Hambatan Intern hambatan dari dalam Pemerintah Kabupaten Nias Barat

seperti dimaksud di atas, untuk daerah otonom baru meningkatkan potensi PAD tidak mudah, hal ini disebabkan karena berbagai faktor yakni 127 1. Masih rendahnya basis pajak daerah dan retribusi daerah, hal ini diakibatkan belum mampunya daerah otonom baru untuk mengembangkan potensi-potensi pajak daerah dan retribusi daerah sehingga tidak dapat meningkatkan kemampuan pemasukan pendapatan asli daerah. : 2. Kemampuan administrasi pemungutan di daerah yang masih minim, hal ini diakibatkan masih minimnya sumber daya manusia di bidang perpajakan sehingga tidak maksimalnya perencanaan dan pengawasan keuangan. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Pemerintah Kabupaten Nias Barat, diperoleh informasi mengenai hambatan-hambatan yang terjadi dalam menggali potensi PAD, berikut hambatan-hambatan tersebut yang dibagi menjadi hambatan dari intern dan ekstern.

A. Hambatan Intern hambatan dari dalam Pemerintah Kabupaten Nias Barat

Hambatan yang berasal dari dalam Pemerintah Kabupaten Nias Barat adalah berasal dari sumber daya manusia. Pemerintah kabupaten Nias Barat sebagai suatu daerah otonom baru memiliki masalah dibidang sumber daya manusia. Keterbatasan sumber daya manusia di Pemerintah Kabupate Nias membuat kabupaten baru ini kesulitan dalam menjalankan pembangunan dalam berbagai bidang. Berdasarkan undang-undang pemerintahan daerah, pemerintah daerah khususnya di Kabupaten terdiri dari Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur 127 Ibid, hal. 158 Universitas Sumatera Utara penyelenggara pemerintahan daerah. Pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Pasal 21 dan Pasal 22 UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah memiliki hak dan kewajiban daerah. Pasal 21 menyatakan bahwa dalam menyelenggarakan otonominya, daerah mempunyai hak: 1. Mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya. 2. Memilih pimpinan daerah. 3. Mengelola aparatur daerah. 4. Mengelola kekayaan daerah. 5. Memungut pajak daerah dan retribusi daerah. 6. Mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya lainnya yang berada di daerah. 7. Mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah. 8. Mendapatkan hak lainnya yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. Pasal 22 mengatur bahwa dalam menyelenggarakan otonomi, daerah mempunyai kewajiban : 1. Melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan dan kerukunan nasional, serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 2. Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat. 3. Mengembangkan kehidupan demokrasi. 4. Mewujudkan keadilan dan pemerataan. 5. Meningkatkan pelayanan dasar pendidikan. 6. Menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan. 7. Menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak. 8. Mengembangkan sistem jaminan sosial. 9. Menyusun perencanaan dan tata ruang daerah. 10. Mengembangkan sumber daya produktif di daerah. 11. Melestarikan lingkungan hidup. 12. Mengelola administrasi kependudukan. 13. Melestarikan nilai sosial budaya. 14. Membentuk dan menerapkan peraturan perundang-undangan sesuai dengan kewenangannya. 15. Kewajiban lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. Universitas Sumatera Utara Tidak teroptimalkannya penggalian potensi PAD dapat mengakibatkan tidak dapat terpenuhinya hak dan kewajiban daerah 128 . Minimnya PAD bukan hanya diakibatkan karena minimnya sumber-sumber daya alam ataupun peralatan, namun faktor yang paling menentukan adalah sumber daya manusia yang mengelola PAD tersebut 129 Pegawai negeri sipil sebagai unsur utama sumber daya manusia aparatur negara mempunyai peran yang strategis dalam mengemban tugas pemerintahan dan pembangunan. PNS yang diharapkan dalam upaya mencapai tujuan nasional adalah PNS yang memiliki kompetensi, profesionalisme, berdaya guna, berhasil guna, sadar akan tanggungjawabnya sebagai unsur aparatur negara, abdi masyarakat dan abdi negara di dalam di dalam negara hukum yang demokratis. . Dalam sistem kepegawaian secara nasional, PNS memiliki posisi penting untuk menyelenggarakan pemerintahan dan difungsikan sebagai alat pemersatu bangsa. Sejalan dengan kebijakan desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan dan difungsikan sebagai alat pemersatu bangsa. Sejalan dengan kebijakan desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, maka ada sebagian kewenangan di bidang kepegawaian untuk diserahkan kepada daerah yang dikelola dalam sistem kepegawaian daerah. Kepegawaian daerah adalah suatu sistem dan prosedur yang diatur dalam peraturan perundang-undangan sekurang-kurangnya meliputi perencanaan, 128 Berdasarkan hasil wawancara dengan Bupati Nias Barat, pada tanggal 24 April 2013, pukul 09.00 Wib bertempat di Kantor Bupati Nias Barat. 