commit to user
38 institusional signifikan berpengaruh terhadap manajemen laba. Sedangkan
reputasi auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Kusumaning 2004 meneliti tentang pengaruh proporsi dewan
komisaris dan keberadaan komite audit terhadap aktivitas manajemen laba pada perusahaan publik di Indonesia. Variabel dependen adalah manajemen
laba, variabel independen adalah proporsi dewan komisaris eksternal, leverage
, komite audit, dan good governance. Hasil dari penelitian ini adalah Proporsi dewan komisaris eksternal, komite audit, dan good governance
terbukti signifikan berpengaruh terhadap manajemen laba. Sylvia dan Neneng 2007 yang melakukan penelitian pada Badan
Usaha Milik Negara BUMN menemukan bukti bahwa kompensasi bonus berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba
D. Pengembangan Hipotesis
1. Kompensasi Bonus
Bonus plan merupakan salah satu motif pemilihan suatu metode akuntansi tidak terlepas dari positif accounting theory. Hipotesis ini
menyatakan bahwa manajer perusahaan dengan rencana bonus lebih menyukai metode akuntansi yang meningkatkan laba periode berjalan. Pilihan tersebut
diharapkan dapat meningkatkan nilai sekarang bonus yang akan diterima seandainya komite kompensasi dari dewan direktur tidak menyesuaikan
dengan metode yang dipilih Watts dan Zimmerman, 1990 dalam Chariri dan Ghozali, 2003. Halima 2006 melakukan penelitian dengan data perusahaan
commit to user
39 di Bursa Efek Indonesia menemukan bahwa perusahaan dengan adanya
kompensasi bonus berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba, serta penelitian yang dilakukan oleh Sylvia dan Neneng 2007 yang melakukan
penelitian pada Badan Usaha Milik Negara BUMN menemukan bukti bahwa kompensasi bonus berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Dengan
demikian peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1: Kompensasi bonus berpengaruh positif terhadap manajemen laba.
2. Leverage
Perusahaan yang memiliki rasio leverage yang lebih tinggi diduga melakukan manajemen laba, karena perusahaan terancam gagal dalam
memenuhi kewajiban utang pada waktunya Widyaningdyah, 2001. Widyaningdyah 2001 menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
manajemen laba pada perusahaan go public di Indonesia. Dari empat variabel yang diajukan, hanya leverage yang terbukti positif mempengaruhi
manajemen laba. Perusahaan yang mempunyai rasio leverage yang tinggi akibat besarnya jumlah utang dibandingkan dengan aktiva yang dimiliki
perusahaan, diduga melakukan manajemen laba karena perusahaan terancam default
yaitu tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran utang pada waktunya.
Hasil penelitian yang dilakukan Antonia 2008 leverage tidak signifikan mempengaruhi manajemen laba hal ini berbeda dengan penelitian
yang dilakukan oleh Veronica dan Bactiar 2003 bahwa leverage berpengaruh
commit to user
40 signifikan terhadap manajemen laba, memperkuat temuan Sweny 1994 yang
dikutip oleh Veronica dan Bactiar 2003 yang mengatakan bahwa leverage berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Guenther 1994 dalam
Setiawati 2000 menemukan bahwa tingkat manajemen laba perusahaan dengan tingkat leverage utang yang tinggi relatif lebih tinggi dibandingkan
perusahaan dengan tingkat leverage utang rendah. Dengan demikian peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut:
H2: Leverage berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.
