2. Berdasarkan Wilayah Berlakunya Dilihat dari wilayah berlakunya, kartu kredit dapat dibedakan menjadi 2
dua macam, yaitu kartu kredit nasional, dan kartu kredit internasional. a. Kartu Kredit Nasional
Kartu Kredit Nasional merupakan kartu kredit yang hanya berlaku dan dapat digunakan sebagai alat pembayaran di suatu wilayah negara tertentu saja, misalnya
wilayah Indonesia. Contohnya BCA Card.
36
b. Kartu Kredit Internasional Kartu Kredit Internasional adalah jenis kartu kredit yang berlaku dan
digunakan sebagai alat pembayaran internasional atau mancanegara. Penggunaan kartu kredit ini dapat dilakukan dimana saja tanpa terikat dengan batas antar negara.
Misalkan, kartu kredit tersebut diterbitkan di Indonesia, pemegangnya dapat saja memakai kartu kreditnya di Eropa.
2.1.3 Perjanjian Penerbitan Kartu Kredit
Perjanjian penerbitan kartu kredit, adalah perjanjian yang dilakukan antara pihak penerbit kartu kredit untuk penerbitan suatu kartu kredit. Sifat perjanjiannya
adalah bilateral, melibatkan pihak penerbit kartu kredit dan pihak pemegang kartu kredit. Perjanjian penerbitan kartu kredit ini merupakan perjanjian pokok, adapun
perjanjian assessoirnya adalah perjanjian penggunaan kartu kredit dimana di dalamnya terdapat 3 tiga pihak, yaitu penerbit kartu kredit, pemegang kartu kredit,
dan penjual merchant.
36
Munir Fuady, op.cit, h. 178
Perjanjian penerbitan kartu kredit ini menurut Munir Fuady mirip dengan perjanjian kredit bank, dimana tagihan akan dibayar kembali secara mencicil pada
kartu kredit dalam arti sempit, dan akan dibayar kembali sekaligus pada waktu penagihan dalam kartu pembayaran tunai charge card. Untuk dapat
diterbitkannya sebuah kartu kredit, dibutuhkan unsur-unsur sebagai berikut: 1 Unsur kepercayaan. Merupakan hal yang prinsip dalam penerbitan kartu
kredit. Penerbit Kartu dalam menilai kelayakan dari pemohon mempertimbangkan kelayakan berdasarkan kelengkapan data yang
diserahkan oleh pemohon bersama dengan aplikasi atau formulir yang telah ditanda-tanganinya.
2 Unsur waktu. Penerbitan kartu kredit baik untuk pemegang kartu kredit maupun kartu tambahan dalam tenggang waktu yang diperjanjikan,
umumnya 12 dua belas bulan. 3 Unsur prestasi. Baik pihak Bank maupun pemegang kartu kredit secara
timbal balik memberikan prestasi. Bank akan merekomendasikan setiap penggunaan ataupun penarikan tunai yang dilakukan oleh pemegang kartu
kredit sesuai dengan fasilitas kredit yang diperjanjikan. Sedangkan pemegang kartu kredit harus membayar biaya-biaya.
4 Unsur resiko. Penerbitan kartu kredit memiliki resiko tinggi, dikarenakan dalam pemberian fasilitas kredit umumnya tidak disyaratkan adanya
agunan. Bank sangat berisiko, jika tidak dikaitkan secara cross collateral dengan fasilitas kredit yang dimiliki pada Bank tersebut.
37
37
Johannes Ibrahim, op.cit, h. 11
Jika dikaitkan dengan sistem KUH Perdata, perjanjian penerbitan kartu kredit ini termasuk dalam bentuk perjanjian “pinjam pakai habis” verbruiklening yang
diatur dalam Pasal 1754-Pasal 1773 KUH Perdata.
38
Menurut Pasal 1754 KUH Perdata, perjanjian “pinjam habis pakai” ialah perjanjian dengan mana pihak yang
satu kreditor memberikan kepada pihak peminjam suatu jumlah tertentu barang- barang yang dapat habis dipakai in casu uang, dengan syarat bahwa pihak yang
peminjam ini akan mengembalikan barang sejenis in casu uang kepada pihak pemberi pinjaman dalam jumlah yang sama dan keadaan yang sama pula.
Selanjutnya, apabila yang dipinjamkan tersebut berupa sejumlah uang, para pihak diperkenankan untuk memperjanjikan pengembalian uang pokok ditambah bunga
Pasal 1765 KUH Perdata. Di dalam perjanjian penerbitan kartu kredit, untuk menentukan sahnya suatu
perjanjian berdasarkan Pasal 1320 KUH Perdata menentukan syarat-syarat sahnya suatu perjanjian meliputi baik orang-orangnya subjeknya maupun objeknya.
