Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Secara umum, bank adalah lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun dan menyalurkan dana dari dan kepada masyarakat. Bank juga melaksanakan tiga fungsi utama, yaitu menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan memberikan jasa pengiriman uang. Dalam perbankan syari‟ah, ketiga fungsi tersebut harus dijalankan berdasarkan prinsip-prinsip dan aturan-aturan syari‟ah yang secara formal di Indonesia ditetapkan oleh Dewan Syari‟ah Nasional Majelis Ulama Indonesia DSN-MUI. Pada dasarnya praktek ekonomi Islam sudah mulai dilakukan semenjak masa kenabian Rasulullah Muhammad SAW. Secara bertaha p teori, syari‟at dan praktek perekonomian Islam terus terbangun seiring dengan perkembangan peradaban Islam. Setelah Rasulullah wafat, generasi Khulafaur Rasyidin, Dinasti Umayyah, Dinasti Abbasiyah, Dinasti Utsmaniyyah, kerajaan mamalik di Mesir, kerajaan Murabithin dan Muwahhidin di Maroko dan Kerajaan Mongol di India dan Asia, telah mempraktekan dan mengembangkan sistem perekonomian Islam yang memberikan kesejahteraan dan kemakmuran. 1 Dalam suatu perekonomian tidak terlepas dari produksi, distribusi dan konsumsi, dan dalam dunia modern 1 Ali Sakti. Ekonomi Islam : Jawaban Atas Kekacauan Ekonomi Modern, cetakan pertama, Maret 2007. h. 29. adanya intermediasi dan kebijakan pemerintah, yang mana semua itu bergantung pada tenaga kerja, sumber daya alam, manajemen, dan lain sebagainya. Gagasan mengenai konsep ekonomi Islam secara internasional muncul pada sekitar dasawarsa 70-an, ketika pertama kali diselenggarakan konferensi internasional tentang ekonomi Islam di Mekkah pada tahun 1976. 2 Upaya intensif pendirian Bank Islam di Indonesia dapat ditelusuri sejak tahun 1988, yaitu pada saat Pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan Oktober PAKTO yang mengatur tentang deregulasi industri perbankan di Indonesia. Para ulama waktu itu telah berusaha untuk mendirikan bank bebas bunga, tetapi tidak ada satupun perangkat hukum yang dapat dirujuk kecuali adanya penafsiran dari peraturan perundang-undangan yang ada bahwa perbankan dapat saja menetapkan bunga sebesar 0 nol persen. 3 Pesatnya perkembangan lembaga perbankan Islam karena bank Islam memiliki keistimewaan-keistimewaan, salah satu keistimewaannya yang paling utama yaitu melekat pada konsep build in concept dengan berorientasi pada kebersamaan. Selain itu, sebagai lembaga yang keberadaannya lebih baru dari pada bank-bank konvensional, bank Islam menghadapi permasalahan- permasalahan, baik yang melekat pada aktivitas maupun pelaksanaannya. 2 Warkum Sumitro. Asas-asas Perbankan Islam dan Lembaga-lembaga Terkait BAMUI, Takaful, dan Pasar Modal Syari‟ah di Indonesia, Ed. Revisi, cet. 4, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2004. h. 1. 3 Zainul Arifin. “Shariah Life”, artikel dipublikasikan pada tanggal 16 Januari 2007, diakses pada tanggal 26 Oktober 2010 dari http:shariahlife.wordpress.com20070116perkembangan-bank-islam- di-indonesia. Islam melarang memboroskan, menghamburkan harta atau uang, dan menimbun harta benda atau uang ihtikar. Menimbun berarti menghilangkan manfaat harta benda dan uang, serta menghilangkan kepentingan umum dalam peredaran harta dan uang. Sedangkan harta itu sendiri hakekatnya milik Allah, dan manusia adalah sebagai makhluk yang diamanati, dititipi yang harus menjalankannya dengan baik. Allah berfirman dalam Al- Qur‟an : ……       “Belanjakanlah harta yang dikuasakan kepadamu oleh Allah untuk mengurusnya”.Q.S. Al-Hadid : 7. Namun demikian, Islam juga memberikan batasan terhadap pemilik harta dalam pengembangan dan investasinya dengan cara-cara yang benar syar‟i dan tidak bertentangan dengan akhlak, norma dan nilai-nilai kemuliaan. Tidak pula bertentangan dengan kemaslahatan sosial karena dalam Islam ekonomi dan akhlak tidak dapat dipisahkan. 4 Perbankan bebas bunga dalam bentuknya yang murni didasarkan atas konsep syirkah kemitraan atau musyarakah, dan mudharabah bagi-hasil. Sebuah bank Islam dipahami sebagai intermediator keuangan yang menggalang tabungan 4 Akhmad Mujahidin. Ekonomi Islam, Ed. 1, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007. h. 181. masyarakat berdasarkan prinsip mudharabah dan menanamkan modal kepada pengusaha-pengusaha. 