129 Ibid. Universitas Sumatera Utara persyaratan, pengangkatan, penempatan, pendidikan dan pelatihan, penggajian, pemberhentian, pensiun, pembinaan, kedudukan, hak, kewajiban, tanggungjawab, larangan, sanksi dan penghargaan merupakan sub-sistem dari sistem kepegawaian secara nasional, dengan demikian kepegawaian daerah merupakan satu kesatuan jaringan birokrasi dalam kepegawaian nasional. 130 Secara umum pihak yang terlibat langsung dalam meningkatkan atau menggali pajak daerah dan retribusi daerah di Pemerintah Kabupaten Nias Barat adalah Dinas Pendapatan Dispenda, walaupun demikian Dispenda bukan satu- satunya SKPD yang berperan dalam menggali pajak daerah dan retribusi daerah tetapi terdapat juga dinas-dinas lain yang berperan misalnya : Penempatan PNS untuk mengisi jabatan dengan kualifikasi umum menjadi kewenangan masing-masing tingkatan pemerintahan sesuai dengan peraturan perundang-undangan sedangkan untuk pengisian jabatan tertentu yang memerlukan kualifikasi khusus seperti tenaga ahli di bidang tertentu yang memerlukan kualifikasi khusus seperti tenaga ahli di bidang tertentu, pengalaman kerja tertentu di Kabupaten atau Kota, maka pembina kepegawaian tingkat provinsi dan atau pemerintah dapat memberikan fasilitas. Hal ini dalam rangka melakukan pemerataan tenaga-tenaga pegawai tertentu dan penempatan pegawai yang tepat serta sesuai dengan kualifikasi jabatan yang diperlukan di seluruh daerah. 131 1. Retribusi pelayanan kesehatan dikelola oleh Dinas Kesehatan. 130 Suryo Sakti Hadiwijoyo, Gubernur, Kedudukan, Peran dan Kewenangannya, Yogyakarta : Graha Ilmu, 2011, hal. 138. 131 Bersumber dari Dinas Pendapatan Kabupaten Nias Barat, pada tanggal 4 Febuari 2013. Universitas Sumatera Utara 2. Retribusi pengganti biaya KTP Kartu Tanda Penduduk, KK Kartu Keluarga dan akta pencatatan dikelola oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil. 3. Retribusi teratera ulang dikelola Dinas Koperasi, Perdagangan dan Perindustrian. 4. Retribusi pelayanan parkir ditepi jalan umum dikelola oleh Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika. Selain itu juga faktor latar belakang pendidikan juga mempengaruhi yakni tidak tersedianya PNS khusus di Dispenda yang berlatar belakang dilihat dibidang perpajakan sehingga Dispenda mengalami kesulitan dalam mendata, memberikan penyuluhan serta mengutip pajak daerah dan retribusi daerah di masyarakat. 132 Minimnya sumber daya manusia di Pemerintah Kabupaten Nias Barat juga berdampak pada pembentukan peraturan bupati. Di dalam peraturan daerah tentang pajak daerah dan retribusi daerah telah ditetapkan agar peraturan daerah ini dibentuk peraturan bupati sebagaimana petunjuk teknis dari pelaksanaan pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah. Namun, di Pemerintah Kabupaten Nias Barat masih terdapat beberapa peraturan yang masih belum dibentuk peraturan bupatinya, hal ini disebabkan SKPD yang terkait dengan pengutipan pajak daerah dan retribusi daerah belum membentuk atau merancang peraturan bupati. Hal ini diakibatkan ketidakmampuan SKPD yang bersangkutan untuk membentuk peraturan bupati 132 Ibid. Universitas Sumatera Utara tersebut. Selain itu, minimnya kesadaran dari SKPD yang bersangkutan mengenai pentingnya peraturan bupati ini dibentuk. Berdasarkan sistem peraturan perundang-undangan yang dianut Indonesia yakni Stufentheorie jenjang norma hukum yang dipelopori oleh Hans Kelsen. Hans Kelsen berpendapat bahwa norma-norma hukum itu berjenjang-jenjang dan berlapis- lapis dalam suatu hierarki tata susunan, dimana suatu norma yang lebih rendah berlaku, bersumber dan berdasar pada norma yang lebih tinggi lagi, demikian seterusnya sampai pada suatu norma yang tidak dapat ditelusuri lebih lanjut lagi dan bersifat hipotesis dan fiktif yaitu norma dasar Grundnorm 133 Teori Hans Kelsen ini kemudian dikembangkan lagi oleh muridnya yang bernama Hans Nawiasky, dalam bukunya yang berjudul Allgemeine Rechtslehre, Hans Nawiasky menyatakan bahwa berdasarkan teori Hans Kelsen, suatu norma hukum dari negara manapun selalu berlapis-lapis dan berjenjang-jenjang dimana norma yang dibawah berlaku, berdasar, dan bersumber pada norma yang lebih tinggi, norma yang lebih tinggi berlaku, berdasar dan bersumber pada norma yang lebih tinggi lagi sampai pada suatu norma yang tertinggi yang disebut norma dasar, tetapi itu Hans Nawiasky juga berpendapat bahwa selain norma itu berlapis-lapis dan berjenjang-jenjan, norma hukum dari suatu negara itu juga berkelompok- . 