kenyamanan, menuntun orang sehingga tidak sebatas untuk membuat orang tidak mencuri. Ketiga, religious belief, seperti moral dan
kepercayaan prinsip menjadi lebih abstrak, lebih prinsip dan lebih bebas. Kepercayaan lebih berorientasi pada spiritual dan bukan hanya mengamati
pada kebiasaan agama. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dimensi
kemandirian adalah kemandirian perilaku behavioral autonomy, kemandirian emosi emotional autonomy dan kemandirian nilai value
autonomy.
3. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian
Menurut Allen dkk dalam Kulbok, 2004 terdapat beberapa hal yang mempengaruhi kemandirian, yaitu;
a. Jenis kelamin Perbedaan kemandirian dipengaruhi oleh jenis kelamin. Dalam hal ini,
laki-laki memiliki kemandirian yang lebih tinggi dibandingkan perempuan.
b. Usia Semenjak usia muda berusaha mandiri manakala mulai mengeksplorasi
lingkungan atas kemauan sendiri, sehingga semakin bertambahnya usia akan semakin rendah tingkat kemandirian seseorang.
Universitas Sumatera Utara
c. Struktur keluarga Keluarga sekarang sangat bervariasi, karena tidak hanya keluarga
tradisional yang seperti dulu lagi. Banyaknya perubahan memberikan dampak pada kemandirian.
d. Budaya Setiap daerah mempunyai adat istiadat yang berbeda. Pada budaya barat,
lansia lebih mandiri. e. Lingkungan
Manusia sebagai makhluk sosial memang tidak dapat dipisahkan dengan manusia lain dan juga lingkungan tempat tinggalnya. Lingkungan yang
baik dapat mendukung lansia untuk mandiri, f. Keinginan individu untuk bebas
Setiap individu berbeda, ada yang ingin melakukan sesuatu dengan bebas tanpa harus dikekang oleh orang lain. Perbedaan setiap individu ini juga
mempengaruhi keinginan setiap orang untuk mandiri. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor - faktor
yang mempengaruhi kemandirian adalah jenis kelamin, usia, struktur keluarga, budaya, lingkungan dan keinginan individu untuk bebas.
4. Proses Pembentukan Kemandirian
Kemandirian merupakan kemampuan individu untuk bersikap dan bertingkah laku tanpa ketergantungan dengan orang lain. Proses
kemandirian sudah terbentuk dari remaja yang mulai dari dalam perubahan
Universitas Sumatera Utara
sosial yang diantaranya pada nilai dukungan mana dianggap baik dan salah, memiliki pengertian tentang berbagai masalah sosial, serta memiliki
kemampuan untuk memilih mana yang dianggap penting dan tidak penting. Selain itu, pada saat remaja juga memiliki pandangan terhadap
agama dan menganggap agama berperan penting dalam kehidupan antara lain tampak dengan membahas agama di sekolah dan perguruan tinggi, dan
menghadiri atau mengikuti upacara agama Hurlock, 1999. Pada masa dewasa kemampuan dalam kemandirian sudah semakin
stabil seperti pada kemandirian emosi. Kemandirian emosi pada masa dewasa sudah lebih mampu dalam memecahkan masalah-masalah dengan
cukup baik dan tenang serta. Begitu juga dalam kemandirian nilai, menurut Hurlock 1999 pada masa dewasa mereka sudah dapat memutuskan apa
yang dianggap penting dan tidak penting untuk dirinya sendiri seperti keyakinan dalam berperilaku berpenampilan yang baik dan benar.
Dalam proses menjadi tua seseorang dipandang dalam hubungannya dengan dirinya sendiri dan lingkungannya dalam kemandirian. Lansia
dipandang sebagai seseorang yang utuh. Berhubungan dengan lansia semakin bertambahnya usia akan merubah kemampuan kemandirian dari
lansia antara lainnya seperti pada ingatan, melakukan aktivitas sehari hari dan juga dalam berbagai proses pengambilan keputusan. Walaupun
kemampuan lansia semakin menurun dalam kegiatan sehari-harinya sejalan dengan usianya, tidak demikian dengan adanya kemampuan lasia
Universitas Sumatera Utara
dalam memecahkan masalah yang membebaninya secara interpersonal ataupun emosional Papalia, 2008.
B. LANSIA