1 Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya. Para Pihak dalam transaksi kartu kredit terdiri atas card center dari pihak
bank dan cardholder atau pemegang kartu kredit. Card center adalah suatu bagian dari struktur organisasi Bank yang bertindak untuk dan atas nama bank dalam
pelayanan kredit. Sedangkan cardholder adalah seseorang yang namanya tercantum pada kartu dan yang berhak menggunakan kartu tersebut, terdiri dari
pemegang kartu kredit utama dan kartu tambahan.
38
Ibid
Kesepakatan dalam penerbitan kartu kredit dilakukan oleh pemohon baik pemegang kartu kredit utama maupun kartu tambahan dengan mengisi dan
menandatangani aplikasi permohonan penerbitan kartu di Bank yang bersangkutan. Setelah itu pihak Bank akan menilai permohonan tersebut untuk kemudian
menerbitkan kartu kredit, jika permohonan itu dinilai layak. Penilaian atas kelayakan dan keputusan untuk menerbitkan tersebutlah yang dimaksud
kesepakatan, yang mana pemohon telah menerima dan menyetujui setiap ketentuan dan aturan yang berlaku yang berkenaan dengan kartu yang dimohon tersebut, dan
pihak Bank menerima dan menyepakati kesedian pemohon tersebut. 2 Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian.
Syarat yang kedua adalah cakap, unsur ini dalam penerbitan kartu kredit sedikit berbeda dengan cakap pada perjanjian pada umumnya, sekalipun prinsipnya
sama. Cakap dalam perspektif perjanjian kartu kredit, selain dewasa menurut
ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yaitu 21 tahun atau telah kawin, juga harus memahami konsekuensi logis dari perjanjian yang dibuatnya. Dalam
perjanjian kartu kredit, ada kriteria kecakapan khusus yang menyangkut kemampuan secara financial seseorang yang hendak melakukan perjanjian kartu
kredit. Cakap secara financial tersebut baik secara nyata kekayaan yang telah dimilikinya maupun dalam perkiraan penghasilan.
3 Syarat Tertentu Syarat ini, berdasarkan Pasal 1132, 1133 dan Pasal 1334 KUH Perdata,
dapat disimpulkan bahwa suatu hal tertentu adalah objek perjanjian harus berupa sesuatu hal atau sesuatu barang atau sesuatu jasa yang dapat ditentukan jenisnya.
Dalam hal perjanjian penerbitan kartu kredit, sesuatu hal tertentu merupakan suatu jasa, yaitu fasilitas kredit dari penggunaan kartu kredit berupa fasilitas pinjaman
yang diberikan kepada pemegang kartu kredit yang merupakan gabungan kartu kredit dan kartu tambahan.
4 Suatu sebab yang halal Dalam perjanjian penerbitan kartu kredit, harus ada tujuan dari perjanjian
tersebut, yaitu untuk menerbitkan suatu alat yang dapat digunakan sebagai pengganti uang dalam lalu lintas pembayaran. Dalam perjanjian penerbitan dan
penggunaan kartu kredit, terdapat 3 tiga pihak yang terlibat di dalamnya, yaitu : a Issuer, b Cardholder dan c Merchant. Pihak Bank yang menerbitkan atau
mengeluarkan kartu kredit disebut Issuer, yang memiliki hak untuk menagih pembayaran dari pihak pemegang kartu kredit yang disebut cardholder, selain itu
Issuer memiliki kewajiban untuk melakukan pembayaran kepada Pengusaha penjual barang jasa yang disebut dengan merchant.
Ketentuan yang mengatur akibat-akibat hukum dalam perjanjian pada umumnya, tercantum dalam Pasal 1338 sampai dengan Pasal 1341 Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata. Jadi, akibat hukum dari penerbitan kartu kredit dengan merujuk ketentuan yang terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
adalah:
−
Ketentuan-ketentuan yang mengatur hubungan kontraktual dari penerbitan
kartu kredit diatur berdasarkan perjanjian antara Bank sebagai penerbit dengan pemohon. Ketentuan-ketentuan ini mengikat kedua belah pihak layaknya
seperti undang-undang.
−
Isi perjanjian dalam penerbitan kartu kredit merupakan fasilitas kredit dengan
batas tarikpagu atau plafond kredit dengan syarat tangguh atau condition of precedent yang harus ditaati oleh pemegang kartu kredit dalam penggunaannya.
−
Pengakhiran penggunaan kartu kredit sesuai dengan yang diperjanjikan, tetapi
tidak menutup kemungkinan dengan kondisi-kondisi khusus event of default Bank dapat mengakhiri perjanjian ini.
2.1.4 Prosedur Penerbitan Kartu Kredit