3. Konsentrasi Kepemilikan
Struktur kepemilikan saham menunjukkan bagaimana distribusi kekuasaan dan pengaruh pemegang saham atas kegiatan operasional
perusahaan. Salah satu karakteristik struktur kepemilikan adalah konsentrasi kepemilikan yang terbagi dalam dua bentuk yaitu, kepemilikan terkonsentrasi
dan kepemilikan menyebar. Kepemilikan saham terkonsentrasi adalah keadaan dimana sebagian besar saham dimiliki oleh sebagian kecil individu atau
kelompok, sehingga pemegang saham tersebut memiliki jumlah saham yang relatif dominan. Sebaliknya, kepemilikan menyebar adalah jika kepemilikan
saham secara relatif merata ke publik tidak ada yang memeiliki saham dalam jumlah sangat besar. Konsentrasi kepemilikan dapat menjadi mekanisme
internal pendisiplinan manajemen yang digunakan untuk meningkatkan efektivitas monitoring karena dengan kepemilikan yang besar menjadikan
commit to user
41 pemegang saham memiliki akses informasi yang signifikan untuk
mengimbangi keuntungan informasional yang dimiliki manajemen. Penelitian Midiastuty dan Machffoedz 2003 yang menguji tentang
hubungan kepemilikan institusional dengan manajemen laba menemukan bukti bahwa kepemilikan institusional yang tinggi dapat membatasi manajer
untuk melakukan pengelolaan laba. Hal ini diperkuat penelitian Palestin 2006 yang menemukan bahwa struktur kepemilikan berpengaruh negatif
terhadap manajemen laba. Artinya, semakin besar kepemilikan saham maka semakin kecil praktik manajemen laba. Ini disebabkan karena kepemilikan
saham yang terkonsentrasi dapat membuat pemegang saham pada posisi yang kuat untuk mengendalikan manajemen secara efektif sehingga mampu
membatasi perilaku oportunis oleh manajer. Berbeda dengan penelitian Wedari 2004 dan Cornett et al., 2006
yang menemukan bukti konsentrasi kepemilikan oleh institusional tidak mampu mengurangi aktivitas manajemen laba didalam perusahaan. Dengan
demikian peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut:
H3: Konsentrasi kepemilikan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.
4. Komposisi Anggota Dewan Komisaris
Dewan komisaris sebagai puncak dari sistem pengelolaan internal perusahaan, memiliki peranan yang sangat penting dalam perusahaan,
terutama dalam pelaksanaan good corporate governance. Menurut Egon
commit to user
42 Zehnder 2000, dewan komisaris merupakan inti dari corporate governance
yang ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya
akuntabilitas. Rachmawati 2007 menyatakan bahwa adanya komisaris independen diharapkan mampu meningkatkan peran dewan komisaris
sehingga tercipta good corporate governance di dalam perusahaan. Penelitian mengenai keberadaan dewan komisaris telah dilakukan oleh
Chtourou et al., 2001. Hasil penelitiannya memberikan kesimpulan bahwa perusahaan yang memiliki proporsi anggota dewan komisaris yang berasal
dari luar perusahaan atau outside director dapat mempengaruhi tindakan manajemen laba. Sehingga jika anggota dewan komisaris dari luar
meningkatkan tindakan pengawasan, hal ini juga akan berhubungan dengan makin rendahnya penggunaan discretionary accruals. Nasution 2007 juga
telah membuktikan bahwa mekanisme corporate governance yang diajukan melalui keberadaan pihak independen dalam dewan komisaris mampu
mengurangi tindakan manajemen laba. Namun pemikiran tersebut berbeda dengan penelitian Boediono
2005, Siregar dan Utama 2005, dan Ujiyantho 2007 yang menunjukan bahwa pengaruh komposisi dewan komisaris terhadap manajemen laba adalah
positif. Artinya semakin besar keanggotaan dewan komisaris berasal dari luar perusahaan akan semakin meningkatkan tindakan manajemen laba. Hal ini
manandakan bahwa dewan komisaris belum berhasil mengurangi manajemen laba. Dengan demikian peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut:
commit to user
43
H4: Komposisi dewan komisaris berpengaruh positif terhadap manajemen laba.
5. Reputasi Auditor
Widyaningdyah 2001 menyatakan bahwa auditor bereputasi baik dapat mendeteksi kemungkinan adanya manajemen laba secara lebih dini,
sehingga dapat memperkecil kemungkinan bagi manajer untuk melakukan manajemen laba. Francis et al., 1999 dalam Zhou dan Elder 2001
menyatakan bahwa resputasi auditor merupakan variabel yang mempengaruhi manajemen untuk melaporkan discretionary accrual.
