Lokus dan Informan Penelitian 1. Lokus Penelitian

Warsiman, 2009 Peningkatan Kemampuan Mengapresiasi ... Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Eksistensi peneliti sebagai key instrument, selain peneliti harus benar- benar konsen pada penelitian yang dilakukannya, peneliti harus teliti dan jeli dalam melihat setiap langkah penelitian yang dilakukannya.

H. Lokus dan Informan Penelitian 1. Lokus Penelitian

Sesuai dengan fokus masalah dan tujuan penelitian, maka lokasi penelitiannya adalah wilayah Kabupaten Indramayu, khususnya di Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu, mengingat fokus penelitian yang penulis lakukan bertujuan untuk menganalisis empirik kerkenaan dengan pengembangan pendidikan berbasis kewilayahan di Kabupaten Indramayu yang pada awal diterapkannya kebijakan Otonomi Daerah 20012002 termasuk kabupaten yang Indeks Pembangunan Manusia IPM nya terendah di Provinsi Jawa Barat.

3. Informan Penelitian

Informan penelitian ini adalah Pegawai Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu, yakni Kepala Dinas Kabupaten Indramayu beserta para Stafnya, Kepala UPTD Pendidikan kecamatan beserta para Stafnya, Para Kepala SD, SLTP, dan SLTA, serta Guru di Kabupaten Indramayu. Dari para Pegawai Dinas Pendidikan Kabupaten inilah diperoleh data dan informasi mengenai berbagai halaktivitas yang ada kaitannya dengan fokus penelitian ini. Warsiman, 2009 Peningkatan Kemampuan Mengapresiasi ... Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Dapat ditegaskan di sini bahwa informan penelitian dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi, oleh Spradley dalam Sugiyono, 2005 : 49 dinamakan “social situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen yaitu tempat place, pelaku actors, dan aktivitas activity yang berinteraksi secara sinergis. Penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi, karena penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang pada situasi tertentu dan hasil kajiannya tidak akan diberlakukan ke populasi, tetapi ditransfer ke tempat lain pada situasi yang memiliki kesamaan dengan situasi sosial pada kasus dipelajari. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Sudjana 1989 populasi adalah “totalitas semua nilai yang mungkin, hasil perhitungan ataupun pengukuran kuantitatif maupun kualitatif dari karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas serta mengetahui sifat- sifat sebagaimana mestinya”. Selanjutnya dikemukakan lagi, bahwa sampel adalah sebagian dari populasi baik anggota maupun karakteristik yang ingin dipelajari Sudjana 1989 : 54. Sampel bisa berupa informan, yaitu orang yang dimanfaatkan untuk memberikan sejumlah informasi tentang situasi dan kondisi penelitian, dan masalah penelitian yang dirinci menjadi sejumlah pertanyaan penelitian. Penentuan sampel penelitian tidak dilakukan secara acak, melainkan sampel bertujuan purposive sampling. Dikatakan berikutnya oleh Meong 1990:24, bahwa sampel bertujuan memiliki sejumlah kriteria sebagai berikut : 1 Rancangan sampel yang muncul, artinya penentuan suatu sampel tidak dapat ditentukan atau ditarik terlebih dahulu; Warsiman, 2009 Peningkatan Kemampuan Mengapresiasi ... Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 2 Penentuan sample secara berurutan; 3 Penyusunan berkelanjutan dari sampel; 4 Penilaian berakhir jika sudah terjadi pengulangan. Dengan demikian, penggalian data dan informasi subjek penelitian akan berkembang menjadi internal sampling yang benar-benar mengetahui permasalahan yang sedang diteliti. Oleh karenanya, informan dimanfaatkan untuk berbicara, bertukar pikiran atau membandingkan suatu kejadian yang ditemukan dari subjek lainnya, maka yang termasuk populasi dan sampel atau sebagai subjek utama adalah Kepala Dinas Kabupaten Indramayu itu sendiri, sedangkan para staf, Kepala UPTD, Kepala Sekolah dan Guru SD, SLTP, SMA sebagai cross check terhadap self assessment Kepala Dinas Kabupaten Indramayu. Warsiman, 2009 Peningkatan Kemampuan Mengapresiasi ... Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 182

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Dengan memperhatikan tujuan penelitian ini, maka metode yang digunakan adalah metode kualitatif yang menghasilkan data deskriptif, sehingga pendekatan yang digunakan adalah pendekatan Deskriptif Analitis yang dirancang untuk mendeskripsikan fakta dan data serta melakukan analisis dan prediksi tentang apa yang dilakukan untuk mencapai keadaan yang akan datang. Sementara kerangka prosedur penelitian yang penuh pertimbangan dilakukan dalam setting alami yang bersifat “circular” melingkar. Artinya, pemilihan metode deskriptif kualitatif karena tidak melakukan penelitian di laboratorium. Tujuan pokok penelitian ini lebih ditekankan untuk memperoleh informasi dan mengkaji tentang implementasi kebijakan pengembangan pendidikan berbasis kewilayahaan di Kabupaten Indramayu dalam konteks Otonomi Daerah, di mana fokusnya perihal Angka Melek Huruf AMH dan Rata-Rata Lama Sekolah RLS sebagai penopang Indek Pendidikan yang bermuara pada upaya pencapaian Indeks Pembangunan Manusia IPM dalam menghadapi tantangan persaingan global. Lexy J. Maleong mengutip pendapat Bogdan dan Taylor 1975 mendefinisikan, bahwa: Metode kualitatif naturalistik sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tertentu secara holistik utuh. Jadi dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan Lexy J. Maleong, 2000:3.