133 Maria Farida Indrati Soeprapto, Ilmu Perundang-Undangan- Dasar-Dasar dan Pembentukannya, Yogyakarta : Kanisius, 1998 hal. 39. Universitas Sumatera Utara kelompok 134 . Hans Nawiasky mengkelompokkan norma-norma hukum dalam suatu negara itu menjadi empat kelompok besar yang terdiri atas 135 1. Kelompok Pertama yakni Staatsfundamentalnorm norma fundamental negara. : 2. Kelompok Kedua yakni Staatsgrundgesetz aturan dasarpokok negara. 3. Kelompok Ketiga yakni Formell Gesetz undang-undang formal. 4. Kelompok Keempat yakni Verordnung dan Autonome Satzung aturan pelaksana dan aturan otonom Berdasarkan penjabaran di atas maka disimpulkan bahwa peraturan bupati itu penting karena merupakan peraturan pelaksana dari peraturan yang lebih tinggi diatasnya, selain itu juga peraturan bupati dapat dijadikan dasar hukum pemungutan dari pajak daerah dan retribusi daerah sebab peraturan bupati dibentuk berdasarkan telah ada peraturan yang lebih tinggi diatasnya dan pada setiap peraturan daerah selalu menekankan bahwa pelaksanaan selanjutnya diatur dalam peraturan bupati. Namun demikian, ketiadaannya peraturan daerah dan peraturan bupati di Kabupaten Nias Barat juga diakibatkan belum adanya potensi yang memadai untuk pajak daerah dan retribusi daerah yang masih belum dibentuk perda dan perbupnya. Ketiadaan perbup di Kabupaten Nias Barat tidak membuat perda tentang pajak daerah dan retribusi daerah tersebut tidak dapat dikutip, sebab secara tidak langsung di dalam setiap tugas pokok dan fungsi Tupoksi di setiap SKPD telah diatur sehingga pengutipan pajak daerah dan retribusi daerah yang belum dibentuk masih dapat dilaksanakan walaupun dengan hasil yang tidak maksimal. 134 Ibid. 135 Ibid. Universitas Sumatera Utara Berikut ini daftar peraturan bupati tentang pajak daerah dan retribusi daerah yang telah dibentuk maupun yang belum dibentuk. Tabel 2. Daftar Peraturan Daerah Pajak Daerah dan Retribusi Daerah No Jenis PDRD Telah Ada Perbup Belum Ada Perbup Keterangan 1 Pajak hotel √ Perda No. 22011 tentang Pajak Daerah 2 Pajak restoran No. 182011 tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis Pemungutan Pajak Restoran Perda No. 22011 tentang Pajak Daerah 3 Pajak hiburan √ Perda No. 22011 tentang Pajak Daerah 4 Pajak reklame √ Perda No. 22011 tentang Pajak Daerah 5 Pajak penerangan jalan √ Perda No. 22011 tentang Pajak Daerah 6 Pajak mineral bukan logam dan batuan No. 172012 tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis Pemungutan Perda No. 22011 tentang Pajak Daerah Universitas Sumatera Utara Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan. 7 Pajak air tanah √ Perda No. 22011 tentang Pajak Daerah 8 Pajak bumi dan bangunan √ Perda No. 22011 tentang Pajak Daerah 9 Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan √ Perda No. 22011 tentang Pajak Daerah 10 Pajak parkir Belum ada Perda karena dianggap belum memiliki potensi. 11 Pajak sarang burung walet Belum ada Perda karena dianggap belum memiliki potensi 12 Retribusi pelayanan kesehatan Sedang dalam proses pembuatan Perbup 13 Retribusi pelayanan persampahankebersihan √ Perda No. 32011 tentang Retribusi Jasa Umum 14 Retribusi penggantian biaya KTP, KK, dan akta pencatatan sipil √ Perda No. 32011 tentang Retribusi Jasa Universitas Sumatera Utara Umum 15 Retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum √ Perda No. 32011 tentang Retribusi Jasa Umum 16 Retribusi pelayanan pasarpekan No. 192012 tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis Pemungutan Retribusi Pelayanan Pasar. Perda No. 32011 tentang Retribusi Jasa Umum 17 Retribusi pengujian kendaraan bermotor √ Perda No. 32011 tentang Retribusi Jasa Umum 18 Retribusi biaya cetak peta √ Perda No. 32011 tentang Retribusi Jasa Umum 19 Retribusi pelayanan teratera ulang √ Perda No. 32011 tentang Retribusi Jasa Umum 20 Retribusi pengendalian menara telekomunikasi √ Perda No. 32011 tentang Retribusi Jasa Umum 21 Retribusi kekayaan daerah √ Perda No. 42011 tentang Retribusi Jasa Usaha Universitas Sumatera Utara 22 Retribusi tempat pelelangan √ Perda No. 42011 tentang Retribusi Jasa Usaha 23 Retribusi terminal √ Perda No. 42011 tentang Retribusi Jasa Usaha 24 Retribusi tempat penginapanpasanggarahanvilla √ Perda No. 42011 tentang Retribusi Jasa Usaha 25 Retribusi rumah potong hewan No. 202012 tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis Pemungutan Retribusi Rumah Potong Hewan. Perda No. 42011 tentang Retribusi Jasa Usaha 26 Retribusi pelayanan kepelabuhan √ Perda No. 42011 tentang Retribusi Jasa Usaha 27 Retribusi penyeberangan di air √ Perda No. 42011 tentang Retribusi Jasa Usaha 28 Retribusi penjualan produksi usaha daerah √ Perda No. 42011 tentang Retribusi Jasa Usaha Universitas Sumatera Utara 29 Retribusi izin mendirikan bangunan Sedang dalam proses pembuatan Perbup Perda No. 52011 tentang Retribusi Perizinan Tertentu. 30 Retribusi tempat penjualan minuman beralkohol √ Perda No. 52011 tentang Retribusi Perizinan Tertentu. 