Jenis Penelitian Metode Penelitian Demi mencapai pengetahuan yang benar, maka diperlukan

dalam penelitian ini adalah studi pustaka antara lain dengan pengkajian literatur-literatur primer. Kemudian dilengkapi pula dengan literatur dan bahan sekunder yang berkaitan secara relevan untuk menunjang penyelesaian pokok permasalahan.

4. Metode Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul kemudian diolah dengan menggunakan pemikiran induktif yaitu menarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual. Kemudian data diolah dengan benar- benar memilih secara hati-hati data yang relevan tepat, dan berkaitan dengan masalah yang tengah diteliti yaitu analisi hukum positif dan hukum Islam terhadap ketentuan sanksi bagi pelaku perdagangan perempuan melalui prostitusi online . Kemudian data digolongkan dan disusun menurut aturan tertentu secara teratur, berurutan, logis sehingga mudah dipahami.

5. Analisis Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisa kualitatif, yang artinya “Menggunakan data secara bermutu dalam bentuk kalimat yang sistematis, logis, tidak tumpang tindih, dan efektif, sehingga mudah untuk di interprestasi data dan pemahaman hasil analisa”. 28 Setelah data terkumpul secukupnya, maka penulis membahas dengan menganalisis menggunakan metode- metode sebagai berikut: Metode komparatif yaitu cara berfikir dengan membandingkan data-data dari hasil penelitian tentang perbedaan dan persamaan antara Hukum positif dan Hukum Islam terhadap ketentuan sanksi bagi pelaku perdagangan perempuan melalui prostitusi online . 28 Abdul kadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum , Bandung: PT. Citra Aditya Bakti 2004, h. 127.

BAB II PELAKU PERDAGANGAN PEREMPUAN MELALUI

PROSTITUSI ONLINE MENURUT HUKUM POSITIF A. Pengertian Pelaku Perdagangan Perempuan Dewasa ini, seks telah menjelma dalam berbagai bentuk, baik yang dilakukan secara langsung dengan bersetubuhan normal dan yang dilakukan melalui berbagai media elektronik, walaupun hingga saat ini jasa pelayanan seks yang diatur dalam peraturan permerintah dan ditawarkan di lokalisasi atau kompleks-komples pelacur masih dapat diperoleh, pelayanan seks komersil di luar lokalisasi tetap marak biasanya secara sembunyi-sembunyi seperti perumahan, hotel, SPA, bar, restoran, diskotik, salon kecantikan, tempat khusus, dan sebagainya yang menyediakan teman pendamping atau teman kencan. Perdagangan orang trafficking in person dapat diartikan sebagai rekrutmen, transportasi, pemindahan, penyembunyian atau penerimaan seseorang, dengan acaman atau penggunaa kekerasaan atau bentuk-bentuk tekanan lain, penculikan pemalsuan, penipuan atau pencurangan, atau penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, ataupun penerimaan pemberian bayaran, atau manfaat sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memberi kendali atas orang tersebut untuk dieksploistasi, yang secara minimal termasuk eksploistasi lewat prostitusi atau bentuk-bentuk eksploistasi seksual lainnya, kerja atau pelayanan paksa, perbudakan atau praktik-praktik yang menyerupainya, adopsi illegal atau pengambilan organ-organ tubuh. 1 Perdagangan perempuan berarti setiap tindakan atau transaksi di mana seorang perempuan dan anak dipindahkan kepada orang lain oleh siapa pun atau kelompok demi keuntungan atau dalam bentuk lain. Meskipun perdagangan trafficking anak dan perempuan didefinisikan secara jelas, perdagangan trafficking perempuan dan anak dapat juga 1 Maidi Gultom, Perlindungan Hukum terha dap Anak dan Perempuan , cetakan kesatu, Bandung: PT. Refika Aditama, 2012, h. 30.