Alasan memilih Judul PENDAHULUAN
“Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, Maka kirimlah seorang hakam juru pendamai dari keluarga laki-laki dan
seorang hakam juru pendamai dari keluarga perempuan. jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi
taufik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi
Maha Mengenal”. An-Nisa : 35
12
Ayat diatas menerangkan bahwa suami jangan tergesa-gesa menjatuhkan
thalak akan tetapi terlebih dahulu melakukan proses mediasi.
13
D alam Al Qur’an
tidak ada ayat yang menerangkan untuk bercerai ketika terjadi konflik dalam rumah tangga itu karena perceraian sangat dibenci Allah Swt, melainkan memberi
jalan keluar dengan proses mediasi.
14
Islam juga mengenal adanya tahkim, dalam ensiklopedi hukum Islamtahkim adalah berlindungnyadua pihak yang bersengketa
kepada orang yang mereka sepakati dan disetujui serta rela menerima keputusannya untuk menyelesaikan persengketaan mereka.
15
Penyelesaian sengketa melalui mediasi sudah dikenal sejak zaman dahulu, beberapa daerah di Indonesia sudah melaksanakannya, Penggunaan mediasi dalam
sistem hukum Indonesia selain didasarkan pada kerangka peraturan perundang- undanngan negara, juga dipraktikan dalam penyelesaian sengketa dalam lingkup
masyarakat adat atau sengketa-sengketa dalam masyarakat pada umumnya seperti
12
Departemen Agama RI, Al- Qur’an dan Terjemahnya Al Hikmah, Diponegoro, Bandung,
2008, hlm. 84
13
Tihami, Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Lengkap, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2010, hlm. 188
14
Ahmad musthofa al-maraghiy, Tafsir al maraghiy Jilid 5, Terjemahan K Anshori Umar, Toha Putra , Semarang, 1988, hlm. 49
15
Abdul Aziz Dahlan,Ensiklopedi Hukum Islam, jilid V Jakarta: PT. Ichtiar baru van hoeve, 1998, h.1750.
permasalahan keluarga, waris, batas tanah, dan masalah-masalah perdata lainnya.
16
Awal perkembangan penggunaan mediasi, mediator bukanlah sebuah profesi atau pekerjaan, tetapi mediator dilakukan oleh tokoh-tokoh dalam
masyarakat, dalam konteks masyarakat tradisional atau masyarakat adat, mediator diperankan oleh kepala desa, kepala suku, fungsionalis adat, atau tokoh
agama.
17
Fungsi mediator untuk mendidik atau memberi wawasan kepada para pihak tentang proses perundingan.
18
Sampai saat ini masih ada masyarakat yang lebih memilih menyelesaikan sengketa melalui proses mediasi secara non litigasi khususnya pada permasalahan
keluarga.Ada beberapa faktor yang mempengaruhi masyarakat enggan menyelesaikan masalahnya melalui proses peradilan diantaranya anggapan
masyarakat jika diselesaikan melalui proses peradilan maka akan memakan biaya yang cukup besar, serta jarak tempuh yang terlampau jauh untuk sampai di
pengadilan membuat masyarakat lebih memilih bermediasi secara non litigasi.Selain itu bermediasi secara non litigasi seperti memanfaatkan peran kiyai
atau tokoh adat sebagai mediatornya cukup terasa dapat menyelesaikan masalah khususnya masalah keluarga, hal inilah yang dirasakan masyarakat Kampung
Rebang Tinggi sehingga beberapa masyatakatnya lebih memilih menyelesaikan masalah keluarga melalui proses mediasi non litigasi.
16
Takdir Rahmadi, Mediasi Menyelesaikan Sengketa Melalui Pendekatan Mufakat Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2011, h. 70
17
Ibid, h. 35.
18
Nurnaningsih Amriani, Op. Cit, h. 66