31 Retribusi izin gangguan √ Perda No. 52011 tentang Retribusi Perizinan Tertentu. 32 Retribusi izin trayek √ Perda No. 52011 tentang Retribusi Perizinan Tertentu. 33 Retribusi izin usaha perikanan √ Perda No. 52011 tentang Retribusi Perizinan Tertentu. Sumber : Dinas Pendapatan kabupaten Nias Barat Berbagai cara telah dilakukan pemerintah guna memacu semangat PNS guna dapat bekerja semaksimal mungkin, misalnya berkaitan dengan pajak daerah dan retribusi daerah, pemerintah telah mengatur mengenai insentif pemungutan pajak Universitas Sumatera Utara daerah dan retribusi daerah yakni di dalam Pasal 171 UU No. 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah yang menyatakan bahwa : 1. Instansi yang melaksanakan pemungutan Pajak dan Retribusi dapat diberi insentif atas dasar pencapaian kinerja tertentu. 2. Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat 1 ditetapkan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. 3. Tata cara pemberian dan pemanfaatan insentif sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diatur dengan Peraturan Pemerintah. Insentif dalam Undang-Undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ini merupakan tindak lanjut dari Undang-Undang Pemerintah Daerah yang sebelumnya telah mengatur mengenai pemeberian insentif pemungutan yang diatur dalam Pasal 176 yakni “Pemerintah daerah dalam meningkatkan perekonomian daerah dapat memberikan insentif danatau kemudahan kepada masyarakat danatau investor yang diatur dalam Perda dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan”. Dengan telah diaturnya mengenai pemberian insentif di dalam undang-undang maka pemerintahan daerah membentuk perda dan kemudian diteruskan dengan membentuk Peraturan Bupati Nias Barat No. 38 Tahun 2012 tentang Pedoman Pemberian Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang baru diundangkan pada tanggal 17 Desember 2012. Insentif pemungutan Pajak dan retribusi yang selanjutnya disebut insentif adalah tambahan penghasilan yang diberikan sebagai penghargaan atas kinerja tertentu dalam melaksanakan pemungutan Universitas Sumatera Utara pajak dan retribusi 136 . Perbup ini menetapkan besarnya insentif pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah yakni: 137 1. Bupati sebesar 8 delapan persen dari Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 2. Wakil Bupati sebesar 6 enam persen dari bagian Insentif Pemungutan Pajak daerah dan Retribusi Daerah. 3. Sekretaris Daerah sebesar 4 empat persen dari bagian Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 4. Asisten Pemerintahan, Asisten Perekonomian dan Pembangunan dan Asisten Administrasi Umum sebesar 3 tiga persen dari bagian Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 5. SKPD yang melaksanakan Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dengan ketentuan sebagai berikut : a. Dinas Pendapatan Daerah sebagai Koordinator dan Pengendali Pendapatan Asli Daerah PAD Kabupaten Nias Barat mendapat 34 tiga puluh empat persen dari bagian insentif Pemungutan Pajak dan Retribusi dengan rincian : 1 Tim, ATK, dan Rapat Tim 6,5 enam koma lima persen. 2 Dinas Pendapatan 27,5 dua puluh tujuh koma lima persen. 6. SKPD yang melaksanakan Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebesar 45 empat puluh lima persen dari bagian insentif Pemungutan Pajak Daerah. 7. Besarnya perhitungan insentif sebagaimana dimaksud pada ayat 1 ditetapkan dengan keputusan Bupati. Dengan adanya insentif ini diharapkan terjadinya peningkatan kesadaran SKPD untuk meningkatkan PAD di Kabupaten Nias Barat yang merupakan daerah otonom baru. Hal ini tentunya juga akan membawa dampak positif apabila terlaksana dengan baik sehingga di Pemerintah Kabupaten Nias Barat dapat membangun kabupatennya lebih cepat. 136 Pasal 1 angka 1 Perbup Nias Barat No. 38 Tahun 2012 tentang Pedoman Pemberian Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah 137 Pasal 6 Perbup Nias Barat No. 38Tahun 2012 tentang Pedoman Pemberian Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Universitas Sumatera Utara Berkaitan dengan kinerja PNS di Pemerintah Kabupaten Nias Barat yang masih minim, maka berdasarkan Laporan Akuntabilitas Kinerja LAKIP Pemerintah Kabupaten Nias Barat Tahun 2011, Pemerintah Kabupaten Nias Barat menghadapi kegagalan berupa keterlambatan dalam menyelesaikan pekerjaan fisik dalam waktu yang telah ditentukan hal ini dikarenakan kurangnya optimalisasi sumber daya aparatur negara sehingga diharapkan ditahun-tahun berikutnya para pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pembangunan harus sungguh-sungguh melaksanakannya agar pembangunan Kabupaten Nias Barat dapat berjalan sesuai dengan rencana dan target yang telah ditetapkan.