5 Produk perbankan syari‟ah yang termasuk produk penghimpunan dana funding adalah tabungan. Berdasarkan Undang-undang Nomor 10 Tahun1998 tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan, yang dimaksud dengan Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. Adapun yang dimaksud dengan tabungan syari‟ah adalah tabungan yang dijalankan berdasarkan prinsip- prinsip syari‟ah. Dalam hal ini, Dewan Syari‟ah Nasional telah mengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa tabungan yang dibenarkan adalah tabungan yang berdasarkan prinsip wadi‟ah dan mudharabah. 6 Kinerja perbankan syari‟ah memiliki andil besar bagi perkembangan perekonomian di Indonesia. Paling tidak terbukti ketika terjadi krisis keuangan sejak akhir 1997, sistim pembiayaan berdasarkan prinsip- prinsip syari‟ah mampu bertahan dan memiliki kinerja lebih baik. Era perbankan syari‟ah di Indonesia dimulai pada 1992 dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia BMI sebagai lembaga perbankan syari‟ah yang pertama. Sejak saat itu, tingkat pertumbuhan perbankan syari‟ah di tanah air 5 Mervyn K. Lewis Latifa M. Algoud, Perbankan Syari‟ah : Prinsip, Ptaktik, dan Prospek, cetakan I, Jakarta, 2007. PT. Serambi Ilmu Semesta, h. 218. 6 Adiwarman A. Karim. BANK ISLAM : Analisis Fiqh dan keuangan, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2007, edisi 3-4, h. 297. sangat signifikan, rata-rata mencapai 70 setiap tahun. Pada 2005 telah hadir 3 ba nk umum syari‟ah, 17 unit usaha syari‟ah dari bank umum konvensional, dan 90 bank perkreditan syari‟ah yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. 7 Seiring perkembangan perbankan syari‟ah di Indonesia, juga diikuti dengan perkembangan lembaga keuangan sya ri‟ah, salah satunya adalah asuransi syari‟ah. Asuransi syari‟ah ta‟min, takaful atau tadhamun dalam fatwa DSN MUI adalah usaha saling melindungi dan tolong-menolong diantara sejumlah orangpihak melalui investasi dalam bentuk asset danatau tabarru‟ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad perikatan yang sesuai dengan syari‟ah. Akad yang sesuai dengan syari‟ah yang dimaksud adalah yang tidak mengandung gharar penipuan, maysir perjudian, riba, zhulm penganiayaan, risywah suap, barang haram dan maksiat. 8 PT. Asuransi Jiwa Mega Life mendapatkan penghargaan sebagai asuransi jiwa terbaik 2009 pada Investor Award 2009 yang diadakan di Jakarta pada 1 Juli 2009. Investor Awards merupakan ajang pemberian penghargaan bagi perusahaan asuransi dengan kinerja memuaskan. Predikat terbaik diraih Mega Life untuk kategori aset Rp 1,5 sampai dengan Rp 5 trilyun. Dewasa ini, semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat, membuat mereka ingin memiliki cadangan dana untuk kebutuhan di masa depannya dan 7 Hermawan Kartajaya, Muhamad Syakir Sula., Syari‟ah Marketing, Jakarta, PT. Mizan Pustaka, 2006. h. 195. 8 Andri Soemitra. Bank dan Lembaga Keuangan Syari‟ah, Jakarta : Kencana, 2009., Edisi 1 cetakan 1., h. 245. bagaimana agar dana mereka itu dikelola dengan baik. Selain memiliki simpanan, mereka juga berkeinginan agar dirinya bisa terjamin dengan asuransi sekaligus supaya dana yang dikeluarkan tidak terlalu besar dan terjangkau oleh setiap orang terutama kalangan menengah ke bawah. Semakin maraknya industri perbankan syari‟ah, sekarang sudah banyak bank syari‟ah yang mengeluarkan berbagai macam produk terutama dalam penghimpunan dana masyarakat, salah satunya yaitu produk Syari‟ah Mega Covers. Sharia Mega Covers adalah kartu multiguna bertabungan dan memiliki manfaat asuransi syariah yang dapat digunakan untuk penarikan tunai bebas biaya di 12.000 ATM bersama, sebagai kartu debit di lebih dari 40.000 merchant dan sekaligus sangat memungkinkan sebagai kartu anggota dalam sebuah organisasi. Adapun alasan penulis memilih judul “Efektivitas Pola Kemitraan Dalam Kerjasama PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk dengan PT. Mega Life Cabang Syari’ah Dalam Mengembangkan Produk Sharia Mega Covers” yaitu karena adanya rasa keingintahuan penulis terhadap pola kemitraan dan sejauh mana tingkat efektivitas kemitraan yang dilakukan oleh PT. Bank Muamalat Indonesia T bk dengan PT. Mega Life Cabang Syari‟ah dalam mengembangkan produk Sharia Mega Covers tersebut.

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah