).

0 0 103

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, CORPORATE GOVERNANCE, DAN KOMPENSASI BONUS TERHADAP PRAKTIK MANAJEMEN LABA (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI Tahun 2008-2012).

0 0 17

ANALISIS PENGARUH KOMPENSASI BONUS, UKURAN PERUSAHAAN, MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2011)

0 0 16

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN KOMPENSASI BONUS TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2012-2014

0 0 18