B. Hambatan Ekstern Hambatan yang berasal dari luar Pemerintah Kabupaten Nias Barat.

Dokumen yang terkait

Kontribusi Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Belanja Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Samosir

7 105 84

Kontribusi Penerimaan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah Pada Pemkab/Pemko di SUMUT.

3 62 88

Pengaruh Pemungutan Pajak Reklame Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) (Studi Pada Dinas Pendapatan Kabupaten Nias)

7 96 50

Peranan Pajak Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah Pemerintah Kota Pematang Siantar sesudah otonomi daerah.

9 104 90

Kebijakan Perpajakan Daerah Dalam Pengelolaan Pajak Hiburan Sebagai Sumber Pendapatan Asli Daerah ( Studi pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan )

3 62 199

Analisis pengaruh penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah terhadap peningkatan pendapatan asli daerah (PAD); studi empiris pada Propinsi Bengkulu

12 81 98

Analisis perbandingan penerimaan pajak Daerah dan restribusi daerah terhadap peningkatan pada sebelum dan sesudah otonomi periode 2006-2010 pada kota tangerang selatan

1 8 53

Kontribusi pajak daerah dan retribusi daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) kabupaten dan kota di Indonesia tahun 2006-2010

0 5 0

Kontribusi Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Dalam Rangka Pelaksanaan Otonomi Daerah (Studi di Tiga Daerah Di Propinsi Sumatera Barat).

0 1 35

Kebijakan Pemerintah Daerah Dalam Pengaturan Sumber Pendapatan Asli Daerah (Pajak Daerah dan Retribusi Daerah) Dalam Kerangka Otonomi Daerah (Studi pada Kabupaten Nias Barat)

0 0 11