Gejala dan Tanda Klinis Diagnosis

Pada kondisi pleura normal, glukosa berdifusi bebas melintasi membran pleura dan konsentrasi glukosa cairan pleura setara dengan yang di serum. Pada kondisi infeksi, karena meningkatnya aktifitas metabolisme, terjadi peningkatan konsumsi glukosa tanpa disertai penggantian yang adekuat. Kadar glukosa pleura yang rendah 3,4 mmoll dapat ditemukan di CPPE, empyema, arthritis pleuritis dan efusi pleura TB, keganasan dan rupture esofagus. Penyebab paling umum dari kadar glukosa pleura yang sangat rendah 1,6 mmoll adalah arthritis dan empyema Hooper, et al, 2010

2.3 Gejala dan Tanda Klinis

Manifestasi klinis efusi PPE dan empyema sangat tergantung pada apakah pasien terkena infeksi aerob atau anaerob. Onset infeksi aerobik lebih akut dengan gejala demam akut, sementara infeksi anaerob lebih lambat dan gejalanya mungkin tidak spesifik disertai demam ringan. Jika masih demam berlangsung selama lebih dari 48 jam setelah mulai pengobatan antibiotik, kemungkinan besar sudah terjadi CPPE atau empyema Limsukon, 2014. Manifestasi klinis pasien dengan pneumonia anaerob mirip dengan pasien pneumonia bakterial. Juga muncul demam akut disertai nyeri dada, produksi sputum dan leukositosis. CPPE ditandai pula dengan adanya demam lebih dari 48 jam setelah pemberian antibiotik. Sementara itu, pasien dengan infeksi bakteri anaerob yang melibatkan pleura biasanya datang dengan keluhan subakut. Umumnya gejala muncul lebih dari 7 hari, disertai penurunan berat badan dan anemia. Faktor predisposisi yang memicu aspirasi bakteri berulang antara lain higiene mulut yang buruk dan konsumsi alkohol Light, 2006. Pada pemeriksaan fisik didapati takipnea dan takikardi, pasien tampak toksik dan disertai gejala dan tanda yang mengarah ke SIRS. Tanda-tanda efusi pleura antara lain menurunnya suara nafas, perkusi yang redup, dan menurunnya fremitus Limsukon, 2014.

2.4 Diagnosis

Dalam evaluasi atas pneumonia, pertimbangkan selalu kemungkinan EPP. Pemeriksaan radiologis seperti foto polos thorax, USG dan CT-scan berperan penting. Selain menemukan penumpulan sudut kostofrenikus pada foto polos, CT- scan bisa membedakan konsolidasi paru dari efusi pleura yang hipodens. USG membantu mengarahkan ke lokasi terbaik untuk pemasangan drainase, meningkatkan kinerja, dan mengurangi risiko komplikasi Garrido, et al, 2014. Lakukan thoracentesis dan pengambilan darah bila dicurigai efusi pleura. UPPE dapat berkembang menjadi CPPE dalam kurang dari 12 jam, sehingga tata laksana klinis sangat penting. Efusi pleura parapneumonik ditandai dengan adanya mikroorganisme dalam cairan, bau yang busuk atau kekeruhan, yang disebut empyema bila mengandung nanah. Seringkali kultur cairan pleuranya negatif atau kondisi pasien menuntut untuk segera diberikan keputusan terapi sedini mungkin, sebelum hasil kultur bisa keluar. Dalam kasus-kasus seperti inilah, nilai pH bisa menjadi marker terbaik. Yang perlu dicatat adalah bahwa pH dapat bervariasi dalam berbagai ruang EP loculated, dan juga bahwa itu adalah asam di PE ganas, rheumatoid arthritis , pleuritis lupus dan PE TB. Garrido, 2014. Gambar 2.4 Algoritma terapi efusi parapneumonik. Terapi antibiotik harus diberikan sedini mungkin pada semua kasus, lalu disesuaikan dengan hasil kultur. Garrido, et al, 2014

2.5 Analisa Pleura: Glukosa Cairan Pleura