Zhou dan Elder 2001 menemukan bahwa perusahaan-perusahaan yang diaudit oleh KAP yang masuk dalam big 5 memiliki kecenderungan
tidak melakukan manajemen laba sebelum proses IPO dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang diaudit oleh KAP non big 5. Hal ini
menunjukkan bahwa reputasi auditor merupakan penghalang bagi perusahaan untuk melakukan manajemen laba.
Fracis et al., 1999 dalam Fidyati 2004 melakukan penelitian dengan data perusahaan di Amerika, menemukan bahwa perusahaan yang diaudit oleh
Big -6 auditor mempunyai jumlah absolut discretionary accruall yang lebih
rendah. Sedangkan Becker et al., 1998 juga menemukan adanya discretionary accruall
yang lebih rendah pada perusahaan yang diaudit oleh Big
-6 auditor. Ebrahim 2001 menganalisis pengaruh reputasi auditor, lama berhubungan dengan auditor dan client important terhadap manajemen laba.
commit to user
44 Hasilnya menunjukkan bahwa reputasi auditor berhubungan negatif dengan
manajemen laba. Berdasarkan pendapat Francis et al., 1999 dalam Zhou dan Elder 2001, dan temuan empirik Ebrahim 2001 serta Zhou dan Elder
2001.Dengan demikian peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut:
H5: Reputasi auditor berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.
6. Proporsi Komite Audit Independen
Komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan perusahaan. Komite audit
mempunyai tanggung jawab utama untuk membantu dewan komisaris dalam menjalankan tanggung jawabnya terutama dengan masalah yang berhubungan
dengan kebijakan akuntansi perusahaan, pengawasan internal, dan sistem pelaporan keuangan. Berdasarkan Surat Edaran BEJ, SE-008BEJ12-2001,
keanggotaan komite audit terdiri dari sekurang-kurangnya tiga orang termasuk ketua komite audit. Anggota komite yang berasal dari komisaris hanya
sebanyak satu orang, anggota komite ini merupakan komisaris independen sekaligus ketua komite. Anggota lainnya yang bukan merupakan komisaris
independen harus berasal dari pihak eksternal yang independen. Penelitian Klein 2000 mengenai komite audit memberikan bukti
secara empiris bahwa perusahaan yang membentuk komite audit independen melaporkan laba dengan kandungan akrual diskresional yang lebih kecil
dibandingkan dengan perusahaan yang tidak membentuk komite audit independen. Carcello et al., 2006 menyelidiki hubungan antara keahlian
commit to user
45 komite audit di bidang keuangan dan manajemen laba. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa keahlian komite audit indepeden di bidang keuangan terbukti efektif mengurangi manajemen laba.
Berbeda dengan penelitian di Indonesia, Wedari 2004 dan Nasution 2007 bahwa keberadaan komite audit ternyata mampu mengurangi
manajemen laba dalam perusahaan, hal ini terbukti dengan hasil pengujian secara parsial variabel keberadaan komite audit terhadap akrual kelolaan yang
menunjukan pengaruh negatif. Bertolak belakang dengan Wedari 2004, Nasution 2007, Siregar
dan Utama 2005 melaporkan bahwa keberadaan komite audit tidak terbukti mempengaruhi besaran pengelolaan laba secara signifikan. Hal ini mungkin
terjadi karena pengangkatan komite audit oleh perusahaan hanya dilakukan untuk pemenuhan regulasi saja tetapi tidak dimaksudkan untuk menegakkan
good corporte governance di perusahaan. Berdasarkan penjelasan diatas, maka
hipotesisnya dapat dirumuskan sebagai berikut:
H6: Komposisi komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.
commit to user
46
BAB III METODE PENELITIAN